Sebagai manusia, kita memang punya keterbatasan. Semuanya adalah bibit unggul yang juga memiliki kekurangan. Tak ada bibit unggul yang bisa ditanam di berbagai kondisi tanah, pencahayaan, dan kadar air. Tak ada manusia yang bisa menguasai banyak hal dengan baik.Â
Inilah pelajaran yang bisa dipetik dari drama bibit unggul ini. Bukan hanya sang mahasiswi, namun juga netizen dan selebtwit yang juga ikut serta di dalamnya. Hanya mereka yang mundur teratur dan tidak ikut larut dalam pertikaian ini adalah bibit unggul sesungguhnya. Mengutamakan berkarya daripada membalas cuitan tak berguna.
Dikeroyok selebtwit, netijen ini 1/2 mati membela diri pic.twitter.com/fJPVKYWyXb--- Info Twitwor & Drama (@InfoTwitwor) September 15, 2018
Terakhir, satu hal yang membuat miris adalah kegemaran warganet Indonesia akan pertikaian. Beberapa diantara mereka bahkan menjadikan pertikaian ini sebagai hiburan gratis di malam minggu. Hiburan yang sebenarnya bukan hiburan dan semakin merusak tatanan hidup bangsa. Apalagi, bagi yang sering berteriak-teriak mengamalkan pancasila degan murni dan konsekuen. Tentu, sifat ini tidak termaktub dalam sila-sila Pancasila, terutama sila ke-3.
Teruntuk selebtwit sendiri, ada baiknya lebih mengontrol emosi dalam menghadapi cuitan semacam ini. Beberapa diantaranya memang cukup arif dalam menanggapi drama ini dengan mulai mundur dan memberi kata penutup berupa wejangan halus kepada sang mahasiswi "bibit unggul". Namun, bagi selebtwit lain yang dengan mudahnya ikut dalam pasukan menggempur sang mahasiswi tadi, ambilah hal ini sebagai pelajaran. Walau telah terhapus, jejak digital itu masih tersisa.
Lebihlah arif dalam menyampaikan pendapat. Meski dengan seni ber-twit yang unik, tak menjadi masalah. Asal, maksud dari penyampaian itu bisa mengena dan tak membuat pertikaian menganga yang berujung nestapa.
Bagi mahasiswi yang merasa "bibit unggul", selalu ingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bibit yang unggul tidak akan memberikan keunggulannya lewat kata-kata, tapi kerja nyata dan prestasi sebagai buktinya.
Salam hangat dari Kompasianer "bibit unggul" yang perlu disiram, alias diberi saran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H