Dalam era globalisasi yang semakin meningkat, interaksi antarbudaya telah menjadi hal yang umum. Orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan etnisitas berinteraksi  berbagi pengalaman, tetapi terkadang perbedaan budaya ini dapat menjadi sumber konflik dan kesalahpahaman. Salah satu contoh yang menarik adalah perbedaan budaya antara menggunakan uang tunai dan QRIS, dua metode pembayaran yang berbeda dalam cara berinteraksi, berkomunikasi, dan berpikir.
Uang tunai, metode pembayaran tradisional yang telah digunakan sejak lama memiliki nilai-nilai yang sangat berbeda dengan QRIS, metode pembayaran digital yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Uang tunai memiliki nilai-nilai yang sangat individualistik, di mana individu dianggap sebagai pusat dari segala sesuatu. Mereka cenderung untuk berfokus pada kepentingan pribadi dan memprioritaskan kebebasan. Sebaliknya, QRIS memiliki nilai-nilai yang sangat kolektivistik, di mana kepentingan kelompok dan masyarakat dianggap lebih penting daripada kepentingan individu. Mereka cenderung untuk berfokus pada kepentingan bersama dan memprioritaskan harmoni.
Namun, perbedaan budaya ini juga dapat menjadi sumber kekuatan dan kesempatan. Dengan memahami dan menghormati perbedaan budaya, orang-orang dapat belajar dari satu sama lain dan meningkatkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi. Misalnya, orang yang biasa menggunakan uang tunai dapat belajar dari orang yang biasa menggunakan QRIS tentang pentingnya kepentingan kelompok dan harmoni, sedangkan orang yang biasa menggunakan QRIS dapat belajar dari orang yang biasa menggunakan uang tunai tentang pentingnya kebebasan dan individualisme.
Untuk menghadapi perbedaan budaya ini, penting untuk memiliki kesadaran dan kemampuan beradaptasi. Orang-orang harus memahami dan menghormati perbedaan budaya dan berusaha untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan cara yang efektif. Mereka juga harus memiliki kesadaran akan batas-batas budaya dan tidak mencoba untuk mengubah budaya lain untuk sesuai dengan budaya mereka sendiri.
Dalam era digital yang semakin meningkat, interaksi antarbudaya akan semakin meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kesadaran dan kemampuan beradaptasi untuk menghadapi perbedaan budaya ini. Dengan memahami dan menghormati perbedaan budaya, orang-orang dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, serta meningkatkan kesempatan untuk belajar dari satu sama lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi pembayaran telah mengalami perubahan signifikan. Dari uang tunai tradisional ke QRIS, sistem pembayaran digital yang lebih cepat, efisien, dan aman. Perubahan ini tidak hanya membantu meningkatkan kemudahan dalam bertransaksi, tetapi juga meningkatkan inklusi keuangan dan efisiensi bisnis.
Uang tunai, metode pembayaran tradisional yang telah digunakan sejak lama, memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, uang tunai dapat hilang, rusak, atau dicuri, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam bertransaksi. Selain itu, uang tunai juga dapat menjadi sumber konflik dalam berbagai situasi, seperti dalam transaksi besar atau dalam situasi keuangan yang tidak stabil.
Â
QRIS, sebaliknya, menawarkan berbagai kelebihan. QRIS menggunakan kode QR untuk melakukan transaksi keuangan, yang membuat proses pembayaran lebih cepat dan efisien. QRIS juga memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu kredit fisik, yang membuat transaksi menjadi lebih mudah dan aman.
QRIS memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya lebih populer dibandingkan dengan uang tunai. Salah satu keunggulan utama adalah kemudahan dalam penggunaannya. Pengguna hanya perlu membuka aplikasi dan memindai kode QR yang tertera pada mesin kasir dan melakukan konfirmasi transaksi. Selain itu, QRIS juga memiliki biaya transaksi yang relatif rendah, yang mendukung inklusi keuangan dengan memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses layanan perbankan digital.
Pada kantin Universitas Airlangga semua transaksi menggunakan metode qris. Metode ini memiliki banyak keunggulan seperti; meningkatkan potensi penjualan, praktis hanya dengan satu kode QR, biaya transaksi relatif rendah, terhindar dari uang palsu, meningkatkan pengalaman berbelanja, dan lain sebagainya. Mahasiswa Universitas Airlangga pasti sudah tidak asing dengan metode pembayaran secara Qris ataupun sebagainya.