Mohon tunggu...
Ikka WiniPutri
Ikka WiniPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Semua bisa, tidak ada yang tidak mungkin,semua memiliki kelebihan masing-masing,Bissmillah..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Covid-19 terhadap Perubahan Sistem Perkuliahan

21 April 2020   22:47 Diperbarui: 21 April 2020   22:56 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kuliah online (Sumber: sevima.com)

Perubahan sosial adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan dalam masyarakat bisa mengenai berbagai hal, seperti nilai sosial, norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga, serta interaksi sosial.

Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki tidak mencakup paham apakah perubahan tersebut diharapkan atau tidak diharapkan oleh masyarakat.

Suatu perubahan yang tidak dikehendaki mungkin sangat diharapkan dan diterima oleh masyarakat. Bahkan, agent of change yang merencanakan perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan yang tidak terduga (dikehendaki) di bidang lainnya.

Pada umumnya sulit untuk mengadakan ramalan tentang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki. Hal tersebut di karenakan proses tersebut tidak hanya merupakan  akibat dari suatu gejala sosial, tetapi juga dari berbagai gejala sosial sekaligus.

Sebagai contoh sekarang ini di beberapa belahan Dunia baru di gemparkan dengan adanya  virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China. Tak terkecuali Indonesia yang sekarang ini juga ikut terkena wabah tersebut. Jika sebelumnya Indonesia menjadi salah satu negara yang belum terinfeksi, kini Tanah Air sudah mengonfirmasi kasus pertamanya.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan dari kedua pasien, salah satunya merupakan guru dansa. Yang lantas melakukan kontak fisik dengan WNA Jepang.

Sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020, hingga update terakhir Selasa 21 April 2020 pukul 12.00 WIB dilaporkan telah ada 7.135 kasus virus corona Covid-19 di Indonesia. Jumlah 7.135 kasus positif virus corona di Indonesia tersebut, menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.

Selain itu, dengan jumlah tersebut juga menjadi yang terbanyak ke-11 di Asia, melihat data Worldometers. Dari adanya wabah tersebut banyak dampak yang di rasakan oleh masyarakat kita sekarang ini, mulai dari dampak sosial sampai ke perekonomian Indonesia.

Dampak mewabahnya virus corona (Covid-19) kini juga telah dirasakan oleh dunia pendidikan. Hal ini telah diakui oleh organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada Kamis 5 Maret, bahwa wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan.

Akibat wabah ini mulai pertengahan Maret kemarin, beberapa kampus di Indonesia menerapkan kebijakan perkuliahan jarak jauh. Kebijakan ini tak hanya berlaku di sebagian Universitas Indonesia, melainkan juga berlaku bagi semua Universitas di seluruh Indonesia saat ini.

Hal tersebut dilakukan karena guna meminimalisir pertemuan dalam jarak yang dekat serta mengikuti himbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan/membuat kerumunan, maka segala agenda kegiatan yang sudah direncanakan harus ditunda dalam beberapa waktu yang tidak dapat ditentukan. Bagi mahasiswa, menjalankan kuliah jarak jauh itu ada suka dan dukanya.

Ada tantangan dan ada pula celah peluang. Mungkin sudah banyak yang membahas suka dan peluang karena bagi mahasiswa, tidak berangkat ke kampus merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.

Selain menghemat pengeluaran, waktu luang yang tersedia lebih banyak. Tapi bagi mahasiswa rumpun sosial, budaya dan politik, kuliah daring juga memberikan tantangan yang sebenarnya tidak kalah banyak dari mahasiswa eksakta.

Seperti saya sendiri yang dari Prodi Sosiologi yang seharusnya semester ini banyak penugasan penelitian langsung ke lokasi tetapi karna adanya wabah ini penugasan di gantikan dengan penugasan mandiri yang harus dikerjakan di rumah yang menjadikan harus ekstra lagi dalam pengerjaan secara mandiri.

Ujian Tengah Semester kemarin pun ada beberapa mata kuliah yang digantikan dengan penugasan mandiri dan Ujian Semester Akhir pun sudah di beritahukan bahwa akan digantikan juga dengan penugasan mandiri.

Lazimnya, mahasiswa rumpun Sospol diberikan teori-teori dan studi kasus oleh dosennya. Dosen akan menerangkan ini dan itu lalu memberikan tugas makalah, artikel, atau review. Mahasiswa juga sering disuruh untuk maju presentasi menjelaskan materi yang sudah dibagikan sebelumnya.

Semenjak Perkuliahan Jarak Jauh ini, dosen lebih sering memberikan tugas. Seperti yang saya alami di mana setiap hari Senin, dosen akan mengirimkan penugasan lalu setiap mahasiswa disuruh menganalisis per-babnya atau mereview. Tapi tak jarang pula dosen yang lebih pengertian.

Dan hari-hari berikutnya di mulai perkuliahan dengan menggunakan aplikasi Schoology dan Zoom. Banyak kendala yang di alami oleh para mahasiswa saat kuliah online, seperti terkendala pada jaringan dan keluhkan pada paket internet yang boros.

Tetapi ada dosen yang sebentar dalam perkuliahan online karna menyadari bahwa boros di paketan tetapi di balik itu mahasiswa akan mendapatkan tugas dari dosen yang bersangkutan.

Analisis:

Dari kasus diatas dapat kita lihat adanya perubahan yang dimana akan mempengaruhi kehidupan sosial seperti terbatasnya interaksi sosial antar individu, yaitu dulu budaya mahasiswa yang kuliah secara langsung tatap mata dengan dosen, setiap kuliah datang ke kampus dan bertemu dengan teman-temannya.

Sekarang adanya wabah Corona (Covid-19) ini mahasiswa mulai di wajibkan kuliah online atau daring dengan tetap di rumah saja. Dengan sistem kuliah online seperti ini banyak mahasiswa yang berkeluh kesah dengan sistem tersebut, yang diantaranya :

  • Kendala pada jaringan dan paket internet yang boros.
  • Banyak mendapat penugasan dari dosen dan deadline yang begitu cepat.
  • Mahasiswa mendapat tugas tanpa penjelasan dari dosen mengenai materi penugasan tersebut.
  • Pembelajaran kurang maksimal dan mahasiswa kurang paham dengan materi yang hanya di share dosen melalui grub Whatsapp tanpa penjelasan.
  • Mendengarkan penjelasan dosen yang seperti mendengarkan dongeng terutama ketika membahas tentang sejarah, pemikiran, teori dan studi kasus.
  • Menyimak kuliah melalui layar dengan tatap muka langsung selama jam pembelajaran membuat mata kita tak bisa lebih fokus dan konsentrasi .
  • Malah kadang saat menggunakan aplikasi Zoom terkendala pada tabrakan suara dengan teman lainnya saat ingin bertanya, ada suara anak kecil, suara orang yang berjualan keliling karna untuk sesuap nasi meskipun pandemi ini sudah mengancam, ada juga suara angin karna ada yg sambil membonceng kendaraan bermotor yang bikin suara brisik.

Karna ada sebagian teman saya yang susah untuk disuruh mode mute pada aplikasi tersebut yang sehingga mengakibatkan terganggunya teman-teman yang lain.

Tetapi ada juga sebagian dosen yang hanya mewajibkan setor nama dan nim, bahwa mahasiswa tersebut ikut menyimak diskusi pada perkuliahan sudah di mulai dan ada juga mahasiswa yang harus ikut berpartisipasi pada materi yang di berikan supaya dianggap hadir dalam perkuliahan tersebut.

Daftar Pustaka

Artikel dengan judul "Update Kasus Corona di RI:7.135 Positif, 842 Sembuh Dan 616 Meninggal" 

Artikel dengan judul "Pendidikan di Tengah Pusaran Wabah Corona" Oleh Muhammad Rajab -- detikNews Kamis, 19 Mar 2020 13:54 WIB

George Ritzer.2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Kencana

Jamaludin,Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Pedesaan.Bandung : Pustaka Setia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun