Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minimnya Proses Editing BKS dari Blog Pribadi

1 Mei 2018   21:29 Diperbarui: 2 Mei 2018   06:33 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pendamping belajar siswa, Buku Kerja Siswa (BKS) memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran.

Meskipun bukan menjadi sumber belajar utama, bagi kebanyakan guru di Indonesia, BKS tetaplah menjadi acuan sumber belajar. Jika para guru sedang tak memiliki banyak waktu untuk membuat lembar kerja sendiri, BKS menjadi solusi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. BKS dapat digunakan sebagai hand out yang membantu siswa belajar secara terarah. Melalui BKS pula, siswa diharapkan dapat melakukan aktivitas sekaligus memperoleh ringkasan materi yang menjadi dasar aktivitas tersebut. Sayangnya, tak semua BKS memiliki konten yang berkualitas.

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengajar siswa Kelas 5 pada sebuah SD Negeri, sebuah kehebohan terjadi. Pada suatu bahan bacaan BKS Kelas 5, terdapat kata "pelacur" yang bisa dengan mudah dibaca oleh anak-anak. Kasus serupa juga terjadi pada BKS Kelas 4 yang memuat kata "selingkuhan" pada halaman belakang BKS tersebut. Walaupun sempat menuai kontroversi hingga skala nasional, kasus ini akhirnya menghilang begitu saja. Padahal, BKS ini disusun oleh tim guru dan pengawas sekolah yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan. Diberikan secara gratis kepada siswa dan dibiayai oleh dana BOSDA.

Rasa penasaran sebab muasal kata-kata tak pantas itu pun lantas muncul. Mungkinkah para guru menulis sendiri bacaan tersebut? Jelas kalau kegiatan ini dilakukan, kata-kata tersebut tak akan mungkin keluar dalam bacaan BKS. Nah, satu-satunya kemungkinan adalah bacaan yang digunakan berasal dari sumber lain. Dan, sumber lain itu tak lain adalah sumber dari internet.

Dari penelusuran melalui mesin pencari, saya menemukan beberapa fakta menarik. Hampir sebagian besar bacaan BKS yang kami pakai ternyata berasal dari blog dan catatan Facebook milik seseorang. Pengambilan sumber bacaan dari blog dan catatan FB tentu harus dilakukan secara hati-hati. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua sumber tersebut ditulis secara bebas tanpa adanya proses penyuntingan yang cukup baik. Tambahan sumber informasi dan penyuntingan lebih lanjut dari penulis BKS sangat diperlukan agar isi bahan bacaan yang diterima siswa berkualitas dan sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Nyatanya, hal ini tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Beberapa catatan penting bisa dijadikan pembelajaran bagi penulis naskah BKS untuk bahan perbaikan.

Kata-kata pelacur di dalam BKS Kelas 5 Tema 4 yang diambil dari blog pribadi. Perhatikan kesalahan penulisan beberapa kata. - Dokumen Pribadi
Kata-kata pelacur di dalam BKS Kelas 5 Tema 4 yang diambil dari blog pribadi. Perhatikan kesalahan penulisan beberapa kata. - Dokumen Pribadi
Hampir tidak ada penyuntingan sama sekali, bahkan muncul kata "saya" yang menyiratkan bahwa bacaan ini tidak diedit sama sekali - Dokumen Pribadi.
Hampir tidak ada penyuntingan sama sekali, bahkan muncul kata "saya" yang menyiratkan bahwa bacaan ini tidak diedit sama sekali - Dokumen Pribadi.
Pertama, tidak adanya sumber rujukan yang tertulis ketika mengutip bahan bacaan.

Pada BKS yang kami pakai, beberapa bacaan memang telah mencantumkan sumber blog yang dikutip. Namun, terdapat cukup banyak bacaan yang tak mencantumkan sumber aslinya. Semestinya, rujukan bahan tulisan yang dijadikan bacaan sangat dianjurkan untuk ditulis. 

Kita masih ingat kalimat legendaris "Disadur dari Majalah Bobo edisi......". Walaupun kelihatan sepele, dengan adanya sumber rujukan bacaan, maka sumber kebenaran informasi dapat diketahui. Jika ada kesalahan atau hal-hal lain yang kurang berkenan, sumber perkara menjadi jelas. Tak hanya itu, adanya sumber rujukan membuat siswa belajar untuk bisa membaca dan menulis dengan benar.

Mereka akan belajar bagaimana mengolah bahan bacaan untuk dijadikan sumber informasi. Belajar bagaimana merangkai kata yang baik seperti pada sumber bacaan, dan yang paling penting belajar menyaring aneka sumber informasi yang terpercaya di tengah banyaknya kabar bohong yang beredar. 

Adanya sumber rujukan yang dibaca oleh siswa membuat mereka juga belajar membuat daftar pustaka sederhana ketika ingin membuat sebuah tulisan yang sangat berguna pada jenjang berikutnya.  Nah, dengan kealpaan penyantuman sumber bacaan dalam BKS, apakah siswa mendapat banyak pelajaran berharga seperti itu?

Sumber bacaan seringkali tertulis. Malah yang termuat adalah link unduhan di dalam sebuah blog pribadi. Jelas, penyuntingan yang dilakukan cukup minim. Gambar diambil dari BKS Kelas 5 Tema 7.- Dokumen Pribadi
Sumber bacaan seringkali tertulis. Malah yang termuat adalah link unduhan di dalam sebuah blog pribadi. Jelas, penyuntingan yang dilakukan cukup minim. Gambar diambil dari BKS Kelas 5 Tema 7.- Dokumen Pribadi
Kedua, adanya mispersepsi siswa dalam memahami isi bacaan.

Penggunaan sumber bacaan dari blog dan catatan FB dengan penyuntingan minim membuat beberapa istilah sulit dan aneka kata kajian akan muncul. Hal ini cukup wajar mengingat bahan bacaan yang digunakan memang untuk semua kalangan, terutama untuk orang dewasa. Akibatnya, seringkali siswa tidak memahami dengan baik maksud dari bacaan. Salah satu contohnya adalah sebuah bacaan tentang kebutuhan akan penghargaan.

 Dalam bacaan tersebut, tertulis bahwa kebutuhan penghargaan terbagi menjadi 2, yakni eksternal dan internal. Sayangnya, bacaan tersebut tidak memberi penjelasan yang mudah dipahami mengenai apa yang dimaksud dengan kebutuhan eksternal dan internal. Padahal, jika sang penulis BKS bisa sedikit meluangkan waktunya, ia bisa menambahkan keterangan bahwa kebutuhan eksternal berarti berasal dari orang lain (luar) dan internal berasal dari dalam diri sendiri. 

Pada bacaan BKS yang saya temui, yang terjadi adalah pemaparan langsung menuju pada contoh keduanya. Jika diperhatikan lebih lanjut dan direnungkan lebih dalam, apakah siswa paham dengan maksud bacaan tersebut?

Cuplikan bacaan yang cukup membingungkan. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2. - Dokumen Pribadi.
Cuplikan bacaan yang cukup membingungkan. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2. - Dokumen Pribadi.
Ketiga, gambar pendukung yang kurang jelas.

Gambar pendukung juga berperan penting di dalam sebuah bacaan. Dengan adanya gambar pendukung, pemahaman siswa mengenai maksud dari bacaan diharapkan akan semakin baik. Siswa akan dapat mengeksplorasi lebih jauh pengetahuannya dari gambar tersebut. Masalahnya, cukup banyak gambar pendukung yang tampak tidak jelas. Terlalu kecil, keterangan gambar yang tak terbaca, hingga susunan gambar yang kabur. Ketidakjelasan seperti ini tentu akan membuat siswa tidak bisa memahami materi dengan baik.

Tak hanya itu, beberapa bacaan tak memuat gambar pendukung padahal sangat diperlukan. Contohnya adalah pada bacaan mengenai bacaan jaring-jaring prisma. Pada bacaan tersebut tertulis contoh jaring-jaring prisma segitiga ABC.DEF, jaring-jaring prisma segiempat ABCD.EFGH, jaring-jaring prisma segilima ABCDE.FGHIJ, dan jaring-jaring prisma segienam ABCDEF.GHIJKL. 

Akan tetapi, setelah pemberian contoh tersebut, tak termuat gambar pendukung mengenai jaring-jaring yang dimaksud. Tentu, ketiadaan gambar ini akan cukup menyulitkan siswa untuk memahami bentuk jaring-jaring prisma. Memang, beberapa gambar jaring-jaring prisma telah terdapat pada buku paket tematik. Namun, bukan berarti mengabaikan adanya gambar di dalam BKS.

Gambar pendukung yang tidak termuat. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 6 - Dokumen Pribadi.
Gambar pendukung yang tidak termuat. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 6 - Dokumen Pribadi.
Gambar yang baik untuk BKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna BKS. Gambar fotografi dengan kualitas tinggi belum tentu menjadi gambar BKS yang baik. Isi dan kejelasan dari gambar secara keseluruhan adalah poin penting dalam pemuatan gambar di dalam BKS.

Keempat, dengan adanya pengambilan bebas bahan bacaan dari blog tanpa pengeditan yang baik, maka cukup banyak ditemukan kesalahan penggunaan tanda baca dan ejaan.

Temuan ini cukup mengkhawatirkan karena banyak bahan bacaan yang hanya disalin tanpa adanya penyuntingan sama sekali. Kesalahan paling sering muncul adalah penggunaan huruf kapital yang tidak semestinya seperti peletakannya setelah tanda baca koma. Penulisan kata depan dan awalan juga seringkali salah. Banyak awalan yang ditulis secara terpisah dan sebaliknya banyak pula kata depan yang ditulis secara sambung. 

Belum lagi penggunaan tanda tanya, tanda seru, tanda titik dua, dan tanda petik yang tidak pada tempatnya. Banyak ditemukan pula penggunaan kata tidak baku di dalam kalimat. Padahal, pengenalan kata baku dan tidak baku serta penggunaan tanda baca, termasuk salah satu kompetensi dasar muatan Bahasa Indonesia yang juga masuk dalam kisi-kisi soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).

Kesalahan ejaan yang cukup banyak ditemukan. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2- Dokumen Pribadi
Kesalahan ejaan yang cukup banyak ditemukan. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2- Dokumen Pribadi
Penulisan simbol Karbon dioksida yang kurang tepat dan tidak konsisten - Dokumen Pribadi.
Penulisan simbol Karbon dioksida yang kurang tepat dan tidak konsisten - Dokumen Pribadi.
Namun sebenarnya, masalah kesalahan tanda baca dan ejaan ini akan memberi dampak bagi siswa dalam jangka panjang. Artinya, jika mereka terus mendapat kesalahan konsep berulang yang dipelajari setiap hari tanpa adanya bimbingan dari guru, apa jadinya dengan usaha belajar yang mereka lakukan?

 Maksudnya begini, di dalam pemahaman siswa akan terpatri konsep ilmu bahasa yang salah dan itu tak menjadi masalah. Toh guru-guru mereka juga tak memberi usaha untuk membenarkan kesalahan tersebut. Kebanyakan guru akan senantiasa langsung membahas latihan soal di dalam BKS padahal jelas-jelas siswa mencari jawaban dari bacaan dari BKS. Kalau sudah begini, siapa lantas yang mau bertanggung jawab?

Beberapa masalah mengenai bahan bacaan di dalam BKS juga termasuk tidak konsistennya isi bahan bacaan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai sehingga bahasan melenceng jauh. Pergantian muatan pembelajaran yang terjadi secara tiba-tiba, dan beberapa masalah lain juga seringkali muncul. Nah, mungkin timbul pertanyaan, mengapa masalah ini kerap terjadi?

Kesalahan konsep dan pergantian muatan secara tiba-tiba. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2. - Dokumen Pribadi
Kesalahan konsep dan pergantian muatan secara tiba-tiba. Diambil dari BKS Kelas 5 Tema 2. - Dokumen Pribadi
Penelusuran saya berlanjut dengan mencari tahu cara kerja tim penulis BKS ini. Menurut rekan saya yang pernah mengikuti proyek pembuatan BKS ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum BKS benar-benar tercetak. Guru-guru yang telah terpilih untuk menulis BKS akan mendapat semacam pelatihan singkat. Lalu, mereka akan dibagi dalam beberapa tim. Satu tim terdiri dari 3-4 orang dengan tingkatan kelas yang sama. 

Masing-masing tim akan membuat BKS dalam 1 tema. Setiap tema terdiri dari 3 hingga 4 sub tema. Tiap orang akan mengerjakan bahan materi dan soal latihan beserta kunci jawaban dalam satu sub tema. Setiap tema terdiri dari 3 hingga 4 sub tema. Dari tiap tim ini, satu orang akan bertugas mengumpulkan seluruh bahan materi BKS sebelum diserahkan ke pengawas untuk dilakukan penyuntingan. Melihat tahapan ini, sebenarnya ada beberapa tahapan editing yang bisa dimaksimalkan oleh tim penulis BKS.

Alur kerja pembuatan BKS. - Dokumen Pribadi
Alur kerja pembuatan BKS. - Dokumen Pribadi
Tak hanya itu, sebenarnya para penulis BKS telah mendapat bimbingan dari pihak terkait sebelum penulisan BKS dilakukan. Sayang, meski telah mendapat banyak materi dari kegiatan tersebut, masih cukup banyak penulis yang tidak  memperhatikan syarat didaktik dan konstruksi pembuatan BKS yang baik, seperti adanya perbedaan individual, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep, adanya variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik, serta pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik.

Penulis BKS juga sering tidak mengindahkan hal-hal teknis seperti penggunaan huruf tebal untuk topik, batasan maksimal 10 kata dalam satu baris, pemberian bingkai/pembatas untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa, struktur kalimat yang jelas, serta kurang memperhatikan perbandingan besarnya huruf dengan gambar pendukung. Yang paling penting, penulis BKS juga harus memahami pentingnya menelaah kembali sumber informasi bacaan terutama dari blog.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Satu hal yang cukup disayangkan adalah peran kelompok kerja pengawas sebagai editor penulisan BKS ini. Seharusnya, sebelum BKS dikirim ke penerbit dan percetakan, mereka menyunting isi BKS dengan sebaik-baiknya. Jika tidak memungkinkan, semisal masalah waktu yang mepet atau tenaga yang kurang, tim editor dapat bekerja sama dengan pihak lain. Guru, Kepala Sekolah, atau pihak yang berkompeten dapat dilibatkan dalam kegiatan ini. 

Mereka dapat memastikan kualitas bacaan dan isi BKS apakah sesuai dengan standar dan kompetensi dasar yang diharapkan. Jangan sampai ada lagi kasus penarikan BKS akibat kata-kata tak pantas atau hal-hal lain yang mencederai dunia pendidikan.

Padahal sejatinya, keberadaan BKS dari Dinas Pendidikan ini sangat membantu siswa terutama dari kalangan tidak mampu untuk dapat memiliki BKS tanpa dikenakan biaya sepeser pun. Meski begitu, tidaklah pantas jika apa yang gratis bisa menjadi murahan. Kualitas tetap harus diutamakan karena menyangkut masa depan generasi penerus bangsa. Mendapat BKS yang berkualitas juga menjadi hak asasi siswa-siswi dalam memperoleh pendidikan yang baik. 

Di samping itu, untuk penggunaan BKS yang berasal dari luar (swasta), ada baiknya pula terdapat tim penelaah yang juga bisa berperan dalam meningkatkan kualitas BKS tersebut. Juga, pembelian BKS yang diterbitkan oleh pihak swasta harus memperhatikan kondisi siswa di sekolah masing-masing.

Pada momentum Hari Pendidikan Nasional ini, tentu kita masih ingat salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yakni "Sing Ngarso Sing Tulodho". Seorang pemimpin jika berada di depan harus bisa memberikan teladan bagi oran-orang di sekitarnya. Termasuk, para guru sebagai penulis BKS dan para pengawas sekolah sebagai editor BKS yang seharusnya bisa menjadi contoh untuk bekerja sebaik-baiknya dalam membuat BKS. Hal ini penting karena hasil kerja mereka akan dibaca langsung oleh para siswa-siswi yang dipimpinnya.

Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Sumber Bacaan

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Surachman, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun