Maka, dari statement ini terlihat jelas bahwa selain bisa melakukan teknik dalam beladiri, pemain MMA juga harus bisa memasang strategi yang tepat. Perhitungan kapan ia mampu bertahan dan kapan lawan menyerah juga harus jeli. Terlebih, seringkali wasit terlambat untuk menghentikan pertandingan kala salah satu petarung sudah menunjukkan tanda-tanda untuk tape out (menyerah).
Memang, pada pertandingan kemarin banyak didominasi dengan kemenangan satu hingga dua ronde. Pada pertandingan pertama perbaikan peringkat kelas flyweight antara Harinto Jaya dengan Jeremy Siregar berkesudahan di ronde kedua. Pun demikian dengan pertandingan semifinal kelas atom yang hanya berlangsung beberapa detik.Â
Pertandingan ini dimenangkan oleh petarung asal Bandung Fighting Club, Ade Permana atas lawannya Anwar Hidayat. Pertandingan yang sangat tidak seimbang juga tersaji pada perbaikan peringkat kelas welterwight antara Theodorus Ginting dan Rysanda J Dirgantara. Theo, sang petarung nyentrik dari tanah Karo mudah sekali menghabisi Rysanda di ronde pertama.Â
Sang lawan tak diberi satupun kesempatan untuk melakukan perlawanan. Pertandingan yang cukup seru justru tersaji pada  laga Celebrity Fight antara Verdy Bhawanta melawan Panji Addiemas. Meski kalah, Panji masih memberikan perlawanan seru hingga akhir ronde ke-2.
Lalu, mana yang lebih menarik, kemenangan cepat atau kemenangan lama dengan adegan berdarah-darah? Kemenangan lewat striking atau grapling?
Ternyata, menarik tidaknya kedua jenis kemenangan itu tergantung dari selera penonton. Di Amerika, penonton lebih puas melihat kemenangan lewat striking dengan TKO yang cepat. Lain Amerika, lain pula Jepang. Kemenangan melalui kuncian adalah kenikmatan pertandingan MMA yang sesungguhnya. Sama halnya dengan apa yang saya tunggu ketika Bang Hafid mulai perlahan melilit tubuh sang lawan. Setahap demi setahap. Entah cepat atau lambat.
Selamat Hari Olahraga Nasional.
***
Sumber