Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Candi-candi di Porong ini Hanya Berjarak 2 Km dari Semburan Lumpur Lapindo

1 Februari 2017   23:22 Diperbarui: 2 Februari 2017   18:48 2183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan tamannya. Eh ibu masih selfie aja.

Ada gezebonya. Eh si ibu mau selfie
Ada gezebonya. Eh si ibu mau selfie
Arca dan tempat pemujaan di dalam candi
Arca dan tempat pemujaan di dalam candi
Penampakan tamannya. Eh ibu masih selfie aja.
Penampakan tamannya. Eh ibu masih selfie aja.
Batuan penyusun candi banyak yang rusak
Batuan penyusun candi banyak yang rusak
Puas menjelajahi Candi Pari, saya menuju Candi Sumur. Eh, candinya lucu. Ada bagian yang hilang di bagian utara dan barat. Jadinya, terlihat gerowong (bolong). Sayapun lalu menuju halaman candi. Di sana sudah ada dua bapak-bapak yang menjaga candi. Beliau mempersilakan saya mengeksplorasi candi. Tanpa banyak kata, sayapun segera naik.
Penampakan Candi Sumur. Eh si mbaknya cari apa?
Penampakan Candi Sumur. Eh si mbaknya cari apa?
Harus hati-hati banget kalau naik
Harus hati-hati banget kalau naik
Eh, ternyata ada lubang besar tepat di bagian badan candi, ada sebuah lubang berisikan koin. Oh ini toh asal mulanya dinamakan Candi Sumur. Sayang saya gak bawa koin jadi gak ikutan ritual nyemplungin koin-koinan. Tak ada relief yang dapat saya amati. Batu penyusunnya pun sudah banyak yang hilang. Saya jadi ekstra hati-hati saat berada di atas candi. 

Menurut cerita yang saya baca, Candi Sumur ini juga dibangun atas kepergian anak Prabu Brawijaya yang menolak untuk tinggal di istana. Artinya, kedua candi ini dibangun dalam waktu yang hampir bersamaan. Seusai puas mendalami Candi Sumur, saya kembali turun. Berbincang dengan kedua bapak tadi yang sangat senang dengan adanya pengunjung. Beliau bertanya asal saya dan cukup kaget, kok ada orang Malang yang jauh-jauh ke Porong untuk lihat candi. Padahal, sekarang kan daerah Porong itu berasa kota mati. Ngapain juga ke sana?

Oalah, ada sumurnya, isinya koin
Oalah, ada sumurnya, isinya koin
Biar gak rusak, di bagian tengah candi dipasang tiang
Biar gak rusak, di bagian tengah candi dipasang tiang
Tapi, bagi saya tidak. Mengunjungi kedua candi ini memberi arti lain. Pembangunan kedua candi ini menandakan bahwa daerah Porong adalah daerah yang terberkati. Tanahnya subur dan berada di persimpangan daerah-daerah lain. Sejak dahulu kala, daerah ini menjadi arena pertempuran berbagai kekuatan kerajaan-kerajaan kuno. 

Porong menjadi lalu lintas perdagangan dan sangat berjaya pada masa Kerajaan Majapahit. Dua candi ini adalah salah satu bukti sejarah yang masih tersisa. Sejarahpun bergulir dengan pembangunan tiada henti pasca kemerdekaan RI. Aneka perumahan, pabrik, dan segala fasilitas ada di Porong. Porong menjadi ikon kemajuan Sidoarjo, sang penyangga Surabaya. Porong menjadi pintu gerbang kemajuan Kawasan Arek yang menyumbang sebagian besar perekonomian Jawa Timur.

Hingga akhirnya, bencana pada pertengahan 2006 itu kini mengubah segalanya. Kejayaan Porong hilang seketika. Yang tersisa adalah sedikit asa dari segala ketidakpastian. Perlahan, masyarakat Porong bangkit, membangun lagi daerahnya. Dua candi yang saya kunjungi menandakan semangat itu. Bangkit dari dunia pariwisata. Meskipun itu masih perlu banyak upaya lagi. 

Dua Bapak yang menjaga Candi Sumur. Kalau lihat orang Porong, saya sering gak tega.
Dua Bapak yang menjaga Candi Sumur. Kalau lihat orang Porong, saya sering gak tega.
Satu hal yang bikin saya agak was-was adalah letak kedua candi ini hanya berada sekitar 2 Km arah barat laut dari pusat semburan Lumpur Lapindo. Duh, tak terbayangkan jikalau suatu hari nanti semburan lumpur itu menghantam candi-candi ini. Semoga saja tidak.
Nah, bagi anda yang sedang jalan-jalan ke Surabaya atau Malang bolehlah main ke sini. Hitung-hitung, ikut membantu mendobrak perekonomian warga Porong kan yang baru saja hancur kena lumpur.


Sumber tulisan: Wikipedia
Gambar: Dokpri.

*) Silup: Bahasa Malangan untuk kata Polisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun