Selepas berhasil menjalani tes dari Bapak tadi saya lalu menunggu antrian foto. Untuk antrian foto ini, ada 3 macam antrian, yakni antrian A, B, dan D. Antrian A adalah untuk pemohon manual. Antrian B adalah untuk pemohon on line seperti saya. Dan antrian D untuk pemohon manual/online yang sudah lansia. Lha antrian C ke mana?
Antrian C sebenarnya ditujukan untuk para pengelola travel dan tour yang mendaftarkan paspor pesertanya secara kolektif. Hanya saja, menurut salah seorang tour leader yang saya temui, antrian C beberapa minggu ini dihapus. Makanya, peserta tour harus datang sendiri mengurus paspornya dan tidak bisa diwakilkan. Tour leader hanya akan mengarahkan dan mengecek lagi persyaratan peserta tour jika ada yang kurang. Makanya, saya rasa tempat ini kok sesak sekali, penuh dengan para peserta tour rupanya. Â
Menunggu foto memang cukup menjemukan. Apalagi, bagi pemohon yang memiliki nomor antrian di atas 100. Sehari penuh mereka akan menunggu, kalau tak ada niat keluar dulu. Nah, di sinilah cerita unik itu terjadi. Karena lamanya menunggu kepastian di foto, lama-lama kami jadi akrab. Saya jadi tahu banyak mengenai kenapa banyak sekali permohonan paspor untuk umroh. Dan kebanyakan lansia. Apalagi, kalau bukan karena waktu tunggu haji yang cukup lama. Umroh tentu jadi pilihan. Nanti deh, kalau misi ke Filipina selesai, saya punya rencana umroh. Doakan ya pemirsa, semoga barokah, amin.
Gambar : Dokumen Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H