"Banyak juga boleh."
"Tapi kamu gak marah kan Mel?"
"Bicara juga belum kok marah, mau bicara apa?"
"Melll, sebenarnya...sebenarnya..., aku tuhhhh...." Ucapanku terhenti, tiba-tiba di luar terdengar ribut-ribut.
"Pak POS datang, pak POS datang, ada surat."
Dari jendela terlihat anak-anak perempuan berkerumun di depan perpustakaan, sebagian berhamburan menuju gerbang sekolah, mereka yang gemar berkirim surat dengan sahabat pena atau artis favoritnya selalu menunggu kehadiran pak POS. Tentunya mereka sangat senang jika suratnya mendapat balasan.
"Hei, Ikin galing mana, Ikin galing."
Pak Herman guru BP/BK berjalan di depan perpustakaan, sambil memanggil-manggil namaku. Ia terkenal dekat dengan anak didiknya, dan terbiasa memamanggilku galing, karena rambutku ikal keriting.
"Ada di perpus Paaak." Tiara, Ririn, dan Alifa, yang baru kembali dari gerbang sekolah kompak menjawab.
"Maaf, ada apa ya Pak?" Aku berjalan ke luar perpustakaan kemudian menghampiri pak Herman dan mengangguk hormat, hatiku sedikit cemas karena merasa tidak melakukan kesalahan.
"Ini ada titipan surat dari tukang POS, kayaknya dari pacar kamu."