Entah apa lagi yang menimpa dunia pendidikan di Kota Malang. Kota yang katanya berstatus sebagai kota pendidikan internasional ini sedang disorot. Penyebabnya tak lain munculnya kasus perundungan yang menimpa salah satu siswa SMP Negeri 16 Malang.
Seorang siswa berinisial MS yang menimba ilmu di sekolah yang berada di kawasan Arjosari Malang tersebut harus menerima kenyataan pahit. Bukannya mendapat perlindungan di sekolah, tetapi ia malah menjadi bulan-bulanan dari rekan-rekannya. Tak hanya dalam bentuk kekerasan verbal, perundungan tersebut juga dalam bentuk kekerasan fisik. Bahkan, akibat kekerasan ini ia harus diamputasi jarinya.
Pada mulanya, banyak pihak yang masih menunggu kebenaran dari tindakan perundungan yang tengah terjadi ini. Banyak yang tak ingin kasus Audrey kembali terulang. Namun, saat akhirnya pihak kepolisian Malang mengonfirmasi kebenaran dugaan perundungan ini, maka banyak simpati pun mengalir.Â
Banyak yang menyayangkan bagaimana bisa siswa tersebut mendapat kekerasan fisik seperti dibanting di pohon dan paving dalam kondisi terlentang. Tak hanya itu, korban juga "distarter".Â
Pelaku yang berjumlah tujuh orang ini memegang kaki korban hingga mengenai kemaluannya. Luka lebam dan luka lainnya yang cukup banyak harus diterima korban yang kini dirawat di RS Lavallete Malang.
Sungguh, bagi siapa saja yang membaca dan mengetahui berita perundungan ini pasti akan sangat miris. Saya saja sampai gemetar membaca apa saja yang ia hadapi dan pihak sekolah yang terlambat mengetahui kejadian ini. Namun, itu semua belum ada-apanya. Pernyataan dari Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang membuat saya dan banyak warga lainnya semakin geram.
Sang ibu pejabat yang terhormat dengan entengnya mengatakan bahwa kejadian ini karena para siswa tersebut bercanda. Hanya iseng seperti yang dituturkan para pelaku tindak perundungan tersebut.Â
Mengetahui pernyataan ibu ini yang saya lihat dalam video di Kompas TV, sungguh saya tidak bisa berkata-kata lagi. Ibu ini, yang sudah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan bertahun-tahun lamanya tidak memiliki hati nurani. Bagaimana bisa bercanda mengakibatkan jarinya diamputasi? Bagaimana bisa muncul luka lebam yang parah dan menurut Ibu itu hanya kena gesper sabuk yang dipakai setiap hari?
Kultur "Tutup Mulut" di Lingkungan Pendidikan Kota MalangÂ
Demi menyelamatkan nama baik pendidikan Kota Malang, bisa jadi pernyataan tersebut muncul. Dugaan ini semakin kuat saat Kepala SMPN 16 Malang memberikan pernyataan yang tidak terlalu tegas.Â
Tidak jelas akan mengungkap kasus ini sampai tuntas. Bahkan Wali Kota Malang dan Polresta Kota Malang dan berbagai pihak yang peduli malah yang turun tangan terhadap kasus ini. Intinya, ada dugaan kasus ini sengaja ditutup-tutupi. Pihak DPRD Kota Malang pun menuntut kasus ini juga bisa diusut tuntas hingga ada efek jera bagi para pelaku dan proses penyembuhan trauma fisik dan mental dari korban.