Tak terhitung Kompasianer yang saya anggap sebagai teman dan saudara. Bukan saya membedakan dengan Kompasianer lain, tapi ada dua Kompasianer spesial yang masih berbekas di hati saya. Kebetulan, identitas asli dari dua Kompasianer tersebut tidak saya ketahui. Dan, yang membuatnya berkesan, tulisan dari dua Kompasianer itu benar-benar membuat saya selalu menunggu artikel baru yang ditayangkan. Dua kompasianer itu bernama Lumba-Lumba dan Mou Soul. Saya memanggil keduanya dengan Mbak Lumlum dan Mbak Mou. Saya tidak tahu bagaimana wajah asli, domisili, pekerjaan mereka. Saya hanya mengetahui keduanya adalah seorang wanita.
Mbak Lumlum sangat mengapresiasi tulisan saya. Demikian pula dengan Mbak Mou, yang selalu meminta izin untuk mengkopi-paste tulisan saya. Bukan apa-apa, dari kedua Kompasianer ini saya merasa bahwa karya kita dihargai. Maka dari itu, saya juga mengapresiasi tulisan mereka. Dimulai dari membalas apresiasi ini, ternyata saya malah ketagihan membaca tulisan mereka. Tulisan Mbak Lumlum yang fenomenal adalah cerbung dengan latar perang dunia II berjudul Gadis Tercantik di London.Â
 Sedangkan, tulisan Mbak Mou adalah seputar kehidupan sehari-hari namun banyak pengetahuan baru yang saya dapat di dalamnya.  Sayang, saya tidak menemukan tulisan terbaru dari mereka lagi. Mereka juga tidak beraktivitas di Kompasiana lagi. Semoga melalui tulisan ini, saya bisa terhubung lagi dengan mereka berdua.
Selain dua Kompasianer tadi, masih banyak Kompasianer yang saya kagumi tulisannya. Kalau saya sebut satu per satu, tak akan muat tertuang dalam artikel ini. Yang jelas, saya sangat senang membaca tulisan mereka dan belajar banyak hal, terutama dalam hal memperbaiki tulisan saya. Dengan membaca tulisan-tulisan mereka, saya bisa mengupgrade kulitas tulisan saya. Saya juga bisa lebih memaknai arti kehidupan saya lewat pengalaman-pengalaman yang ditulis oleh Kompasianer.
Untuk acara kopdar Kompasiana atau yang disebut Nangkring, saya hanya sekali mengikutinya. Itupun ketika diadakan di Surabaya saat kami berdiskusi asyik dengan Bu Risma, sang Walikota Surabaya. Saat itu, saya rela datang jauh dari Malang. Di tengah jalan saya bertemu dengan dua Kompasianer dari Malang juga. Kami berpanas-panasan membelah Kota Surabaya demi mencari Gedung Kompas Gramedia Surabaya. Usaha kami tak sia-sia. Acaranya seru. Teman-teman Kompasianer asyik. Dan, acara Nangkring Kompasiana berhasil menyatukan antara Bonek dan Aremania yang sering berseteru. Kami larut berdiskusi hingga sore hari. Itulah momen paling berkesan selama saya bergabung dengan Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H