Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Lain di Balik Angkernya Museum Kesehatan Surabaya

1 Juli 2018   10:17 Diperbarui: 1 Juli 2018   15:59 4369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat tes kesehatan mata. - Dokumen Pribadi.

Walau ditentang keras akibat aneka masalah kesehatan yang sebenarnya diderita sang pelaku, nyatanya hukuman penjara bertahun-tahun masih juga menghantui mereka.

Alat untuk aborsi. - Dokumen pribadi.
Alat untuk aborsi. - Dokumen pribadi.
Selepas puas melihat koleksi di ruangan kesehatan sejarah, saya beranjak ke ruangan kesehatan IPTEK. Ruangan ini berisi segala penelitian medis yang berguna bagi kesehatan manusia. 

Mulai dari tanaman dan hewan yang dapat digunakan untuk sarana pengobatan manusia, macam-macam tanaman TOGA dan jamu, hingga hewan dan tumbuhan yang bisa menjadi vektor penyebab penyakit manusia.

Selain itu, terdapat juga beberapa riset mengenai kesehatan manusia beberapa manusia terakhir yang melibatkan tanaman dan hewan.

Tikus, salah satu vektor penyakit pada manusia. Apa banyak tikus di rumahmu? - Dokumen pribadi.
Tikus, salah satu vektor penyakit pada manusia. Apa banyak tikus di rumahmu? - Dokumen pribadi.
Namun, ada satu ruangan khusus yang menurut saya aneh. Di sana dijelaskan potret penampakan makhluk-makhluk halus yang terekam jelas.

Ada pula sebuah buku juga berisi kekuatan yang terdapat dalam tubuh untuk menyehatkan tubuh itu sendiri atau disebut self healing. Ada juga skema pancaran energi kosmis di dalam bangunan museum itu yang secara sains bisa dijelaskan meski bagi saya masih mengandung nuansa mistis.

Entah, di ruangan berukuran 2x2 meter itu tangan saya selalu tremor jika mengambil gambar. Kepala saya mulai agak berat. Apalagi, setelah melihat beberapa potret di dalamnya, seperti gambar Nyi Roro Kidul dan semacam penampakan telapak tangan di Turki, kepala saya tambah berat. 

Mungkin juga karena saya belum makan. Meski begitu, saya masih belum mengerti maksud dari pemajangan benda-benda di ruangan ini.

Ruangan berisi informasi energi kosmis. - Dokumen pribadi.
Ruangan berisi informasi energi kosmis. - Dokumen pribadi.
Aneka penampakan di beberapa tempat. - Dokumen pribadi.
Aneka penampakan di beberapa tempat. - Dokumen pribadi.
Saya lalu menuju bagian akhir dari lorong di sejarah IPTEK ini yakni mengenai proses daur ulang yang ada di rumah sakit. Tak semua barang-barang bekas untuk pasien dibuang. Beberapa bahkan digunakan untuk kerajinan tangan. Tapi tentunya pembuatan kerajinan itu dilakukan setelah bekas alat kesehatan melewati tahapan penting seperti sterilisasi.

Satu hal yang unik adalah adanya daur ulang kotoran manusia yang digunakan untuk makanan. Daur ulang ini menurut informasi yang saya baca sering dilakukan di Jepang. Bagi anda yang sudah ke Jepang, apa memang benar adanya?

Nah bagian terakhir dari museum ini adalah kesehatan sejarah. Bagian ini adalah bagian favorit karena memuat teknik pengobatan tradisional yang dilakukan.

Mulai dari TCM, akupuntur, bekam, hingga pengobatan tradisional yang berbau mistis. Jailangkung, santet dan prapen adalah beberapa diantaranya. Untuk santet sendiri terpampang rambut dan paku yang berhasil dikeluarkan dari sang penderita. 

Jujur, saya tak nyaman ketika melihatnya sehingga terpaksa tidak saya potret. Satu hal yang membuat saya miris adalah tempat pemasungan untuk pasien penyakit jiwa.

Di dalam keterangannnya, pasung itu telah digunakan selama puluhan tahun. Pasung ini malah sering digunakan untuk menjaga agar sang pasien tidak menganggu orang. Padahal, pasien penyakit jiwa sebenarnya perlu terapi kesehatan yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun