Kamu menulis ya?
Iya.
Di Kompas?
Bukan. Di Kompasaiana.
Kompasiana?
Iya, Kompasiana. Mau mencoba?
Percakapan itu sering saya alami ketika ada teman yang menanyakan link artikel saya di Kompasiana. Saya ingat, saat itu masih sekitar pertengahan 2013. Beberapa bulan saat saya baru saja menuntaskan sidang skripsi dan menulis untuk pertama kalinya di Kompasiana. Teman saya tersebut kerap bertanya perihal honor yang saya dapat ketika saya menulis.
Ketika ia mendapat jawaban dari saya perihal honor, teman saya mengernyitkan dahi dan kembali heran. Kok mau ya tak dibayar tapi menulis dengan aturan yang cukup ketat, terutama dalam hal plagiasi. Saya hanya bisa menjawab : Inilah keasyikannya. Dan keasyikan ini hanya sebuah permulaan dari keasyikan lainnya yang jika saya rangkum ada 9 keasyikan menulis Kompasiana.
1. Asyiknya Bersekolah Menulis
Sejak bangku TK, menulis adalah pelajaran wajib yang harus saya terima. Mulai dari belajar huruf, mengenal tanda baca, merangkai kata, kalimat, hingga paragraf. Namun, banyak momen ketika saya belajar menulis di bangku sekolah dan kuliah merupakan momen yang tak membahagiakan. Menulis benar-benar kegiatan yang sangat menjemukan. Tapi tidak ketika saya mulai mengenal tulisan-tulisan Kompasianer yang kala itu enak dan mudah sekali dipahami. Dalam dan mengupas aneka sisi keilmuan. Hingga saya menyadari bahwa saya sebenarnya bisa ikut ambil  bagian seperti mereka. Ya, saya sebenarnya juga bisa menulis.
Meski ragu, akhirnya tepat pada 1 Mei 2013 saya resmi menjadi Kompasianer. Mulai menulis hal-hal yang saya bisa dan saya suka. Belajar merangkai kata, kalimat, dan paragraf. Mendalami seni dan teknik penulisan dari artikel yang saya baca. Larut dalam keasyikan menemukan bahan tulisan baru hingga bahagia mendapatkan apresiasi dari admin.