Percaya gak sih kalau tempat paling dirindukan untuk pulang adalah Kampung Halaman?
Kalau saya sih percaya karena Kampung Halaman adalah tempat kelahiran. Dan tempat kelahiran itu memang susah untuk dilupakan.
Kampung Halaman bagi saya menjadi tempat menghabiskan masa kecil yang tak terlupakan sebelum saya merantau menuntut ilmu ataupun bekerja di kota. Banyak kenangan-kenangan, memori, moment dan peristiwa-peristiwa penting dan berkesan dalam hidup yang terjadi di kampung halaman yang tak mungkin dilupakan begitu saja.
Ketika liburan panjang, kampung halaman menjadi hal pertama yang terlintas dalam pikiran. Pulang ke kampung halaman menjadi momen paling dirindukan/dinantikan saat mudik. Dan mudikpun terasa begitu indah menuju kampung halaman desa yang kucinta. Rasanya memang seperti yang tertulis dalam dua lirik lagu daerah/nasional dan anak Indonesia berikut ini;
1. "Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku..."
“Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai...” (Lagu “Desaku” berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) diciptakan oleh Liberty Manik atau L Manik).
2. "Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai...."
"Walaupun banyak negeri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan..." (lagu “Tanah Airku” ciptaan Ibu Sud dari sukabumi,Jawa Barat)
Ketika saya merantau dan rindu atau kangen kampung halaman, saya kerap menyanyikan dua lagu Indonesia di atas. Lagu-lagu tersebut seakan menjadi pelipur lara mengobati rasa kangen akan kampung halaman
Lalu apa yang membuat saya Rindu Kampung Halaman? Ini dia Tiga Hal yang Saya Rindukan dari Kampung Halaman
1. Suasananya
Suasana yang kuirindukan ketika di kampung halaman adalah suasana desaku yang permai seperti yang digambarkan L. Manik dalam lagunya di atas (Desaku).
Di desaku memiliki hamparan sawah, ladang, kebun dan pohon-pohon yang hijau lagi rindang, pantai dengan ombak lautnya yang tenang. Dibalut dengan keramah tamahan warga desa yang suka tolong menolong dan saling membantu. Itulah desaku tempat kelahiranku yang rasanya begitu permai (Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat).
Setelah terjadi Tsunami akhir tahun 2004, kondisi, landscape dan suasana desa memang banyak yang berubah. Namun suasana keramah tamahan dan sikap kepedulian sosial masyarakat tidak pernah berubah hingga kini. Dan itu selalu kurindukan untuk dikenang.
2. Segala Memori di Kampung Halaman
- Jalan-jalan di Musim Hujan Bersama Teman dan Saudara
Jalan kaki atau naik sepeda sambil keliling-keliling mencari sesuatu di kampung walau hujan sedang turun, gak masalah walau baju sudah basah kuyup. Kecerian, kebersamaan dan keseruan telah mengalahkan segalanya saat itu.
- Mandi Laut Bareng Teman-teman
Kebetulan desaku/kampung halamanku (Kuala Bubon) berada sangat dekat dengan pingir laut, samudera hindia. Tak Jarang saat itu khususnya sebelum tsunami, kami kerap mandi laut terutama di sore atau senja hari ketika laut tampak begitu tenang.
Wah asik dan seru banget deh saat mandi laut. Laut seperti kolam renang gratis buat kami.
- Nunggu Buah Durian Runtuh ketika Malam Hari
Ketika musim durian di desa kami, tak jarang kami bergadang semalam suntuk menunggu buah durian jatuh atau runtuh di ladang atau kebun milik saudara.
Di malam itu sambil menunggu durian jatuh, kami duduk di sebuah pondok atau di rumah warga yang menjadi saudara kami sambil bercerita-cerita dan bercanda-canda diterangi lampu petromaks, cemprong, hingga lilin, kapas dan minyak sayur (lampu jaman dulu/jadul). Saat itu belum ada sosmed, jadi gak ada yang pegang handphone sendiri-sendiri.
Ketika terdengar ada durian jatuh. Kami pun saling berlari membawa lampu-lampu tersebut dan senter jadul sambil tertawa-tawa untuk melihat di mana posisi durian jatuh. Sunguh momen yang begitu berkesan dan indah. Sebuah keseruan dan kebersamaan yang indah tak terlupakan walau malam kian larut.
- Bermain Permainan Tradisional
Memori yang tak terlupakan selanjutnya di kampung halaman adalah bermain permainan tradisional.
Ketika masa-masa sekolah sebelum tsunami (SD hingga SMP, kalau SMA saya sudah merantau menuntut ilmu ke ibukota provinsi), saya kerap bermain permainan tradisional bersama teman-teman di kampung, seperti petak umpet, engklek, congklak, permainan tali/karet, ular tangga, ludo,monopoli, patok lele, bola bekel , gasing dan lain-lain saat itu
Sungguh saya merasakan kebersamaan, keceriaan, kekompakan, perjuangan, toleransi, simpati dan empati ketika bermain permainan tradisional di kampung.
Saat ini, walau saya sudah dewasa, sungguh sedih saya sudah sangat jarang melihat permainan tradisional yang dilakukan oleh generasi sekarang. Mereka lebih tertarik main game online atau internet yang minim akan makna, pesan-pesan penting atau nilai-nilai moral/karakter. Sungguh sangat disayangkan. Semoga bisa berubah belum terlambat.
3. Orang-orang yang Ada di Kampung Halaman
Sejalan dengan suasana kampung halaman. Orang-orang yang ada di kampung halaman juga begitu ramah, hangat, tidak egois atau bermusuhan. Semuanya penuh keakraban, persaudaraan dan solidaritas yang tinggi.
Saya bisa berkumpul bersama orang-orang dengan karakter yang saya sebutkan di atas terutama Anggota Keluarga, Saudara/Kerabat/Handai Taulan dan Teman-teman sekampung yang memiliki memori yang sama.
~***~
Nah! itu dia Tiga Hal yang membuat saya rindu akan Kampung Halaman.
Dan itulah mengapa buat saya ketika perjalanan mudik menuju kampung halaman menjadi saat-saat atau momen yang dirindukan karena ketiga hal di atas tersebut, yang jarang saya dapatkan, temukan atau rasakan ketika berada di kota.
Bagi saya, berbicara atau membahas tentang kampung halaman tempat kelahiran, seakan tidak ada habisnya karena memiliki daya tarik dan cerita tersendiri yang selalu dikenang atau diingat sepanjang masa/hidup.
Dan ketika mudik khususnya, kampung halaman akan selalu dirindukan dan menjadi tempat pulang bagi mereka yang bekerja di kota.
Tak bisa dipungkiri lagi, Suasana, Segala Memori yang Ada dan Orang-orang di Dalamnya menjadi hal terindah yang selalu kurindukan yang hanya ada di Kampung Halaman tempat Kelahiranku.
Semoga bermanfaat dan menginspirasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H