Alasan perbudakan tersebut adalah karena Dewi Winata kalah taruhan dengan Dewi Kadru. Kedua wanita bersaudara ini bersaing untuk mendapatkan perhatian dari sang suami yang sama, Resi Kasyapa. Sayang, diantara tiga relief tersebut hanya relief kedua yang masih utuh. Dua relief yang lain sudah nampak pecah.
Selain adanya relief, di sekeliling candi juga berhiaskan pahatan bermotif medalion yang berjajar diselingi bingkai bermotif bunga. Sulur-suluran juga menghiasi motif medalion tersebut. Tak hanya itu, di pojok-pojok candi yang menonjol keluar juga terdapat patung yang mirip dengan singa dalam posisi duduk dengan satu tangan terangkat ke atas.Â
Jika dilihat seksama, patung ini seakan menyangga pelipit atas kaki candi. Entah, apa maksud dari patung tersebut. Meski mencoba menerka adakah hubungannya antara lambang singa dengan pengkultusan hewan ini oleh masyarakat Malang hingga kini, tentu ada makna lain di balik simbol singa tersebut.
Patung singa di pojok candi. - Dokumen Pribadi.
Perjalanan saya mengelilingi candi berakhir pada sebuah pohon besar yang memayungi candi dengan samar-samar. Beberapa turis lokal mulai berdatangan yang saya yakini baru pertama kali datang ke Kota Malang. Membuka peralatan swafotonya, mereka mulai menjelajah candi demi mendapatkan potert paripurna. Namun, saya menyangsikan apakah mereka bisa sedikit memaknai nilai bakti Raja Anusapati kepada sang ibu untuk mereka renungi di kehidupan sehari-hari.Â
Ah mengapa saya jadi memikirkan itu? Pemikiran saya ini terlalu naif karena hal itu tidaklah penting sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya