Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengolah Sampah Makanan Menjadi Sumber Daya Bernilai

25 Mei 2021   21:14 Diperbarui: 25 Mei 2021   21:31 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengolah Sampah Makanan Menjadi Sumber Daya Bernilai (foto dokumentasi pribadi).

Setiap hari rumah tangga kita menghasilkan sampah, baik organik, anorganik maupun Bahan Berbahaya Beracun (B3). Akankah sampah ini menjadi lawan yang menimbulkan masalah, ataukah kita jadikan kawan yang memberikan manfaat bagi kehidupan?

Dengan disahkannya Undang-Undang (UU) nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, maka payung hukum sudah ada. Di dalam UU tersebut disebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

Selain itu, paragdima lama pengelolaan sampah yakni Kumpul-Angkut-Buang sudah berganti menjadi paragdima baru sesuai UU tersebut yakni Pilah-Kumpul-Kelola.

Rumah tangga adalah sumber sampah.  Namun banyak sampah yang tidak dipilah, padahal memilah sampah di rumah tangga khususnya Sampah Makanan adalah langkah awal bahkan kunci sukses mengolah sampah.

Manusia bumi masih saja membuang sampah sembarangan tanpa dipilah, sampah basah, kering dan B3 bercampur satu sama lain (foto dok pri).
Manusia bumi masih saja membuang sampah sembarangan tanpa dipilah, sampah basah, kering dan B3 bercampur satu sama lain (foto dok pri).
Memilah adalah mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.

Komposisi sampah organik dalam rumah tangga seperti Sampah Makanan biasanya cenderung lebih besar dibanding komposisi sampah lainya (anorganik dan B3).

Sampah Makanan atau Food Waste yang segar dan lunak seperti sisa-sisa sayuran belum basi tapi tak layak dimasak, sisa nasi, tape dan buahan yang tak layak dimakan lagi (seperti pisang, nenas, pepaya, anggur, jeruk, apel, dll) kulit buah-buahan seperti kulit jeruk, namun jangan memasukkan kulit buah yang keras seperti kulit salak atau durian. Semua bahan ini dapat dibuat kompos dengan komposter rumah tangga.

Membuat kompos tidak sulit dan mengasyikkan lho!

Pengalaman saya berikut dalam melakukan praktik pengolahan sampah makanan/organik menjadi kompos skala rumah tangga di balai teknik air minum dan sanitasi Bekasi dapat menjadi panduan.

1. Sampah-sampah makanan seperti yang saya sebutkan di atas dikumpulkan, lalu dicacah atau dipotong-potong ( 2 cm).

Foto dukumentasi pribadi
Foto dukumentasi pribadi
Campuran sampah makanan/ buah seperti pisang, nanas, tape, gula merah dan air bersih/air cucian beras untuk dijadikan kompos (foto dok pri).
Campuran sampah makanan/ buah seperti pisang, nanas, tape, gula merah dan air bersih/air cucian beras untuk dijadikan kompos (foto dok pri).
2. Bahan-bahan lalu dicampur dan diaduk merata dengan serbuk gergaji atau sekam dengan perbandingan 2;1 (dua bagian bahan kompos, dan satu bagian serbuk gergaji/sekam).  
Foto dukumentasi pribadi
Foto dukumentasi pribadi
3. Bahan yang sudah dicampur dan diaduk diberi cairan Effective Mikroorganism (EM) (3 sendok makan untuk tiap 5 Kg) yang dapat dibeli di toko kimia atau toko pertanian dan 2 sendok makan gula merah, lalu diberi air secukupnya. Akan lebih baik memang jika digunakan air cucian beras. Gula merah dan air cucian beras akan menjadi nutrisi bagi mikroorganisme.

Campuran bahan kompos diberi larutan EM4 yang sudah dimasukkan ke dalam Ceret/teko penyiram bunga dan disempotkan sedikit demi sedikit sampai rata dan kelembaban yang cukup (jangan terlalu kering atau terlalu basah) (Foto dok pri).
Campuran bahan kompos diberi larutan EM4 yang sudah dimasukkan ke dalam Ceret/teko penyiram bunga dan disempotkan sedikit demi sedikit sampai rata dan kelembaban yang cukup (jangan terlalu kering atau terlalu basah) (Foto dok pri).
EM 4 merupakan bioaktivator atau starter kompos yang mengandung mikroorganisme decomposer yang terdiri dari bakteri pengurai, cendawan, mikroba pengurai lainnya seperti Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast) dan Actinomycetes serta bahan-bahan lain (lihat komposisi) yang telah diisolasi yang digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik.

Foto dukumentasi pribadi
Foto dukumentasi pribadi
Penggunaan starter ini dapat mempercepat proses pengomposan dari  4 -- 6 bulan menjadi   3 -- 4 minggu.

4. Masukkan bahan ke dalam komposter (misal komposter gentong) dan tutup rapat. Dengan komposter gentong yang alas dan dindingnya dilubangi dan diisi kerikil dan sekam, merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan dalam gentong.

Komposter Gentong (foto dok pri).
Komposter Gentong (foto dok pri).
Komposter Gentong (foto dok pri).
Komposter Gentong (foto dok pri).
Bila tidak ada komposter gentong boleh juga gunakan keranjang cucian yang bagian bawahnya dilubangi beberapa buah, diberi alas bantalan yang dibuat dari jaring plastik dan diisi sabut kelapa atau sekam yang berfungsi menampung air yang mungkin keluar dari kompos (air lindi) sehingga bisa menyerap bau. 

Bantal sekam juga berfungsi sebagai alat kontrol udara agar bakteri berkembang dengan baik dan mencegah timbulnya belatung dalam keranjang karena tidak memungkinkan untuk perkembangbiakan serangga. Kemudian di bagian tepi keranjang diberi kardus untuk menyerap air, mempertahankan kehangatan sekaligus perangkap starter/aktivator kompos. 

Keranjang cucian untuk pembuatan kompos (foto dk pri).
Keranjang cucian untuk pembuatan kompos (foto dk pri).
 Jika tidak memiliki komposter, dapat dibuat lubang tanah atau wadah khusus lainnya yang ada penutupnya.

Simpan komposter di tempat teduh. Pertahankan suhu dan kelembaban dalam komposter 60-70 C dengan cara mengaduk isinya sekali sehari dan diperciki air, lalu tutup kembali. Jika perlu setiap hari ditambahkan sampah makanan yang baru dan diaduk merata sambil diperciki air.

5. Dalam 2 minggu hingga 1 bulan adonan telah selesai terfermentasi menjadi kompos yang bagus dan matang (ditandai perubahan warna menjadi kehitaman seperti pada foto di bawah).

Foto dukumentasi pribadi
Foto dukumentasi pribadi
6. Kompos yang sudah jadi diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dipakai hingga suhunya turun menjadi 30 C .  Air yang mungkin keluar dari kompos (air lindi) dapat ditampung dan dimanfaatkan sebagai pupuk cair atau digunakan kembali untuk membantu pengomposan. Lalu sisakan juga kompos setebal 2 cm yang akan berfungsi sebagai starter atau aktivator untuk mempercepat pengomposan selanjutnya.

Jika perlu kompos diayak, baru kemudian siap dipakai atau dipasarkan.

Komposnya dapat digunakan untuk memupuk berbagai tanaman di halaman. Hasilnya biasanya tanaman tumbuh subur dan lingkungan menjadi lebih asri. Bunga-bunga bermekaran, mengundang kupu-kupu beterbangan yang membuat pemandangan lebih indah. Udara menjadi lebih segar karena oksigen yang dihasilkan oleh pohon-pohonan pelindung.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, kegiatan pengomposan atau mendaur ulang sampah makanan juga mengasyikkan. Mengamati proses perubahan sampah menjadi kompos membuat kita mengagumi kebesaran Allah. Inilah salah satu cara mensyukuri nikmat-Nya.

Dengan mengolah sampah menjadi kompos, kitapun telah menjalani Gaya Hidup Minim Sampah Makanan dan tanpa sadar mengembalikan lagi pada bumi apa-apa yang telah kita nikmati. Kita mendapatkan berkah berupa kenikmatan yang dapat diukur hasilnya yakni sekian kilo gram kompos. Atau penghematan uang untuk membeli pupuk tanaman.

Lalu bagaimana dengan sampah yang dipilah di setiap rumah, namun warga tidak bersedia mengolah sampah organiknya menjadi kompos? Jawabnya harus diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pengomposan komunal. Tentu saja gerobak sampahnya harus diberi sekat. 

Dengan pemilahan Sampah Makanan di sumbernya, maka tidak ada timbunan sampah organik yang berbau terutama di dapur dan halaman. Dapur dan halaman rumahpun Bebas Sampah Makanan.

Sarana pengomposan yang dikelola oleh Komite Lingkungan RT dapat menambah penghasilan petugas kebersihan dan mengisi kas RT. Peranan pengurus RT/RW, tokoh masyarakat dan PKK sangat besar untuk memotivasi warga dan memberikan keteladanan agar kegiatan ini berkelanjutan.

Selain itu peran dan dukungan dari pemerintah, swasta dan CSR nya, terkait dengan sosialisasi dan dana akan sangat membantu dalam pengembangan pengelolaan sampah khususnya Sampah Makanan atau organik yang bernilai ekologis dan ekonomis ini.

Salah satu bentuk dukungan pemerintah, swasta dan CSR, memberikan fasilitas atau sarana pengolahan persampahan seperti komposter (foto dok pri).
Salah satu bentuk dukungan pemerintah, swasta dan CSR, memberikan fasilitas atau sarana pengolahan persampahan seperti komposter (foto dok pri).
Memberikan sosialisasi/edukasi kepada warga bagaimana mengolah sampah makanan menjadi sumber daya bernilai (foto dok pri).
Memberikan sosialisasi/edukasi kepada warga bagaimana mengolah sampah makanan menjadi sumber daya bernilai (foto dok pri).
Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber-sumbernya seperti rumah tangga, kantor, sekolah, pertokoan, pusat-pusat pembelanjaan atau pasar dll, hingga suatu kawasan atau wilayah benar-benar Bebas Sampah khususnya Bebas Sampah Makanan atau istilahnya Food Waste Free. Dengan begitu akan tercapai yang namanya Food Smart City, seperti yang terus digalakkan, dikampanyekan atau digerakkan saat ini yakni Bandung Food Smart City. Semoga gerakan positif ini berjalan sukses dan memberikan dampak luas ke masyarakat, salah satunya melalui Pengomposan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun