Mohon tunggu...
I Komang Adi Putra
I Komang Adi Putra Mohon Tunggu... Insinyur - Belajar dan Belajar

Belajar dan Belajar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Komite Desain Kawasan Danau Toba

26 September 2021   22:17 Diperbarui: 26 September 2021   22:22 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Elemen dalam Rumah Jabu Bolon (Sumber Gambar: https://laketoba.travel/toba-masterplan/)

“Tagadi gading dang tagadi gudang. Tagadi gading dang tagadi gudang…”

Suara backsound itu mengalun harmonis dan repetitif dengan suara alat musik seperti seruling. Atau apakah alat musik itu bernama sordam, alat musik tiup tradisional Batak Toba yang terbuat dari bambu? Entahlah, yang jelas, alunan tersebut membuat saya kecanduan, sambil menikmati scene demi scene The Heart Beat of Toba.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mempersembahkan The Heart Beat of Toba yang merupakan edisi perdana konten serial pendek tentang keindahan alam, budaya, tradisi dan daya tarik lainnya di destinasi super prioritas (DSP) Toba di penghujung tahun 2020. Karya yang disutradarai oleh Ivan Handoyo ini membuat detak jantung saya naik turun. Di scene awal, aura Danau Toba begitu agung dan magis. Detak jantung perlahan naik ketika saya melihat dua orang melakukan paralayang di Huta Ginjang, Tapanuli Utara. Detak jantung semakin terpompa ketika menyaksikan seseorang bersepeda begitu cepat dan tangkas di Bukit Holbung, Samosir. Hingga puncaknya, saya berdecak kagum saat seseorang mengarungi derasnya sungai Asahan, lalu di scene lain ia terjun dengan alat arung jeramnya di air terjun Katasa, Simalungun.


“Kita menunjukkan disini bahwa Toba bisa mulai dari yang sangat leisure, sampai yang sangat ekstrem dalam berkegiatan wisata olahraga,” ujar Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaran Kegiatan Kemenparekraf dalam sebuah video story behind the lenses The Heart Beat of Toba.

Pengembangan Kawasan Danau Toba

Gara-gara serial pendek itu, saya makin penasaran dengan DSP Toba. Saya lantas menemukan informasi di laman Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) mengenai masterplan pengembangan pariwisata di kawasan danau yang diperkirakan tercipta dari sebuah letusan gunung berapi berpuluh-puluh ribu tahun silam. Saya rasa mempelajari DSP Toba dimulai dari masterplan merupakan langkah yang tepat karena pada prinsipnya masterplan memuat rancangan induk pengembangan suatu daerah.

BPODT sendiri didirikan untuk melaksanakan pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba berdasarkan PP No 49 tahun 2016. Dalam Permenpar No 13 tahun 2016, disebutkan bahwa BPODT bertugas: (1) melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba, (2) melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan dan pengendalian di Zona Otorita Pariwisata Danau Toba.

Merujuk pada dokumen Integrated Tourism Masterplan for Lake Toba yang disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), tercantum enam key tourism area (KTA) di kawasan Danau Toba berikut dengan tema pengembangan masing-masing, yaitu Parapat bertema Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE) dan rekreasi, Simanindo bertema budaya, Pangururan bertema geowisata, Balige bertema kota sejarah, Muara bertema budaya dan geologi serta Merek bertema ekowisata. Selain itu, di dalam masterplan ini telah disusun mapping potensi pengembangan wisata dan distribusi ruang serta pentahapan infrastruktur di tiap-tiap KTA.

Lebih detail lagi, saya menilik masterplan lainnya yakni Pengembangan Resort di Lahan Zona Otorita Danau Toba yang disusun oleh BPODT. Berbeda dengan masterplan sebelumnya, ruang lingkup kajian ini adalah lahan Zona Otorita seluas ± 386 ha, yang secara geografis lahan ini berada di wilayah administratif Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir.

Saya tertarik pada bagian konsep arsitektur sebab menurut opini pribadi ketika saya berwisata ke sebuah daerah, saya amat menikmati suasana bangunan-bangunan khas yang hanya dimiliki oleh daerah itu. Dalam konteks ini, saya ingin mempelajari bagaimana tim penyusun masterplan meramu konsep-konsep arsitektur lokal sehingga dapat menciptakan kesan ruang di daerah ini yang ‘Danau Toba banget’. Kesan khas itu dapat melekat erat di benak saya. Ketika suatu saat saya kangen merasakan suasana itu lagi, saya akan berwisata kembali ke daerah tersebut. Hal ini boleh dikata dengan istilah repeater guest.

Dijelaskan lebih lanjut dalam masterplan ini bahwa rumah Jabu Bolon adalah rumah tradisional Batak yang terdiri dari tiga elemen-elemen esensial, yaitu Banua Ginjang (dunia dewa), Banua Tonga (dunia manusia) dan Banua Toru (dunia alam bawah). Ukiran atau pahatan tradisional, yang disebut Gorga, biasanya terdapat di dinding rumah bagian luar dan bagian depan dari rumah-rumah adat Batak.

Elemen dalam Rumah Jabu Bolon (Sumber Gambar: https://laketoba.travel/toba-masterplan/)
Elemen dalam Rumah Jabu Bolon (Sumber Gambar: https://laketoba.travel/toba-masterplan/)

Alhasil, prinsip dasar desain bangunan telah disusun di dalam masterplan. Beberapa prinsip tersebut dapat kita perhatikan. Pada bagian massa bangunan disebutkan bahwa massa bangunan tidak lebih dari empat lantai. Kemudian, massa bangunan harus mempunyai karakter pilotis, dengan bagian bawah yang terlihat lebih ringan daripada bagian atas. Geometri massa dasar harus sederhana (kotak, persegi panjang) dan dihindari bentuk bulat atau oval.

Selain massa bangunan, hal yang patut diperhatikan adalah konfigurasi atap dan penggunaan material serta warna. Pada konfigurasi atap, bentuk atap pada bangunan utama harus menggunakan desain atap tropis (miring) dengan proporsi atap lebih dominan dibandingkan dengan badan dan kaki, tetapi memiliki artikulasi yang lebih modern. Dari segi penggunaan material dan warna, material finishing bangunan menggunakan material arsitekur lokal (kayu, bambu dan batu) untuk membuat bangunan berpadu harmonis dengan alam. Elemen warna utama yang digunakan adalah hitam, putih dan merah sebagai simbol tradisional. Warna lain dapat digunakan sebagai penambah, namun tetap menggunakan warna natural.

Dan masih banyak lagi prinsip dasar desain bangunan yang dijelaskan di dalam masterplan ini. Hal ini menunjukan bahwa BPODT dan Kemenparekraf memiliki tujuan untuk tetap menjaga keharmonisan serta mengapresiasi karakter lokal, sehingga diharapkan dapat menciptakan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, ramah lingkungan serta mensejahterakan masyarakat yang ada di Kawasan Danau Toba.

Komite Desain Kawasan Danau Toba

Tadi sudah dijelaskan mengenai masterplan Kawasan Danau Toba dan masterplan Zona Otorita yang berfungsi sebagai guideline pengembangan DSP Toba agar tetap selaras dengan budaya setempat dan dapat menghadirkan atmosfer Heritage of Toba bagi wisatawan.

Lantas, terdapat pertanyaan, bila ada investor yang berminat berinvestasi di Zona Otorita Danau Toba (katakanlah investor tersebut ingin membangun sebuah hotel), bagaimana caranya agar prinsip-prinsip di dalam masterplan dilaksanakan oleh investor? Untuk menjaga implementasi masterplan dapat berjalan, barangkali bisa dibentuk suatu tim komite desain yang berperan mengawal desain investor dari awal sampai dengan bangunan 100% terbangun.

Tim komite desain dapat berasal dari empat unsur, yaitu BPODT, perwakilan adat, pemerintah dan akademisi/tenaga ahli. Masing-masing unsur memiliki peran tersendiri dan terintegrasi dengan tujuan yang sama yaitu menjaga prinsip-prinsip masterplan dilaksanakan oleh investor. BPODT  bertugas sesuai dengan apa yang diamanatkan di dalam peraturan, salah satunya penyusunan masterplan kawasan. Perwakilan adat berperan untuk memastikan desain investor memenuhi budaya setempat. Pemerintah berperan untuk memastikan desain investor memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akademisi/tenaga ahli dapat berasal dari disiplin ilmu arsitektur, sipil dan MEP (mechanical, electrical & plumbing) yang akan fokus mengawal dari sisi arsitektur dan keteknikan.

Bagaimana jika desain investor tidak memenuhi prinsip-prinsip di dalam masterplan? Maka, investor tersebut harus merevisi desainnya sesuai dengan catatan-catatan dari tim komite desain. Setelah investor menyelesaikan revisi desain dan memenuhi catatan-catatan dari tim komite desain, maka investor tersebut memperoleh persetujuan dari tim komite desain. Lalu, investor melanjutkan proses ke tahap berikutnya, seperti pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan perijinan-perijinan lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah investor memperoleh semua perijinan yang dibutuhkan, maka investor dapat memulai pembangunan.

Bagaimana dengan kontrol pada saat waktu konstruksi masih berlangsung? Dalam rentang waktu konstruksi sampai dengan bangunan 100% terbangun, tim komite desain juga turut mengecek secara berkala terkait kesesuaian antara desain yang telah disetujui oleh tim komite desain, perijinan yang telah diperoleh investor dan realisasi pembangunan di lapangan oleh investor.

Ayo ke Danau Toba!

Setelah mempelajari masterplan Kawasan Danau Toba, saya membayangkan apa yang dituangkan dalam dokumen tersebut satu per satu terealisasi. Hingga di suatu hari, saya merasakan bangun pagi di salah satu penginapan disana. Saya jogging sebentar menuju area danau, melewati bangunan-bangunan yang khas, sembari merasakan mentari pagi dan kesejukan udara di sekitar danau. Saya menyaksikan masyarakat sedang beraktivitas, mulai dari bercocok tanam dan mencari ikan di danau. Kemudian, saya bergegas kembali ke penginapan karena saya mengikuti acara MICE di salah satu venue di DSP Toba. Ya, MICE di Indonesia Aja, apalagi di DSP Toba yang dapat menjadi pengalaman tak terlupakan. Saat saya merasa penat mengikuti MICE, saya tinggal keluar sebentar untuk melihat pemandangan danau. Makan siang gimana ya? Katanya nih lobster air tawar Danau Toba amatlah sedap, apalagi dicocol dengan sambal tuk-tuk.

Sungguh pengalaman yang mengesankan bila suatu hari nanti saya bisa melancong ke salah satu Wonderful Indonesia ini. Pasti bisa.

Referensi:

Badan Pelaksana Otorita Danau Toba. 2018. Pengembangan Resort di Lahan Zona Otorita Danau Toba, Buku 4: Konsep Masterplan. Jakarta: Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. 2020, 24 Desember. The Heart Beat of Toba [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=pISlU6izoPY

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. 2020. Integrated Tourism Masterplan for Lake Toba. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun