Pengendara motor tersebut bisa jadi menerobos jalan di sebuah perempatan yang diatur oleh petugas keamanan. Kondisi jalan macet dan suasana panas membuat konflik itu kerap terjadi. Inilah yang harus menjadi pembelajaran ke depan untuk memberikan pengamanan esktra pada simpul-simpul kemacetan karena kerap saya temui petugas keamanan dari desa kurang bisa sigap dalam mengurai kemacetan. Akibatnya, masih banyak pengendara jalan yang seenaknya memasuki jalan yang sudah ditutup untuk kegiatan karnaval.
Walau kocek yang dirogoh sangatlah dalam, tetapi bagi beberapa pihak sound yang menggelegar tersebut dianggap berlebihan. Memboroskan uang dan malah menganggu pengguna jalan dan warga sekitar yang dilalui oleh peserta karnaval. Bagi beberapa pihak, cukup sound yang terdengar oleh pengunjung karnaval saja yang bisa digunakan. Tidak perlu menggunakan sound yang super besar hingga memekakkan telinga. Jika ada orang sakit yang butuh istirahat dan ketenangan tetapi malah ada karnaval dengan sound menggelegar -- yang bisa didengar hingga jarak 1 km hingga lebih -- tentu itu sangat menggganggu.
Aksi berbahaya ini pun tak kerap memakan korban. Beberapa pemuda di Lumajang terlukan dan harus dirawat di sebuah Puskesmas lantaran terjatuh dari atas truck. Mereka jatuh saat truck yang mereka naiki melewati atap gapura yang terlalu rendah dan sound terlalu tinggi. Dengan kejadian semacam ini, untuk karnaval tahun selanjutnya haruslah diberikan pemahaman dan aturan mengenai penggunaan sound. Berapa jumlah sound yang boleh terpasang dan apa saja yang tidak boleh dilakukan di atas sound.
Semuanya kembali kepada tujuan penyelenggaraan karnaval sebagai wadah kreativitas warga, menjalin keakraban, dan memaknai perayaan proklamasi kemerdakaan.
Sekian, salam ambyar. Â Â
Sumber: