Tsunami pun menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara..
Delisa berhasil diselamatkan Smit, seorang prajurit Angkatan Darat AS setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi.
Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tetapi sang Ayah berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana.
Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera dan juga orang-orang Aceh lainnya. Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya.
Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tetapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
Begitu menyentuh dan menginspirasi bagi siapa pun yang menonton.
Tahun 2020 di bulan Desember, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui UPTD Museum Tsunami Aceh, juga merilis film dokumenter tentang Sosok Asli Delisa yang diangkat dari kisah nyatanya ketika terjadi Tsunami 26 Desember 2004.
2. Emak Ingin Naik Haji
Film drama religi ini juga berkualitas dan mendatangkan banyak pesan, makna dan perenungan yang dalam. Sebuah Film dari Mizan Production yang dirilis pada 12 November 2009 ini diangkat dari sebuah Cerpen karya Asma Nadia mengisahkan tentang Emak dan perjuangan keluarga dalam mewujudkan impian, sebuah impian ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Padahal Emak hanyalah seorang penjual kue kecil yang hidupnya bergantung pada hasil jualan di pasar atau pesanan orang.
Meski sadar akan keadaan dirinya yang serba pas-pasan, Emak tidak patah semangat. Setiap hari meski hanya sangat sedikit, Emak selalu menyisihkan hasil jualannya untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Tak ada rasa malu apalagi frustasi, melainkan penuh kesabaran dan ketulusan, Emak teguh menjalani niatnya.
Putra Emak begitu terharu melihat kegigihan ibunya. Sesungguhnya ia pun ingin betul mewujudkan impian emaknya. Sayangnya ia hanya berprofesi sebagai penjual lukisan keliling yang juga penuh keterbatasan. Ditambah lagi ia masih harus menyelesaikan berbagai masalah yang didapatnya dari perkawinan yang gagal.