Mencermati arti dari Kauman, daerah ini sebenarnya pernah menjadi tempat berkembangnya dua agama besar, yakni Islam dan Kristen. Pembangunan Masjid Agung Jami’ menjadi bukti, Kauman adalah daerah basis islam. Apalagi, masjid ini menjadi pusat kegiatan agama islam di Kota Malang, sejak awal berdirinya. Berbagai kegiatan mulai pengajian pagi, sholat berjamaah, TPA/TPQ, hingga acara haul para kyai/habib semarak sampai saat ini. Pun demikian dengan kantor PCNU Kota Malang juga berada di sini. Di Kauman juga berdiri sekolah Muhammadiyah, yakni SD Muhammadiyah 1 Malang yang sarat prestasi.
Namun, pemerintah Kolonial juga pernah gencar melakukan kristenisasi di daerah Kauman. Pada tahun 1912 dibangun sebuah Gereja Protestan (kini GPIB Immanuel) di pojok barat alun-alun, di utara Masjid Jami’ seperti yang saya gambarkan sebelumnya. Keberadaan gereja ini mencitrakan dominasi ritual Barat (Kristen) terhadap ritual pribumi (Islam).
Menara gereja yang menjulang tinggi seakan merengkuh masjid. Bangunan masjid seakan kerdil dengan dua menara di sisi kanan-kirinya. Belum lagi, muncul gerakan penginjilan yang gencar dilakukan di sekitar alun-alun Malang medio tahun 1930-an. Gerakan ini baru berhenti setelah kedatangan tentara Jepang pada tahun 1942.
Saat melintas daerah Kauman setiap hati, saya senang dan bangga. Ada daerah di Kota saya yang punya sejarah panjang dan kini bisa menjadi contoh yang baik bagi banyak orang, terlebih yang sering mengaku “kaum yang beriman” namun memiliki sentimen “anti iman” tertentu.
Terimakasih, mohon maaf jika ada kesalahan. Salam.
---
Ref:
Basundawan, Purnawan. 2009. Dua Kota Tiga Zaman : Surabaya dan Malang. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. 2013. Wanwacarita, Kesejarahan Desa-Desa Kuno di Kota Malang. Malang : Disbupar Kota Malang.
Handianoto dan Soehargo, Paulus H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsiterktur Kolonial di Malang.Surabaya-Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Univ. Kristen Petra dan Penerbit Andi.