Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sukses Schooling dan Mimpi Terpendam Anak-anak Indonesia di Olahraga Akuatik

25 Agustus 2018   09:29 Diperbarui: 25 Agustus 2018   11:10 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Schooling saat mempersembahkan emas pertama bagi Singapura. - https://www.scmp.com/

Lagu Kebangsaan Majulah Singapura kembali bergemuruh di kompleks akuatik GBK Jakarta.

Bendera merah putih dengan bulan sabit dan lima bintang pun berkibar di ujung tertinggi untuk kedua kalinya. Di tengah podium, atlet renang yang menjadi pahlawan bagi negeri mungil itu tampak sumringah. 

Dengan senyum khasnya, ia terus memberi sambutan kepada para pendukungnya. Dua emas sudah menjadi genggaman Singapura. Di cabang olahraga yang cukup banyak memperebutkan medali serta bergengsi ini.

Final 50 meter gaya kupu-kupu putra itu seolah menjadi momen penahbisan Joseph Schooling sebagai yang terbaik. Sehari sebelumnya, ia juga mempersembahkan emas di nomor 100 meter kupu-kupu putra sekaligus mencatatkan rekor baru. 

Kemenangannya di dua nomor itu seakan menjadikan renang tak hanya milik dua bangsa Asia Timur: China dan Jepang. Ya, bangsa Asia Tenggara pun bisa meraih prestasi dan telah dibuktikan oleh Schooling.

Memang, nama perenang kelahiran tahun 1995 ini sudah diunggulkan. Berbekal medali emas Olimpiade Rio 2016 yang dimenangkan secara spektakuler, kemenangan itu menjadi modal dasar baginya untuk berjaya di Asian Games 2018 ini.

Scooling memang menginspirasi. Saat kemenangannya di Olimpiade 2016 lalu, foto yang terpajang dengan Michael Phelps menjadi perbincangan khalayak ramai di dunia internasional. 

Perbincangan pun mengarah ke arah positif menuju satu topik: bagaimana cara mewujudkan mimpi seorang anak kecil. Schooling bisa mewujudkan mimpinya itu dengan mengungguli sang idola pada final 100 meter gaya kupu-kupu di Rio de Janiero.

Mimpi itulah kini yang banyak tersemat pada anak-anak. Tak hanya di negeri tempatnya menggapai mimpi itu, tapi juga anak-anak di sleuruh dunia. Terutama, anak-anak di Asia Tenggara yang memiliki garis pantai dengan cukup luas. Terlebih, bagi anak-anak di Indonesia.

Maka, gelanggang renang GBK pun menjadi ramai dengan kehadiran banyak anak dan remaja yang ingin menyaksikan sang idola Singapura ini berlaga. Mereka bahkan datang lengkap dengan anggota keluarganya. Salah satunya adalah Tiger. Pelajar yang masih duduk di bangku SD ini begitu antusias untuk melihat kemenangan Schooling.

Dengan segenap hati, ia terus berharap bahwa Schooling bisa merebut kemenangan keduanya. Usahanya tak sia-sia. Schooling memang menjadi yang tercepat pada final 50 meter gaya kupu-kupu putra dengan torehan waktu 23,61 detik. Schooling berhasil mencetak rekor Asian Games yakni 23,46 yang dicatatkan oleh atlet China, Shi Yiang pada Asian Games 2014 lalu.

Di tengah euforianya itu, Tiger mendapat kejutan kembali. Sang idola melemparkan topi renangnya ke arahnya. Meski dalam keadaan terengah-engah, sang idola tahu bahwa ada anak kecil yang bergitu antusias dan mengaguminya. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Tiger yang sudah menunggu selama tiga hari bertutut-turut agar mendapat perhatian dari idolanya ini.

Tiger memamerkan topi renang yang diberikan oleh Joseph Schooling. - channelnewsasia
Tiger memamerkan topi renang yang diberikan oleh Joseph Schooling. - channelnewsasia
Tiger hanya satu dari banyak masyarakat Indonesia yang mendukung atlet Singapura. Setelah Indonesia gagal mendulang medali di cabor yang memperbutkan 41 medali emas ini, banyak penonton Indonesia yang kemudian menjadikan Singapura dan Schooling tumpuan untuk menembus dominasi Jepang dan China. 

Dua negara adidaya yang akhirnya berhasil keluar menjadi yang terbaik dengan sama-sama mengoleksi 19 medali emas. Tak ayal, bendera Singapura pun banyak terpasang bersebelahan dengan bendera Indonesia di tribun penonton.

Pendukung Indonesia dan Singapura yang antusias. - Channelnewsasia
Pendukung Indonesia dan Singapura yang antusias. - Channelnewsasia
Kemenangan Schooling setidaknya menjadi pembuktian bahwa mimpi dan kerja keras adalah kunci dari kesuksesan. Dan tentu, dukungan orang tua sejak kecil yang turut menjadikan Schooling seperti sekarang ini. 

Mengetahui sang anak memiliki mimpi di olahraga akuatik ini, orangtuanya memboyong Scooling ke Florida, AS untuk mengikuti pemusatan renang. Di dalam latihan panjang itu, Schooling berfokus pada teknik berenang yang memungkinkan membentuk  otot tubuhnya secara alami. Schooling pun bak menjadi manusia ikan supercepat kala bertanding.

Dari mimpinya itu, Schooling kini tak hanya berfokus pada pencapaian pribadinya. Ia juga ingin anak-anak lain mengikuti jejaknya menjadi juara dunia renang. Maka, sebuah sekolah renang yang diberi nama "Swim Schooling" ia dirikan di Singapura. 

Sekolah tersebut akan melatih renang anak-anak usia 3 hingga 11 tahun dan menawarkan sistem pelatihan delapan tahap yang progresif. Dengan program semacam ini, maka bakat anak-anak ini akan dapat diasah sejak dini. 

Schooling juga turut membantu negaranya untuk mencari bibit-bibit baru yang akan mengharumkan nama Singapura selepas ia pensiun nanti.

Schooling dan anak-anak didiknya. ia sangat mencintai renang dan ingin banyak yang berhasil seperti dirinya. - Kompas.com
Schooling dan anak-anak didiknya. ia sangat mencintai renang dan ingin banyak yang berhasil seperti dirinya. - Kompas.com
Apa yang dilakukan Schooling dan Singapura di cabang renang ini memang sangat fantastis. Betapa tidak, olahraga yang menjadi andalan banyak negara besar di dunia dan selalu memperebutkan banyak medali ternyata bisa juga diraih oleh negeri sekecil itu. Dengan raihan 2 emas, 1 perak, dan 3 perunggu, Singapura memang tampil all out dengan atlet-atlet muda.

Keberhasilan Singapura ini seakan bertolak belakang dengan kegagalan Indonesia. Memang, atlet-atlet renang Indonesia sudah menunjukkan usaha yang maksimal. Namun, persoalan kembali kepada pembinaan yang dilakukan. Salah satu kelemahan pembinaan renang di Indonesia adalah tidak menyertakan atlet potensial yang belum memiliki titel juara, baik daerah maupun nasional. 

Selama ini, atlet-atlet yang mengikuti pemustaan latihan merupakan atlet yang sudah memiliki track record baik. Padahal, seiring berjalannya waktu, perubahan prestasi bisa saja terjadi.

Program pelatihan pun akhirnya menjadi eksklusif. Banyak bibit-bibit unggul yang sebenarnya berpotensi namun belum menunjukkan hasil akan tenggelam. Selain itu, pembinaan juga belum berisfat jangka panjang. Jarang sekali atlet di bawah 17 tahun yang dipanggil untuk pemusatan latihan.

Di pendidikan formal pun, banyak anak-anak yang memiliki mimpi untuk seperti Schooling akhirnya hanya bisa melihat dari balik layar kaca. Masih belum luas kesempatan untuk mengembangkan potensinya menjadi alasan utama. 

Orang tua yang belum mendukung atau sarana yang minim juga sering menjadi kendala. Walau banyak yang sudah melakukan, kelas-kelas renang di sekolah formal pun tidak bisa berjalan maksimal. Olahraga renang pun akhirnya menjadi sarana just for fun tanpa pengembangan lebih jauh lagi. Mimpi anak-anak yang ingin seperti Schooling pun hanya bisa menjadi mimpi.

Tak hanya itu, beban berat yang disematkan pada atlet renang Indonesia juga menjadi catatan sendiri bagi kegagalan kita kali ini. Siman Sudartawa yang tak berdaya menghadapi atlet-atlet dari Tiongkok dan Jepang mengakuinya. 

Hal yang berbeda justru dirasakan Schooling yang tampil tanpa beban dan baru tersadar memenangkan pertandingan setelah kepalanya keluar dari air. Inilah yang bisa dijadikan pembelajaran agar atlet-atlet renang kita untuk juga bisa menambah jam terbangnya agar  bisa tampil rileks dan fokus pada pertandingan. Dan tentunya, mental itu juga harus diasah sejak dini.

Albertus Andika Bangun yang sangat mengidolakan Schooling memamerkan kaosnya bertanda tangan idolanya. Ia juga ingin seperti Schooling. - Channelnewsasia
Albertus Andika Bangun yang sangat mengidolakan Schooling memamerkan kaosnya bertanda tangan idolanya. Ia juga ingin seperti Schooling. - Channelnewsasia
Di tengah euforia Schooling dan kesiapan Singapura untuk mencetak kembali Schooling-schooling baru, seorang anak Indonesia kembali mendapat kejutan dari sang idola. Bercita-cita menjadi perenang nasional, Albertus Andika Bangun mendapat tanda tangan sang idola di kaosnya. 

Semoga, momen ini menjadi titik penting yang bisa saja menginspirasinya untuk bisa menjadi Schooling. Atau bahkan, bisa lebih baik dan mengharumkan nama Indonesia di olahraga akuatik. Olahraga yang sebenarnya harus dimenangkan Indonesia dengan garis pantainya yang luas.

Semoga harapan anak-anak ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Dukungan penuh seperti dukungan yang dilakukan APP Sinarmas yang berkontribusi sebagai official partner Asian Games 2018.

Kalau Singapura bisa, Indonesia juga harus bisa!

Sumber:

Salah Satu Pelatih Kemukakan Kekurangan Renang Indonesia

Asian Games: Schooling bags second gold after winning 50m fly

Gila, Schooling Sabet Emas dan Bikin Rekor Asian Games Lagi

Jepang Juara Umum Cabor Renang Asian Games  

Asian Games: Joseph Schooling Berjaya, Singapura Raih Medali Emas Pertama

Hadapi Asian Games, Schooling Buka Sekolah

Siman soal Beban, Mental dan Harapan pada Penonton

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun