Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bhinneka Tunggal Paspor

22 Desember 2016   20:00 Diperbarui: 22 Desember 2016   20:22 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu memang membosankan, tapi harus dijalani

Selepas berhasil menjalani tes dari Bapak tadi saya lalu menunggu antrian foto. Untuk antrian foto ini, ada 3 macam antrian, yakni antrian A, B, dan D. Antrian A adalah untuk pemohon manual. Antrian B adalah untuk pemohon on line seperti saya. Dan antrian D untuk pemohon manual/online yang sudah lansia. Lha antrian C ke mana?

Antrian C sebenarnya ditujukan untuk para pengelola travel dan tour yang mendaftarkan paspor pesertanya secara kolektif. Hanya saja, menurut salah seorang tour leader yang saya temui, antrian C beberapa minggu ini dihapus. Makanya, peserta tour harus datang sendiri mengurus paspornya dan tidak bisa diwakilkan. Tour leader hanya akan mengarahkan dan mengecek lagi persyaratan peserta tour jika ada yang kurang. Makanya, saya rasa tempat ini kok sesak sekali, penuh dengan para peserta tour rupanya.  

Menunggu foto memang cukup menjemukan. Apalagi, bagi pemohon yang memiliki nomor antrian di atas 100. Sehari penuh mereka akan menunggu, kalau tak ada niat keluar dulu. Nah, di sinilah cerita unik itu terjadi. Karena lamanya menunggu kepastian di foto, lama-lama kami jadi akrab. Saya jadi tahu banyak mengenai kenapa banyak sekali permohonan paspor untuk umroh. Dan kebanyakan lansia. Apalagi, kalau bukan karena waktu tunggu haji yang cukup lama. Umroh tentu jadi pilihan. Nanti deh, kalau misi ke Filipina selesai, saya punya rencana umroh. Doakan ya pemirsa, semoga barokah, amin.

Menunggu memang membosankan, tapi harus dijalani
Menunggu memang membosankan, tapi harus dijalani
Tak hanya rombongan umroh, saya juga banyak menjumpai rombongan keluarga Tionghoa yang akan berlibur ke Tiongkok, Hongkong, Thailand, atau Singapura. Ada juga yang akan ziarah ke tanah suci pemeluk nasrani di Israel/Palestina. Sama dengan rombongan umroh tadi, mereka juga harus menunggu antrian selama berjam-jam. Dan lagi-lagi, karena lamanya menunggu foto, kami jadi akrab. Bertukar cerita ringan untuk membunuh waktu. Beberapa dari mereka bahkan ada yang mulai membuka cemilan untuk sekedar mengisi perut dan saling membagikan. Duh, kalau melihat suasana seperti ini kok saya lupa dengan apa yang terjadi di media sosial, saat saling serang dan mengkafirkan. Mungkin, kita harus punya misi dan tujuan sama ya agar bisa seperti itu. Dan juga, dengan kesulitan yang sama. Apalagi, kalau bukan menunggu foto paspor yang melelahkan.

Mengintip pemohon yang sedang berfoto
Mengintip pemohon yang sedang berfoto
Hingga tiba saatnya, dua jam kemudian, nomor antrian saya dipanggil. Alhamdulillah, saya bisa foto dan sidik jari dengan lancar. Tinggal menunggu paspor jadi 3 hari kemudian. Setelah 3 hari, paspor saya benar-benar jadi. Juga, paspor milik rombongan umroh dan rombongan keluarga plesiran tadi. Kami punya paspor dengan logo yang sama, Garuda Pancasila. Berwarna hijau, meski hanya bisa bebas berkunjung ke sedikit negara, tapi bisa menyatukan kami semua.

Antrian E untuk pengambilan paspor
Antrian E untuk pengambilan paspor
Alhamdulillah surat saktinya jadi. Hanya butuh 3 hari.
Alhamdulillah surat saktinya jadi. Hanya butuh 3 hari.
Sekian, salam.

Gambar : Dokumen Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun