Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Polemik "Meet and Greet" Artis Tik Tok

11 Juni 2018   16:53 Diperbarui: 11 Juni 2018   18:36 8561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laman twitter saya dua hari ini sedang ramai membicarakan salah satu fenomena yang membuat miris, tertawa, tapi juga menyesakkan dada.

Tak lain dan tak bukan adalah booming-nya kegiatan meet and greet para Muser dan Tiktoker (sebutan bagi pengguna aplikasi Musical.ly dan Tik Tok). Sebenarnya, bagi saya yang pernah muda dan mengalami masa remaja, kegiatan ini bisa dibilang wajar. Namanya anak muda, siapa sih yang tak ingin masa terindah dalam hidupnya berakhir hanya di depan meja belajar saja.

Masih ingat video perempuan yang dihujat karena bermain Tiktok di depan jenazah? (Tribunnews.com)
Masih ingat video perempuan yang dihujat karena bermain Tiktok di depan jenazah? (Tribunnews.com)
Namun, yang membikin saya jantungan, tepatnya membelalakkan mata adalah kegiatan tersebut diadakan dengan tidak gratis alias membayar. Baik, saya kembali mencoba rasional. Saat remaja dan beranjak dewasa dulu, saya juga pernah mengalami masa-masa gila menghadiri konser dan meet and greet. 

Bahkan, pada 2012 saat masih kuliah, konser Big Bang di Jakarta pernah saya datangi. Uang beberapa ratus ribu melayang untuk melampiaskan hasrat melihat dari jauh boy band K-POP yang digawangi oleh GD, TOP, Seungri, Taeyang, dan Daesung ini. Saya juga pernah menghamburkan uang demi melihat konser dan kegiatan handshake JKT48 di teaternya.

Menyesalkah saya? Tidak. Saya tidak menyesal. Sebagai penggemar yang bisa dibilang cukup die hard, uang sebanyak itu sebanding dengan apa yang saya dapat. 

Suguhan lagu yang begitu banyak, atraksi panggung dan menarik dan yang paling penting saya hafal lagu-lagu yang mereka bawakan membuat saya tak menyesal. Meski, kalau saya berpikir lebih jauh lagi untuk saat ini, rasanya kok sayang sekali. Namun, kembali ke kodrat awal sebagai remaja, paling tidak saya punya pengalaman dan bisa menceritakan pengalaman berharga ini kepada anak cucu kelak.

Kembali ke fokus bahasan. Saya cukup ikhlas jika membayar ratusan ribu untuk menonton konser Big Bang, Agnes Monica, JKT48, atau sederet artis lain yang memang saya akui kualitasnya hebat.

Nah, yang saya tidak ikhlas adalah meet and greet (MnG) ini dilakukan oleh para artis Tik Tok yang 100 persen dari mereka saya tidak kenal. Dan mungkin sebagian besar dari orang-orang terdekat saya juga tak kenal. Tapi, bagi para penggila Tik Tok yang didominasi anak SD kelas atas, SMP, dan SMA, mereka adalah superstar.

adik-adik sekalian, duit 300rb itu banyak Lo, bisa buat makan sekeluarga selama 1minggu lebih kalo mau irit. MnG gak berguna gini buat apaan? Orangtua jungkir balik nyari duit cuma di abisin buat ntn kalian yg jungkir balik bikin vid tiktok? Astaghfirullah pic.twitter.com/gN76SD6AtA--- Mr.Grey (@___agree) June 10, 2018

Mereka adalah pujaan hati yang (meski saya tidak ikhlas) levelnya sama dengan Big Bang, Agnes Monica, dan artis-artis lain yang konsernya pernah saya saksikan. Mengapa "level" nya sama? Karena harga yang dibanderol untuk acara MnG ini tidak main-main untuk ukuran anak sekolah. Paling murah, tiket yang harus mereka bayar adalah 100 ribu rupiah. Bahkan, untuk kelas VVIP, yang mendapat keuntungan duduk di bangku depan dan persis beberapa sentimeter dari para artis ini, harga yang dibanderol bisa mencapai 350 ribu rupiah.

Entah kenapa, saya kok tiba-tiba ngilu merasakan ini. Bukan saya tak suka dengan kreativitas mereka, namun kembali lagi sebagai profesi saya sebagai guru yang menyayangkan aktivitas MnG berbayar ini. Memang, para pelaksana bisa menjadikan momentum MnG ini sebagai pangsa pasar yang menjanjikan.

Apalagi, rangkaian kegiatan MnG ini banyak dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri dan saat anak-anak libur sekolah. Dan memang, hak anak untuk mengikuti acara tersebut. Bisa berfoto bersama, mengajukan pertanyaan, atau yang sering disebut QnA, dan sederet acara lain.

Walau demikian, sebagai orang tua, kok ya sayang uang sebanyak itu digunakan untuk bertemu dengan artis yang sebenarnya masih merangkak untuk mencari popularitas. 

Para calon artis yang boleh saya katakan dengan pengikut beberapa ratus ribu tapi sudah merasa ia adalah bintang papan atas hebat yang harus dipuja dan dikagumi. Atau, jika diberi istilah mereka mengalami star syndorme. Merasa dirinya adalah seorang bintang, selebritis, atau orang penting. Perilakunya mencontoh perilaku selebriti, namun sesuai dengan persepsinya sendiri.

Biasanya, orang yang rawan terkena star syndrome adalah orang yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, perhatian dari lingkungan pun biasa-biasa saja padanya.

Namun pada suatu momen dia mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Ada hal yang membuatnya menjadi spesial. Bisa jadi karena dia berprestasi di suatu bidang, atau berjasa pada suatu peristiwa, atau apapun.

Tapi, khusus untuk artis Tik Tok ini, apa prestasi yang membanggakan dari mereka?


Menyanyi? Menari? Main Musik? Atau sebenarnya hanya terbantu aplikasi saja? Padahal kalau saya lihat dari video-video Tik Tok yang beredar, aplikasi ini hanya sekedar main-main dan penghilang strss. Kalaupun mendapat banyak apresiasi, itu wajar dan sebatas keseruan semata. Kalau dilanjutkan untuk menjadi artis kok rasanya berlebihan.

Di sisi lain, ada satu hal yang ingin saya kritisi. Ternyata, para Tiktokers ini berada dalam satu manajemen dalam melaksanakan MnG. Ketika memberikan pengumuman akan dilaksanakan MnG, banyak sekali tidak menyertakan lokasi tentang acara MnG. Pihak penyelenggara hanya mengumumkan nama kota beserta para artis yang akan datang. Selebihnya, hanya tertulis kata privat.

Bagaimana para fans yang hadir bisa mengetahui lokasinya?

Dari komentar akun instagram penyelenggara, saya menemukan sebuah keanehan. Rupanya, mereka harus melakukan transfer uang tiket terlebih dahulu baru kemudian lokasi MnG berlangsung. Nah, di sini yang menjadi perhatian saya karena selama saya mengikuti MnG, entah Yovie and Nuno, Bayu Skak, atau beberapa artis lain yang berbayar, lokasi MnG telah diumumkan dengan jelas.


Baik, inilah sedikit uneg-uneg saya semoga bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang. Alangakah lebih baik lagi, jika kegiatan MnG ini dilaksanakan dengan gratis atau jika berbayar cukup beberapa puluh ribu rupiah saja. 

Lebih baik pula jika dilakukan sembari melakukan aktivitas sosial yang tak mengedepankan hedonisme semata. Bagi para orang tua yang memiliki anak remaja dan sedang kecanduan Tik Tok, jagalah anak anda dan pastinya dompet Anda. Dan buat adik-adik lebih baik uangnya ditabung ya. Digunakan untuk jalan-jalan bersama keluarga juga boleh.

Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun