Untuk menghindari sanksi administrasi berupa denda uang sebesar beberapa ratus ribu rupiah, akhirnya RT tersebut hanya mengikutsertakan satu dua mobil anak-anak. Sekedar hiburan untuk memotret anak-anak. Warga dewasa hanya mau berada di pinggir panggung.
Mudah dan sulitnya untuk menyatukan warga dalam karnaval juga bermuara pada dana yang digunakan dalam karnaval. Tak ada bantuan dari pemerintah atau perangkat pemerintahan tertinggi, semisal RW atau kelurahan membuat semua RT harus mengumpulkan dana tak sedikit.
Dana ini digunakan untuk berbagai kepentingan, semisal konsumsi, sound system, desain hiasan mobil, dan yang paling banyak adalah dana untuk kostum karnaval. Ada RT yang melakukan tarikan sukarela dari pintu ke pintu untuk mengumpulkan dana. Ada pula yang berusaha mencari sponsor dari luar untuk menyokong kegiatannya.Â
Bagi RT yang sudah memiliki tekad akan tampil all out dalam karnval bahkan sudah melakukan iuran rutin satu tahun sebelumnya. Baik melalui arisan dasawisma/PKK, perkumpulan Bapak-Bapak, maupun karang taruna. Tentu, tarikan ini tak bersifat memberatkan warga karena hanya berkisar 3.000 hingga 10.000 rupiah tiap bulannya, tergantung kebijakan RT masing-masing.
Model penarikan dana seperti itu juga memiliki keunggulan berupa terjaganya transparansi penerimaan dan pengeluaran dana. Secara berkala, perangkat RT akan melaporkan penggunaan dana dan memberi tahu kekurangan dana yang dibutuhkan. Warga yang memiliki kemampuan lebih pun akan memberi sokongan dana untuk menutupi kekurangan tersebut.
Sayang, masih ada saja oknum warga yang memandang sebelah mata dalam proses persiapan karnaval ini. Mereka yang nyinyir dengan usaha perangkat RT dan warga yang antusias juga kerap berseberangan kala masalah dana ini dibahas pada tiap kesempatan. Padahal, segala cara seringkali telah diupayakan perangkat RT agar kampung mereka bisa tampil maksimal dengan kemampuan yang mereka miliki.
Akhirnya, antara RT yang warganya guyub dengan tidak tampak pada hari-H karnaval. Jumlah peserta karnaval yang banyak, tarian peserta yang kompak, hingga desain kendaraan pendukung yang elok membuat penilaian penonton dan warga sekitar tersemat pada RT tersebut. Warga RT pun bangga dengan apa yang mereka tampilkan meski harus berjalan jauh dan mengalami kecapekan yang amat sangat.
Aneka pertanyaan mengenai apa yang terjadi di dalam RT tersebut pun akan mengemuka. Perangkat RT pun akan juga terkena sanksi moral karena sebagai pemimpin dianggap gagal menyatukan warganya.