Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Kauman, Cerminan Toleransi Umat Beragama di Pusat Kota Malang

30 Oktober 2016   15:40 Diperbarui: 31 Oktober 2016   14:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati arti dari Kauman, daerah ini sebenarnya pernah menjadi tempat berkembangnya dua agama besar, yakni Islam dan Kristen. Pembangunan Masjid Agung Jami’ menjadi bukti, Kauman adalah daerah basis islam. Apalagi, masjid ini menjadi pusat kegiatan agama islam di Kota Malang, sejak awal berdirinya. Berbagai kegiatan mulai pengajian pagi, sholat berjamaah, TPA/TPQ, hingga acara haul para kyai/habib semarak sampai saat ini. Pun demikian dengan kantor PCNU Kota Malang juga berada di sini. Di Kauman juga berdiri sekolah Muhammadiyah, yakni SD Muhammadiyah 1 Malang yang sarat prestasi.

Namun, pemerintah Kolonial juga pernah gencar melakukan kristenisasi di daerah Kauman. Pada tahun 1912 dibangun sebuah Gereja Protestan (kini GPIB Immanuel) di pojok barat alun-alun, di utara Masjid Jami’ seperti yang saya gambarkan sebelumnya. Keberadaan gereja ini mencitrakan dominasi ritual Barat (Kristen) terhadap ritual pribumi (Islam).

Menara gereja yang menjulang tinggi seakan merengkuh masjid. Bangunan masjid seakan kerdil dengan dua menara di sisi kanan-kirinya. Belum lagi, muncul gerakan penginjilan yang gencar dilakukan di sekitar alun-alun  Malang medio tahun 1930-an. Gerakan ini baru berhenti setelah kedatangan tentara Jepang pada tahun 1942.

Dua bangunan tempat ibadah yang saling berdampingan
Dua bangunan tempat ibadah yang saling berdampingan
Meski memiliki sejarah toleransi yang tidak mengenakkan, kini Kauman bisa dikatakan menjadi contoh bagi keberagaman agama di Indonesia. Setiap minggu pagi, ratusan jemaat gereja GPIB Immanuel khusuk menjalankan kebaktian. Pun demikian dengan jemaah Masjid Agung Jami’ yang sering mengadakan pengajian akbar. Ketika malam natal tiba, di depan Masjid Agung Jami’ terisi kendaraan para jemaat gereja. Saat Shalat Ied, ribuan jemaah tumpek blek di depan gereja. Semua berlangsung indah, tanpa ada gesekan sama sekali.

Saat melintas daerah Kauman setiap hati, saya senang dan bangga. Ada daerah di Kota saya yang punya sejarah panjang dan kini bisa menjadi contoh yang baik bagi banyak orang, terlebih yang sering mengaku “kaum yang beriman” namun memiliki sentimen “anti iman” tertentu.

SDN Kauman 1, yang baru saja memenangkan Lomba Budaya Mutu Tingkat Nasional, meraih Adiwiyata Nasional berdiri di tengah kerukunan umat beragama
SDN Kauman 1, yang baru saja memenangkan Lomba Budaya Mutu Tingkat Nasional, meraih Adiwiyata Nasional berdiri di tengah kerukunan umat beragama
Inilah Kauman, tempat “Kaum yang Beriman”..

Terimakasih, mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.

---

Ref:
Basundawan, Purnawan. 2009. Dua Kota Tiga Zaman : Surabaya dan Malang. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. 2013. Wanwacarita, Kesejarahan Desa-Desa Kuno di Kota Malang. Malang : Disbupar Kota Malang.
Handianoto dan Soehargo, Paulus H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsiterktur Kolonial di Malang.Surabaya-Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Univ. Kristen Petra dan Penerbit Andi.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun