Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sudahkah Anda Menanam Satu Batang Pohon Saja?

5 Februari 2024   16:52 Diperbarui: 5 Februari 2024   16:54 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi Pribadi

Ada ungkapan inspiratif dari ahli filsafat ekonomi, E.F. Schumacher, penulis buku terkenal bertajuk Small is Beautiful atau Kecil itu Indah menyatakan; "Jika setiap orang menanam satu pohon saja sepanjang usia hidupnya, maka dia sudah ikut menyelamatkan bumi dari kehancuran!"

Walaupun kelihatan begitu sederhana ungkapan di atas, kenyataannya tidak setiap orang senang atau meluangkan waktu untuk melakukannya. Sungguhpun seseorang memiliki lahan atau perkarangan luas, apakah dia tinggal di perkampungan, pedesaan atau perumahan di wilayah perkotaaan, belum tentu meluangkan waktunya untuk menanam sebatang pohon. Malah sering dapat disaksikan lahan-lahan itu dibiarkan kosong melompong.

Padahal menanam satu pohon untuk sekali seumur hidup bukanlah pekerjaan berat dan bahkan dapat dilakukan sambil lalu tanpa menguras tenaga, waktu hingga uang. Malah bisa saja satu batang pohon itu dapat diperoleh secara gratis.

"Semaikan saja biji buah-buahan maka akan diperoleh bibit gratis!"

Di sisi lain ada juga orang yang tidak memiliki sisa lahan di rumahnya, justru rajin menanam pohon. Itu dilakukan di pot-pot besar atau di drum-drum bekas.

Ada pula di depan rumah sisi kanan kiri memanfaatkan sedikit sisa bahu jalan untuk menanam pohon. Orang-orang ini menyadari akan arti pentingnya pohon bagi kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup secara keseluruhan dan Sustainable.

Kesadaran seperti ini penting sekali ditanamkan bagi setiap orang agar terdorong untuk serius menanam pohon walau hanya satu batang.

Ahli filsafat ekonomi itu juga mengatakan;

"Hutan pepohonan seperti halnya kulit manusia yang memainkan peran penting (vital) dalam melindungi tubuh kita dari segala bahaya mengancam. Demikian pula halnya dengan hutan pepohonan yang lebih dari sebuah batas atau lapisan kulit, karena bersifat vital bagi kelangsungan lingkungan hidup global secara keseluruhan."

Dari pendapat ahli filsafat tersebut, akankah kita bisa membayangkan, bagaimana kita dapat hidup tanpa adanya pepohonan di muka bumi ini? Seperti halnya bagaimana mungkin kita dapat hidup tanpa adanya kulit!

Tetapi sejarah peradaban manusia memperlihatkan, Revolusi Industri sejak empat abad silam telah menghancurkan hutan-hutan pepohonan di muka bumi. Negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika yang lebih dahulu melaksanakan revolusi industri secara massif baru belakangan menyadari, apa yang akan terjadi sekiranya seluruh permukaaan bumi tak menyisakan hutan?

Di revolusi industri itu, pohon-pohon ditumbangkan secara massal dengan mesin-mesin raksasa ganas yang dalam sekejap menyulap hutan jadi gundul. Kayu-kayunya digunakan untuk industrialisasi dan lahannya dirubah menjadi kawasan pemukiman, perkotaan dan industri.

Di abad milenial/digital sekarang, kehancuran hutan terutama Hutan Indonesia sudah diambang mata. Pemusnahan hutan pepohonan secara massal masih terus dilakukan. Keserakahan ekonomi tanpa batas ini telah pula memusnahkan sedemikian banyak spesies hidup dalam waktu singkat. Dan jika tidak diantisipasi, maka yang namanya pemanasan global dan perubahan iklim bukan lagi sebatas ngomongan atau isapan jempol belaka.

"Pemanasan Global dan Perubahan Iklim perlahan-lahan akan menghancurkan bumi dengan segala isinya, termasuk ya manusia-nya sendiri!"

Manusia menjadi satu-satunya makhluk yang paling bertanggung jawab atas kerusakan dan penghancuran hutan-hutan pepohonan. Para ilmuwan dan ahli lingkungan mengatakan;

"Keadaan ini tidak mungkin dapat dipulihkan, yang paling mungkin dapat kita lakukan bersama adalah menahan laju kehancuran. Misalnya saja kita dapat menghentikan pengundulan hutan dan melaksanakan reboisasi pada sisa-sisa hutan yang masih ada. Namun dibutuhkan waktu sekitar 100 juta tahun untuk menstabilkan ekologi global yang saat ini kacau balau."

Seratus juta tahun bukanlah waktu singkat. Padahal nafsu serakah manusia, nafsu sektoral ekonomi yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya lebih mudah menggelora daripada mengendalikannya.

Mahatma Gandhi pernah mengatakan;

"Jutaan pepohonan di muka bumi ini cukuplah untuk memberi makan berapapun jumlah penduduk di muka bumi. Tetapi berapapun jutaan pohon yang kita memiliki tidaklah pernah cukup mengenyangkan untuk satu orang yang serakah lagi rakus."

Sekarang peradaban manusia modern berada dalam situasi gawat darurat. Bisa jadi sebelum mencapai hitungan waktu seratus juta tahun ke depan dalam usaha memperbaiki ekologi global, bumi kita sudah hancur karena keserakahan ekonomi tanpa batas.

Sekarang ini bisakah tidak, kita melaksanakan sebuah aksi/tindakan sederhana untuk menahan laju kehancuran hutan dan bumi? Ya sebuah Aksi yang Tentukan Masa Depan Lingkungan Sustainable. Cukup dengan setiap orang menanam satu batang pohon! Itu pun cukup sekali saja seumur hidup kita lakukan. Sangat jelas satu orang menanam satu pohon bukanlah pekerjaan berat. Setiap orang dapat dengan mudah melaksanakannya.

Memang menumbuhkan pohon itu lama dan menanam pohon itu mudah.  Ada bibitnya, ada cangkul, gali lalu tanam. Namun yang paling sulit/susah justru meyakinkan orang dan menumbuhkan kesadaran agar orang tergerak berkeinginan/ mau menanam pohon!

Jadi saya pikir gerakannya itu adalah bagaimana memotivasi orang lain agar ingin menanam dan memelihara juga. Kita ibaratkan seperti rokok misalnya. Orang tahu kalau rokok itu tidak baik, tetapi orang mau juga merokok walaupun diancam dengan berbagai penyakit.

Kenapa? Karena iklan dan reklame rokok itu lebih besar biayanya untuk meyakinkan orang merokok itu enak dan nikmat. Jadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Pengendalian Lingkungan Daerah dan lembaga lingkungan lainnya harus lebih besar pula biayanya untuk iklan dan reklame bagaimana mendorong/memotivasi orang/masyarakat untuk ingin menanam pohon. Jadi kita ambil saja filosofi dari rokok itu tadi.

Sekarang kenyataan memperlihatkan, iklan dan reklame ajakan menanam pohon entah dimana letaknya. Reklame jangan menebang dan membakar hutan amatlah sedikit dan kecil. Jadi bagaimana bisa mendorong dan meyakinkan orang jika kenyataannya seperti ini!

Saya pikir, kalau masyarakat yakin dan terdorong, Insya Allah salah-salah sedikitpun tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat dan mereka akan maafkan.

Semoga masyarakat semakin yakin untuk menanam pohon. Dengan iklan dan reklame yang besar dan banyak, masyarakat semakin menyadari arti pentingnya pohon bagi kelangsungan hidup secara keseluruhan yang Sustainable (baik generasi hari ini maupun generasi anak cucu di masa depan). Karena menanam satu batang pohon berarti ikut menahan laju kehancuran hutan dan bumi kita, bahkan menyelamatkan diri dan anak cucu kita, sekarang maupun di masa-masa mendatang.

Mari tanamlah satu pohon maka kebaikan dan manfaatnya-nya tak akan putus walaupun sudah tidak ada umur menyaksikan bagaimana berartinya dan teduhnya pohon itu ketika tumbuh menjulang tinggi.

Berikut Video Aksiku Tentukan Masa Depan Lingkungan Sustainable yakni dengan menanam dan memelihara pohon.


Jadi, "Sudahkan Anda Menanam Satu Batang Pohon Saja.....?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun