Seperti yang saya katakan sebelumnya, kegiatan pengomposan atau mendaur ulang sampah makanan juga mengasyikkan. Mengamati proses perubahan sampah menjadi kompos membuat kita mengagumi kebesaran Allah. Inilah salah satu cara mensyukuri nikmat-Nya.
Dengan mengolah sampah menjadi kompos, kitapun telah menjalani Gaya Hidup Minim Sampah Makanan dan tanpa sadar mengembalikan lagi pada bumi apa-apa yang telah kita nikmati. Kita mendapatkan berkah berupa kenikmatan yang dapat diukur hasilnya yakni sekian kilo gram kompos. Atau penghematan uang untuk membeli pupuk tanaman.
Lalu bagaimana dengan sampah yang dipilah di setiap rumah, namun warga tidak bersedia mengolah sampah organiknya menjadi kompos? Jawabnya harus diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pengomposan komunal. Tentu saja gerobak sampahnya harus diberi sekat.Â
Dengan pemilahan Sampah Makanan di sumbernya, maka tidak ada timbunan sampah organik yang berbau terutama di dapur dan halaman. Dapur dan halaman rumahpun Bebas Sampah Makanan.
Sarana pengomposan yang dikelola oleh Komite Lingkungan RT dapat menambah penghasilan petugas kebersihan dan mengisi kas RT. Peranan pengurus RT/RW, tokoh masyarakat dan PKK sangat besar untuk memotivasi warga dan memberikan keteladanan agar kegiatan ini berkelanjutan.
Selain itu peran dan dukungan dari pemerintah, swasta dan CSR nya, terkait dengan sosialisasi dan dana akan sangat membantu dalam pengembangan pengelolaan sampah khususnya Sampah Makanan atau organik yang bernilai ekologis dan ekonomis ini.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H