![Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII yang menyatakan daerah Yogyakarta adalah bagian dari NKRI dengan status Daerah Istimewa - Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-101716-hdr-5ae751d0f133446211623da2.jpg?t=o&v=555)
Koleksi yang  menurut saya cukup bagus adalah rangkaian lukisan yang mengisahkan  beberapa peristiwa penting. Beberapa peristiwa tersebut diantaranya  adalah Pertempuran Kotabaru, Suasana Dapur Umum, hingga Serangan Umum.  Ada pula koleksi lain berupa patung kepala tokoh-tokoh penting, seperti  KH Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, dan lain sebagainya.
![Patung Torso KH Ahmad Dahlan dan Lukisan salah satu perang melawan Belanda.- Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-101751-hdr-5ae75145dd0fa81fe86a3d12.jpg?t=o&v=555)
![Kursi meja yang digunakan oleh Kompol Widodo - Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-101907-hdr-5ae752b3cf01b4446e4e0c94.jpg?t=o&v=555)
Melalui pamflet, surat  kabar, hingga forum-forum diskusi mereka giat menyatukan berbagai golongan di Indonesia. Dari peninggalan sejarah ini kita bisa menarik  pelajaran bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, mereka rela mencurahkan apa yang mereka bisa untuk menyatukan Indonesia.Â
Kalau kita  renungkan dengan acara memecah belah bangsa melalui kabar bohong dan  segerombolannya saat ini, rasanya kok sangat berdosa sekali. Bukan hal  mudah untuk menyampaikan pesan-pesan persatuan semacam itu melalui media  yang masih sederhana.
![Jejak dr. Soetomo dalam naskah di lantai bawah - Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-102250-hdr-5ae7538916835f1e5d523682.jpg?t=o&v=555)
![Beberapa gagasan dr. Soetomo lewat surat kabar untuk menggugah persatuan dan nassionalisme bangsa Indonesia.- Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-102506-hdr-5ae752d0f133442eb378dbc2.jpg?t=o&v=555)
"Sekali peristiwa saya hampir-hampir dikeluarkan dari sekolah dokter  itu, oleh karena kedudukan saya sebagai ketua organisasi kami. Sementara  guru menuduh saya hendak berusaha melawan pemerintah. Menjawab tuduhan  itu, atas usulan Goenawan, teman-teman kami pun minta agar mereka juga  dikeluarkan jika saya dikeluarkan."   Â
![Replika kelas STOVIA - Dokumen Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/01/img-20170727-102725-hdr-5ae75464dd0fa84534472f22.jpg?t=o&v=555)
Maka, patutlah setiap tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari  kebangkitan nasional. Jejak kebangkitan itu kini tersimpan rapi di  museum ini. Namun sayang, keberadaan jejak itu tak lantas banyak orang Indonesia  peduli atau sekedar mengenangnya. Sepinya museum ini seakan menjadi  bukti.Â
Walau tak memiliki spot swafoto yang dapat dibanggakan ke seluruh  dunia, jangan sampai nanti ada rasa penyesalan karena jejak-jejak itu  hilang ditelan zaman. Atau, ada bangsa lain yang lebih paham tentang  jejak sejarah bangsa Indonesia dibanding kita sendiri.Â
Mungkin juga, kita memang sudah tertutup ego untuk terpecah belah dan melupakan bagaimana tokoh-tokoh perjuangan pergerakan kemerdekaan bersusah payah untuk menyatukan bangsa ini. Kalau ini benar, sungguh terkutuklah kita sebagai sebuah bangsa yang besar yang tak bisa menghargai jasa para pahlawannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI