Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Enklava," Mekarnya Persahabatan di Tengah Api Konflik SARA

19 Maret 2019   09:36 Diperbarui: 19 Maret 2019   09:40 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenad, seorang anak Serbia yang jadi satu-satunya murid di sekolahnya. Sumber : Enklava film./ Screenshoot pribadi

Upaya untuk memprovokasi semacam itu juga harus dihentikan. Konflik kedua etnis ini tidak semudah menukar wilayah enklave Serbia dengan enklave Albania. Adegan kakek Nenad yang begitu ingin dikuburkan di Kosovo, bukan di Serbia adalah bukti nyata itu. Meski ia adalah orang Serbia, namun Kosovo merupakan tanah kelahirannya dan Albania adalah saudaranya. Pesan inilah yang coba disampaikan walaupun berbeda etnis dan agama dengan latar belakang konflik yang panjang, bagaimanapun hidup berdampingan adalah hal terbaik.

Di Beograd, Serbia, Nenad malah diejek sebagai orang Albania. Sekolah harusnya juga menjadi dasar peredam bibit konflik SARA. Sumber : Enklava film./ Screenshoot pribadi
Di Beograd, Serbia, Nenad malah diejek sebagai orang Albania. Sekolah harusnya juga menjadi dasar peredam bibit konflik SARA. Sumber : Enklava film./ Screenshoot pribadi
Gambaran kerugian akibat konflik yang tak kunjung selesai juga tergambar apik dalam film ini. Ketika rumah, tempat ibadah, dan fasilitas umum harus rusak menjadi bukti nyata itu. Bukti yang semakin miris ketika pendidikan seorang anak tak bisa berlangsung dengan baik. Saat Nenad tak bisa sekolah lagi lantaran sekolahnya ditutup untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.

Pesan bagi Indonesia dan dunia

Walau film ini dikritik lantaran lebih condong memihak orang Serbia, bukan berarti kisahnya tak bisa dijadikan hikmah. Sebagai negara multi etnis, Indonesia juga harus bisa banyak belajar. Kebencian antar etnis dan agama benar-benar mengerikan. Terusir, terbunuh, dan masa depan kelam menjadi gambaran yang bisa dipetik dalam film ini.

Tidak ada yang menang dalam sebuah konflik. Sumber : Enklava film./ Screenshoot pribadi
Tidak ada yang menang dalam sebuah konflik. Sumber : Enklava film./ Screenshoot pribadi
Begitu pula masyarakat internasional. Kasus penembakan di masjid New Zealand menjadi bukti nyata itu. Kebencian etnis dan agama tak mengenal pandang bulu termasuk di negara yang dianggap paling damai sekalipun. Meski berbeda, namun saudara yang berlainan SARA dengan  kita tidak untuk kita musuhi. Bukankah Tuhan menciptakan kita berbeda agar kita saling mengenal?

***

Sumber:

(1) (2) (3) (4)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun