Matahari pagi bersinar cerah saat kami tiba di Desa Merah untuk memulai program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Desanya dihiasi oleh hamparan sawah yang hijau dan pepohonan yang rindang, serta udara segar yang membuat hati siapa pun merasa damai.
Namaku Sandi, umurku 21 tahun, aku berdarah Jerman-Jawa dengan perawakan tinggi besar dan berambut ikal. Sebagai koordinator program kesehatan, aku mempersiapkan berbagai kegiatan kesehatan bagi warga desa, sementara Putri, teman baruku yang cerewet namun manis, mengurus program pendidikan untuk anak-anak. Putri adalah gadis cantik berambut lurus sepundak dan punya senyuman manis.
Pada awalnya, aku dan Putri lebih sering berinteraksi mengenai urusan KKN. Putri selalu berhasil menarik perhatian anak-anak dengan senyumnya yang ceria, dan aku tak bisa mengingkari bahwa hatiku kerap berdebar setiap kali melihat senyumnya.
Suatu hari, setelah kegiatan KKN selesai, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar desa untuk melihat kondisi warga lebih dekat. Saat berjalan di tepi sawah, aku melihat Putri duduk di bawah pohon besar, menikmati angin sepoi-sepoi. Menyadari dia sendirian, aku memutuskan untuk menghampirinya.
"Boleh aku bergabung?" tanyaku sambil tersenyum.
Putri mengangguk, membalas dengan senyuman yang manis. Kami duduk bersama di bawah pohon besar itu, berbincang tentang segala hal, mulai dari program KKN hingga mimpi-mimpi kami ke depan. Ketika kami berbicara, aku tidak bisa menyangkal betapa nyamannya perasaanku saat berada di dekatnya.
Setelah beberapa saat, aku mengajaknya untuk makan di warung Nenek Sari, sebuah tempat kecil di ujung desa yang terkenal dengan lontong opornya yang lezat. Kami berjalan beriringan menuju warung itu, dan saat kami menikmati makan siang, aku menyadari tawa dan candaannya membuat segalanya terasa lebih indah dan ringan.
Hari-hari pun berlalu, dan kebersamaan kami menjadi semakin erat. Kami sering ditemukan bersama, baik saat bekerja maupun saat beristirahat. Tawa dan candaan selalu menghiasi percakapan kami, membuat suasana menjadi lebih menyenangkan dan penuh keceriaan.
Suatu malam setelah acara pengajian di balai desa, aku melihat Putri duduk sendirian di pinggir kolam ikan kecil yang berada di tengah desa. Aku mengambil inisiatif untuk mendekatinya, membawa secangkir teh hangat yang baru saja dibuat oleh salah satu warga.
"Kak, ini tuh teh paling enak yang pernah kuminum," katanya dengan mata berbinar.