Kereta dengan nomor depan sering berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Kereta sudah berada jauh dari peron rendah. Maklum, jalur baru hasil reaktivasi yang dilewati membuat KA Jenggala benar-benar spesial.
Walau demikian, tak perlu gundah jika akan mencicipi eksklusivitas KA Jenggala ini. Tiket sebesar 4.000 rupiah adalah kunci kenikmatan tiada tara.Â
Suasana pedesaan dengan panorama sawah yang berselang-seling pabrik menjulang adalah bukti nyata bahwa daerah ini merupakan daerah penting sejak dahulu kala. Daerah penting yang sempat terlupakan dari dimatikannya jalur kereta.
Melihat Sungai Brantas pembelah Kota Mojokerto dan daerah Tarik yang kaya akan peninggalan sejarah, eksistensi Kerajaan Jenggala yang menjadi dasar penamaan kereta ini makin tak terbantahkan. Kerajaan yang sempat mekar namun kemudian meredup akibat perselesihannya dengan Kerajaan Dhaha/Kediri.
Sayangnya, sejarah itu hampir terulang kembali. KA Jenggala, dengan lintasan yang baru direaktivasi masih kesulitan untuk sekadar bisa eksis. Ia harus dibantu dengan promosi gencar PT KAI Daerah Operasi 8 Surabaya agar bisa menarik minat penglaju Sidoarjo dan Mojokerto.Â
Kontradiksi yang sangat berbeda dengan KA Rapih Dhoho dan saudara kembarnya KA Penataran. Tak perlu banyak promosi, kedua kereta ini selalu dijejali penumpang setiap hari.
Bisa jadi masukan, promosi KA Jenggala lebih diperluas lagi. Malang, Blitar, Kediri, dan Kertosono dapat menjadi ajang promosi itu. Penumpang dari Blitar atau Malang yang akan menuju Mojokerto bisa diarahkan menggunakan KA Jenggala untuk menuju Mojokerto.Â
Sementara, penumpang dari Kediri dan Kertosono bisa menggunakan KA Jenggala dengan transit dulu di Mojokerto daripada memutar melalui Blitar dan Malang. Tentu, jadwal yang masuk akal masih menjadi kunci.