Banyak masalah yang harus dibenahi
Sebagai pemimpin sebuah kota besar, tugas sebagai Wali Kota Malang sesungguhnya tidaklah mudah. Selain mengembalikan kepercayaan dari masyarakat kembali, banyak hal yang harus dibenahi.Â
Aneka proyek yang terbengkalai akibat skandal korupsi seperti pembangunan Jembatan Kedungkandang yang sampai saat ini menjadi misteri juga harus segera diatasi. Banjir yang menghantam kota ini tiap musim hujan tiba seakan menjadi momok. Bahkan, beberapa tahun terakhir banjir melanda kawasan penting di Kota Malang yang cukup mengganggu aktivitas warga.
Jalan kota yang rusak juga dikeluhkan oleh banyak warga. Apalagi, jalan-jalan tersebut menghubungkan daerah penting seperti wilayah kampus. Jeglongan Sewu, objek wisata yang banyak diplesetkan warga Malang untuk jalan-jalan berlubang semakin banyak. Akun @infomalang dan FP Komunitas Peduli Malang Raya sering menyajikan keluhan tersebut yang semakin hari semakin banyak.
Parkir liar yang mewabah juga tak kalah menghantui warga. Jukir liar yang datang tak dijemput dan  pulang tak diantar menjadi hal sangat menjengkelkan ketika warga hanya sekedar mengambil uang ATM ataupun berbelanja di minimarket yang sebetulnya bebas parkir.Â
Masalah parkir ini semakin runyam ketika dugaan korupsi dana parkir yang melibatkan Kabid Parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Syamsul A sebesar 1,5 Milyar rupiah masih diselidiki.
Kondisi kemacetan yang semakin mengerikan juga menjadi masalah. Hampir setiap akhir pekan, keluhan warga seputar kemacetan di simpul-simpul jalan utama. Yang bagi kebanyakan warga cukup mengelus dada, kemacetan ini disebabkan oleh acara-acara seremonial. Acara-acara tersebut banyak yang memakan badan jalan. Padahal, banyak dari rangkaian acara tersebut dilakukan oleh pemerintah kota yang semestinya bisa meminimalisasi dampak dari kemacetan tersebut.
Masalah transportasi umum antara transportasi online dan konvensional juga masih menjadi masalah serius. Masalah pendidikan seperti pelaksanaan program Full day school juga harus diseriusi oleh wali kota baru nanti. Belum lagi masalah lain seperti kesehatan, kriminalitas, pengangguran, dan kemiskinan.Â
Pemimpin Baru
Apatisme dan pesimisme warga Kota Malang dalam menyambut gelaran Pilkada kali ini memang menjadi masalah serius. Namun, mau tak mau wali kota baru harus dipilih.Â
Berdasarkan hitung cepat yang dilakukan oleh avemedia dan dirilis oleh Radar Malang, Pasangan Calon Nomor 3 Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko (SAE) memperoleh kemenangan sebesar 43,37%, disusul pasangan petahan nomor 2, M. Anton-Syamsul sebesar 37,28% dan terakhir pasangan nomor 1, Nanda Gudban dan Wanedi dengan raihan 19,35%. Dari hasil hitung cepat ini, tingkat partisipan warga dalam memilih walikota sebesar 73%. Jumlah yang cukup bagus di tengah segala ketidakpastian.