Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Macet dan Audio Ambyar, Dilema Karnaval 17an

2 September 2019   08:39 Diperbarui: 2 September 2019   08:48 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan peserta karnaval membawa pesan anti rasisme. - Dokumen Pribadi

Pengendara motor tersebut bisa jadi menerobos jalan di sebuah perempatan yang diatur oleh petugas keamanan. Kondisi jalan macet dan suasana panas membuat konflik itu kerap terjadi. Inilah yang harus menjadi pembelajaran ke depan untuk memberikan pengamanan esktra pada simpul-simpul kemacetan karena kerap saya temui petugas keamanan dari desa kurang bisa sigap dalam mengurai kemacetan. Akibatnya, masih banyak pengendara jalan yang seenaknya memasuki jalan yang sudah ditutup untuk kegiatan karnaval.

Seorang pengendara motor mengaku dipukul oleh seorang oknum petugas keamanan desa. - Dok. Komunitas Peduli Malang./Screenshoot pribadi
Seorang pengendara motor mengaku dipukul oleh seorang oknum petugas keamanan desa. - Dok. Komunitas Peduli Malang./Screenshoot pribadi
Selain kemacetan, penggunaan sound system pun juga menjadi catatan tersendiri. Semakin ke belakang, karnaval ternyata bukan lagi menjadi ajang untuk menampilkan kreativitas warga. Karnaval malah menjadi adu kuat piranti sound system peserta karnaval. Siapa yang bisa menghadirkan sound system terbesar, paling menggelegar, dan paling ambyar seakan menjadi jawara karnaval.

Walau kocek yang dirogoh sangatlah dalam, tetapi bagi beberapa pihak sound yang menggelegar tersebut dianggap berlebihan. Memboroskan uang dan malah menganggu pengguna jalan dan warga sekitar yang dilalui oleh peserta karnaval. Bagi beberapa pihak, cukup sound yang terdengar oleh pengunjung karnaval saja yang bisa digunakan. Tidak perlu menggunakan sound yang super besar hingga memekakkan telinga. Jika ada orang sakit yang butuh istirahat dan ketenangan tetapi malah ada karnaval dengan sound menggelegar -- yang bisa didengar hingga jarak 1 km hingga lebih -- tentu itu sangat menggganggu.

Pro kontra penggunaan sound. Dok. Komunutas Peduli Asli Malang/ Screeshot pribadi.
Pro kontra penggunaan sound. Dok. Komunutas Peduli Asli Malang/ Screeshot pribadi.
Masalah sound ini semakin runyam ketika banyak peserta karnaval yang tidak mengindahkan aturan keselamatan saat karnaval berlangsung. Banyak diantara peserta -- terutama yang menjadi dirigen penari -- naik ke atap sound dan berjoget sepanjang karnval berlangsung. Kadangkala, selain menggunakan mobil pick up, truck besar menjadi alat transportasi yang mereka gunakan. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya tindakan ini.

Aksi berbahaya ini pun tak kerap memakan korban. Beberapa pemuda di Lumajang terlukan dan harus dirawat di sebuah Puskesmas lantaran terjatuh dari atas truck. Mereka jatuh saat truck yang mereka naiki melewati atap gapura yang terlalu rendah dan sound terlalu tinggi. Dengan kejadian semacam ini, untuk karnaval tahun selanjutnya haruslah diberikan pemahaman dan aturan mengenai penggunaan sound. Berapa jumlah sound yang boleh terpasang dan apa saja yang tidak boleh dilakukan di atas sound.

Sound cilik tapi horeg. Sound kecil tapi menggelegar. Ambyar. - Dokumen Pribadi.
Sound cilik tapi horeg. Sound kecil tapi menggelegar. Ambyar. - Dokumen Pribadi.
Sebelum karnaval berlangsung, penyelenggara bisa menyosialisasikan aturan tersebut dan mendorong agar peserta karnaval untuk lebih menitikberatkan pada kreativitas -- seperti kostum dan atraksi -- dan bukan pada adu gelegar sound. Rute karnaval yang akan dilewati harus benar-benar dipahami dan diantisipasi agar tidak terjadi kembali hal-hal yang diinginkan.

Semuanya kembali kepada tujuan penyelenggaraan karnaval sebagai wadah kreativitas warga, menjalin keakraban, dan memaknai perayaan proklamasi kemerdakaan.

Sekian, salam ambyar.   

Sumber:

(1) (2) (3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun