Kami memprioritaskan siswa yang berbakat dan siswa yang benar-benar ingin belajar musik meski mereka belum mahir memainkan satupun alat musik. Untuk siswa yang hanya sekedar main-main, maka nama mereka pun terpaksa dicoret.
Semuanya harus kami lakukan karena keterbatasan alat, pengajar dan untuk menjaga keefektifan kegiatan. Alasan ini juga diamini oleh sang Kepala Sekolah. Menurut beliau, lebih baik peserta ekskul band ini sedikit namun berkualitas. Dengan peserta terbatas, maka pelatih juga bisa fokus untuk membuat program latihan yang maksimal.
Tak hanya itu, kami pun menyusun beberapa tim dalam ekskul band ini. Kami sepakat membentuk tiga tim layaknya formasi JKT48. Ada Tim A bagi siswa-siswi kelas 5 dan yang telah mahir bermain musik, Tim B bagi yang memiliki kemampuan menengah atau bisa juga siswa-siswi kelas 4, dan Tim C (Tim Trainee) bagi mereka yang belum bisa bermain musik sedikitpun atau siswa-siswi kelas 3. Artinya tidak selalu tim A,B, atau C diisi oleh tingkatan kelas yang sama. Namun, sepanjang perjalanan ekskul ini, jarang sekali ditemukan siswa kelas yang lebih rendah bisa masuk ke Tim A atau B. Biasanya  satu tim band berasal dari tingkatan kelas yang sama.
Selain tampil festival band, mereka juga kerap diundang kala ada acara pendidikan di Diknas, kecamatan, maupun kelurahan. Maka dari itu, format tiga tim tadi juga sangat membatu kala banyak undangan datang dari luar. Bagaimanapun, mereka masih berusia sekolah dasar yang memiliki keterbatasan jika mendapat jadwal yang padat. Maka dari itu, kami mengatur prioritas tim sebagai panduan siapa yang akan tampil di sebuah acara.
Tim A yang lebih senior biasanya akan tampil di acara dengan tingkatan tinggi semisal festival band atau acara Diknas. Tim B akan tampil di acara kecamatan seperti saat ada halalbihalal guru SD dan TK se-kecamatan. Sementara, Tim C akan tampil dalam acara di tingkat kelurahan atau acara sekolah. Dengan pembagian seperti itu, selain meminimalisir keletihan yang dialami peserta eskul band, mereka juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk tampil.
- Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Penampilan Tim A Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Pemilihan lagu pun menjadi masalah tersendiri. Kala lagu-lagu anak kurang diminati, pelatih band pun coba sesekali memberikan lagu dewasa yang masih pantas dinyanyikan oleh mereka. Dalam memainkan lagu anak, aransemen baru yang menarik harus sesekali digunakan agar mereka tidak bosan.
Kesulitan lain tentu terdapat pada pemeliharaan alat musik yang kerap kali rusak. Namanya anak-anak, mereka belum paham menggunakan alat-alat tersebut dengan hati-hati. Terlebih, alat-alat tersebut berbasis elektronik. Selain berbahaya juga butuh banyak biaya untuk memperbaikinya ketika tidak bisa berfungsi dengan baik. Latihan band pun sempat vakum selama beberapa minggu saat dana BOS belum turun dan banyak alat band yang rusak. Tak hanya itu, tidak adanya ruangan khusus untuk latihan band membuat latihan harus bergantian dengan jadwal ekskul lain semisal tari dan karawitan.
                                               Penampilan dari Tim C (Tim Trainee)
Walau mengalami kembang kempis, hingga kini ekstrakurikuler band di sekolah kami masih eksis. Bagi kami kini tak hanya sekedar menjadi ajang untuk melatih skill bermusik. Namun juga kami mencoba memberikan kesadaran kepada mereka bahwa dunia band ini cukup rentan kepada hal-hal negatif, terutama penggunaan narkoba. Kala sedari kecil mereka sudah diberi arahan semacam itu, maka pada suatu saat nanti mereka akan lebih sadar. Main band boleh tapi main narkoba jangan. Dan juga pengajaran untuk tetap berlatih serius dan fokus serta tidak merasa cepat puas dan menjangkiti star syndrome. Sebuah penyakit yang kini banyak menjangkiti generasi muda.