Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Anak Negeri agar Sound Of Borobudur Tetap Menggaung dan Menjadi Daya Tarik Masyarakat Dunia

16 Mei 2021   21:52 Diperbarui: 16 Mei 2021   21:53 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewa Budjana hingga Trie Utami Mainkan Alat Musik yang Ada di Relief Candi Borobudur (Foto: Eko Susanto/detikcom).

Hai teman-teman Kompasianer, sudah tahukah anda bahwa, di antara ribuan panil relief cerita dan dekoratif, ada ratusan panil relief alat musik yang tergambar/terpahat/terlukis pada Candi Kebanggaan kita Borobudur?

Hal ini membuktikan betapa Wonderful Indonesia sejak dulu kala, di mana nenek moyang kita dulu, kehidupannya (peradaban abad ke-8 s/d ke-10) tidak dapat terlepas dari alat-alat/instrumen musik, yang digunakan untuk keperluan pertunjukan seni atau hiburan maupun upacara. Jadi ada Sound of Borobudur yang dipentaskan saat itu.

Alat-alat/instrumen musik yang terpahat/terlukis pada panil relief di dinding dan kaki candi ternyata tidak hanya berasal dari daerah Indonesia saja, tapi juga dari negara-negara lain seperti alat musik gambus (dipetik) dan rebab (digesek) yang berasal dari timur tengah/arab dan menyebar ke eropa, alat musik sitar (dipetik) berasal dari asia selatan/India.

Kemudian ada Lute (juga alat musik yang dipetik) yang menjadi cikal bakal lahirnya alat musik gitar, yang berasal dari Eropa, dan ada lagi Simbal (alat musik yang dipukul/diketok) dari Turki yang ternyata telah dimainkan sejak zaman kuno dan terpampang pada panil relief Candi Borobudur.

                                                           Ini membuktikan bahwa kemungkinan besar Borobudur Pusat Musik Dunia di masa lampau.

Berbagai kisah yang mengandung nilai pengetahuan, ajaran, seni dan pesan moral ditinggalkan oleh para leluhur melalui relief-relief atau panil relief untuk generasi selanjutnya

Lalu apa yang menjadi tugas/peran generasi selanjutnya khususnya nilai seni agar Sound of Borobudur tetap menggaung dan mengema hingga masyarakat dunia pun tahu dan tertarik untuk datang ke Borobudur yang ternyata penuh dengan nilai-nilai peradaban sejarah bermutu tinggi? Ini dia:

1. Generasi selanjutnya (generasi Indonesia/segenap anak negeri sekarang) harus menyadari bahwa Borobudur beserta panil-panil relief pada dinding-dinding candi bukan hanya sekadar bangunan, tempat ibadah atau sebagai tempat swafoto, melainkan sebagai tempat untuk belajar sejarah, mega perpustakaan, literatur yang menampilkan sumber ilmu pengetahuan, dokumentasi perjalanan mengagumkan yang telah dicapai oleh leluhur/nenek moyang kita yang harus diketahui dan diungkap terutama bagi mereka yang mencintai sejarah kejayaan jejak-jejak peradaban bangsa yang tentunya berimbas di masa sekarang, seperti Kesenian Musik dan Tari.


.                                                                      Ini menjadi sebuah spirit untuk memotivasi agar kita kembali belajar pada Borobudur.

2. Melakukan riset mengeksplor alat musik yang ada di relief candi, kemudian di dibuat/diproduksi/direplika dan dibunyikan. Atau dengan kata lain melakukan proses cipta ulang alat-alat musik yang terukir di relief/panil candi.

Kegiatan ini pernah dilakukan oleh seorang seniman bernama Ali Gardy Rukmana yang mendapatkan kepercayan dan amanah dari tim Jaringan Kampung Nusantara, untuk bisa mewujudkan kembali secara fisik tiga buah alat musik dawai, yang bentuknya terpahat di relief Karmawibhangga nomor 102, 125, dan 151.

Siapa Ali Gardy Rukmana dan bagaimana ia membuat, meniru dan membunyikan alat musik yang sudah 13 abad lalu tak pernah ada wujud barangnya hingga sesuai  yang tergambar di relief Borobudur? Baca artikelnya Disini.

Proses cipta ulang/eksplor alat-alat musik yang ada di relief candi Borobudur oleh Ali Gardy dan dawai Karmawibhangga (kiri), meniru relief dawai Karmawibhangga di Borobudur (kanan). Foto:japungnusantara.org/sound-of-borobudur/
Proses cipta ulang/eksplor alat-alat musik yang ada di relief candi Borobudur oleh Ali Gardy dan dawai Karmawibhangga (kiri), meniru relief dawai Karmawibhangga di Borobudur (kanan). Foto:japungnusantara.org/sound-of-borobudur/
3. Menampilkan alat musik atau alunan musik yang direplika/dibunyikan tersebut dalam bentuk seni pertunjukan atau orkestra Sound of Borobudur yang dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat dunia, baik melalui televisi, aplikasi mobile dan internet.

Kegiatan ini sudah pernah dilakukan oleh sejumlah seniman kenamaan tanah air seperti Dewa Budjana, Purwacaraka dan Trie Utami dalam acara bertajuk Sound of Borobudur yang digelar di Omah Mbudur, Kompleks Candi Borobudur pada pada Kamis (8/4/2021) lalu, seperti yang tampak foto berikut:

Dewa Budjana hingga Trie Utami Mainkan Alat Musik yang Ada di Relief Candi Borobudur (Foto: Eko Susanto/detikcom).
Dewa Budjana hingga Trie Utami Mainkan Alat Musik yang Ada di Relief Candi Borobudur (Foto: Eko Susanto/detikcom).
4. Setelah dipentaskan, perlu dilakukan riset lanjutan dan workshop dengan hipotesis, apakah Borobudur itu memang benar pusat seni, pusat musik dunia, pusat berkumpulnya seniman-seniman dari seluruh dunia dengan alat-alat musik yang berbeda? Atau tempat bertemunya peralatan musik instrumen seluruh dunia? Atau bahkan bisa semuanya tersebut.

5. Sound of Borobudur yang dipentaskan masa dulu tentu masih sederhana, digarap seadanya dengan cara konvensional. Generasi sekarang kita bisa mengarapnya dengan sentuhan lebih modern/bantuan alat teknologi musik tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah, makna dan esensinya.

***

Instrumen musik yang tergambar/terpahat di relief-relief Candi Borobudur adalah salah satu representasi kekayaan seni budaya dan kemajuan peradaban nusantara yang dicapai nenek moyang kita 13 abad yang lalu.

Agar jejak-jejak kekayaan dan kemajuan peradaban tersebut tidak hilang tergerus zaman dan waktu melainkan menjadi daya tarik sejarah dunia yang tak lekang oleh waktu, maka mengeksplor atau menghadirkan kembali alat-alat musik dan tari yang tergambar pada relief-relief di Candi Borobudur dalam wujud fisik, membunyikannya kembali dan mementaskannya dalam bentuk seni pertunjukan serta workshop menjadi tugas kita bersama, bukan hanya tugas para musisi atau seniman saja.

Karena dengan tugas dan peran inilah yang akan membuka ruang bagi Sound of Borobudur untuk terus tergaung sebagai pusat kesenian dunia dan menjadi daya tarik  generasi saat ini dan masyarakat dunia.

~Salam, Farissa~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun