Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kiat Jitu agar Milenial Melek Finansial

10 November 2020   17:15 Diperbarui: 10 November 2020   18:09 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: softwareaccurate.id

Buat saya milenial melek finansial itu sederhana saja. Prinsip utama-nya adalah belanja (pengeluaran) harus lebih sedikit daripada pemasukan. Banyak milenial sulit memahami konsep yang sebenarnya sederhana ini

Saya cukup kaget sekaligus takjub dari Survei GoBankingRates pada tahun 2019 yang menyebutkan jika milenial jauh lebih boros ketimbang generasi lainnya. Shopping, hangout, makan di luar, hiburan, pakaian, aksesoris, moda transportasi online, traveling hingga alkohol menjadi hal-hal boros yang mendominasi pengeluaran kaum milenial.

Lebih lanjut survei tersebut menyatakan, bila milenial bisa menghilangkan kebiasaan yang tidak perlu, milenial bisa mengumpulkan uang lebih banyak dari waktu ke waktu. Apalagi jika menggunakan uang yang dikumpulkan itu untuk berinvestasi.

Dalam survei itu juga disebutkan, pengeluaran yang tidak penting dapat memangkas sisa uang tabungan bahkan kebutuhan jangka panjang lainnya.

Menurut Mark Avallone, seorang penulis dan finansial advisor, jika kaum milenial mampu menyimpan uangnya untuk investasi dibanding hal-hal boros yang disebutkan di atas, maka semakin lama uang tersebut bertambah 2 hingga 7 persen.

Survei di atas semakin mempertegas anggapan ataupun fakta yang dicermati oleh Cermati.com bahwa;

1. Milenial dikenal dengan sikap selalu saja ingin sesuatu yang serba instan, selalu gegabah, tidak pikir panjang saat membelanjakan uang (konsumtif) serta cenderung gensi dan ikut-ikutan.

Wah jika sudah begini yang dicermati oleh Cermati.com, membuat saya jadi bertanya;

Apakah ada pengeluaran milenial yang dilakukan hanya karena faktor gensi dan ikut-ikutan? Lalu bagaimana dampaknya terhadap pengeluaran keluarga? Apakah hal itu membuat milenial terpaksa berutang?

Jika jawabannya ya, maka sudah saatnya milenial melatih diri untuk berpindah dari pola pikir konsumtif menjadi selektif. Artinya mulai membiasakan diri untuk mendahulukan kebutuhan primer dan memikirkan ulang setiap kali akan membeli sesuatu yang tergolong tersier.

Milenial melek finansial buat saya sederhana saja. Prinsip utama-nya adalah belanja (pengeluaran) harus lebih sedikit daripada pemasukan. Banyak milenial sulit memahami konsep yang sebenarnya sederhana ini, sehingga mereka terus melakukan kesalahan yang sama berulang kali yaitu dengan sikap menggunakan seluruh penghasilan mereka saat itu juga tanpa berfikir jangka panjang dan tanpa menetapkan aturan untuk menggunakan uang lebih sedikit dan menabung lebih banyak.

Selanjutnya mulai membiasakan diri untuk membuat rencana keuangan. Dalam membuat rencana keuangan, Milenial hanya perlu,

  • Membuat rencana pengeluaran yang disesuaikan dengan penghasilan.
  • Teliti dalam mencatat setiap pemasukan, pengeluaran, dana perlindungan dan dana untuk rencana masa depan.
  • Memikirkan apa yang ingin mereka capai dalam waktu 5 tahun ke depan, 10 tahun ke depan, hingga 15 tahun. Dari situ, kemudian baru dirancang apa saja yang perlu dipersiapkan dan berapa besar dana yang dibutuhkan.

Asuransi juga sangat erat hubungannya dengan perencanaan keuangan. Pribadi dan keluarga tidak pernah terlepas dari risiko, kematian dini, kecelakaan, tua atau sakit yang memerlukan biaya besar. Tidak ada satu orang pun yang dapat menolak bila ini terjadi pada dirinya. Dana yang ditujukan untuk masa depan bisa saja terkuras karena salah satu hal di atas, bahkan aset bisa habis terjual. Untuk itu sangat disarankan agar milenial memiliki asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi pendidikan hingga dana pensiun.

Hai milenial, perhatikanlah orang-orang yang sukses di bidang finansial. Umumnya mereka yang paham akan arti uang dan mengaturnya dengan baik, tidak pernah terlihat berfoya-foya. Mereka lebih memilih untuk menabung kelebihan uangnya, daripada membuangnya untuk membeli barang-barang yang tidak perlu.

2. Pengamatan kedua terkait perilaku milenial yang dicermati oleh Cermati.com menyangkut masalah investasi.

Milenial dikenal dengan sikap acuh tak acuh, ogah atau enggan terutama soal urusan investasi misal Investasi Online. Hal ini dapat dibuktikan dari minimnya keikutsertaan milenial dalam aktivitas investasi atau jumlah investor dari kalangan milenial masih relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah generasi sebelumnya. Padahal sejatinya investasi dapat dijadikan sebagai modal untuk membiayai hidup di hari tua atau kepentingan masa depannya nanti.

Di samping itu, umur dan jenjang karier yang masih panjang membuat milenial sering menunda-nunda keinginan segera berinvestasi, bahkan Investasi Jangka Pendek. Padahal rentang usia yang masih muda menjadi waktu yang tepat untuk ikut investasi karena arus pengeluaran masih sedikit.

Di zaman now, tak dapat dipungkiri jika perkembangan instrumen investasi khususnya Investasi Online di Indonesia semakin banyak sehingga masyarakat khususnya milenial bingung mana yang lebih baik untuk dipilih.

Seperti yang terjadi pada teman saya bernama Budi yang bingung terhadap uang 100 juta yang ia miliki. Ia masih bingung uang tersebut akan digunakan untuk apa. Katanya ia ingin sekali berinvestasi dan dananya dapat berkembang namun ia masih ragu dan takut karena belum memiliki pengalaman dalam berinvestasi, bahkan belum begitu paham Apa itu Investasi.

Lalu saya menyarankan, bila ingin berinvestasi sebaiknya mempelajari dahulu keuntungan dan risiko kerugian dari tiap-tiap produk investasi dan mencari sumber informasi dari situs-situs investasi terpercaya. Kemudian saya juga menyarakan agar ia dapat menjumpai konsultan keuangan yang dapat menuntun dia berinvestasi dengan lebih baik. Sehingga nantinya ia dapat menjadi milenial yang melek finansial terutama Finansial Teknologi.

Menginvetasikan selisihnya dan menginvestasikan ulang hasilnya

Setelah Budi menjumpai beberapa kali konsultan keuangan, ia memperoleh ilmu bagaimana dana yang ada dapat semakin berkembang dan berkembang. Ia melakukan seperti yang disarankan oleh sang konsultan, yakni melakukan kebiasaan baru menginvestasikan lebih banyak uang untuk investasi.

Berhubung Budi masih seorang pemula, konsultan keuangan menyarankan memilih produk keuangan yang berisiko kecil seperti tabungan dan deposito serta melakukan investasi secara bertahap. Misalnya jika punya sisa uang belanja bulan lalu, langsung masukkan ke dalam celengan khusus sampai jumlahnya mencukupi untuk ditabung di bank.

Jika bulan ini Budi mendapat bunga dari investasi deposito, maka putarlah kembali uang tersebut untuk investasi. Budi sebagai generasi milenial bisa memilih untuk langsung menaruh deviden, bunga deposito, dan hasil investasinya untuk masuk kembali ke dalam investasi yang dipilih. Jadi setiap bulan, dana tabungan, deposito atau investasi akan bertambah. Akibat baiknya, sumber keuangan alternatif pun akan turut bertambah.

Jika sumber keuangan alternatif turut bertambah dan berkembang, Budi juga sudah bisa memulai merencanakan investasi dalam bentuk properti berupa tanah, rumah atau bangunan. Jadi gunakan sebagian dana untuk membeli tanah atau membangun rumah untuk disewakan, membuat indekos atau toko kecil. Pastikan ketika memilih properti, tujuannya adalah untuk investasi jangka panjang.

Jenis investasi lain yang bisa dimulai bagi pemula seperti Budi adalah investasi logam mulia seperti emas. Gunakan sebagian dana yang tersedia (dapat diambil dari bunga deposito) untuk membeli logam mulia. Investasi seperti emas relatif stabil atau meningkat hasilnya. Milenial bisa memilih dalam bentuk batangan atau koin emas.

Apabila milenial bersedia menyisihkan gaji sebesar Rp.100 ribu saja per bulan, maka jumlah uang yang diinvestasikan pasti bertambah. Jika tidak, maka keinginan untuk menyejahterakan finansial hanya akan sebatas mimpi.

Sudah memiliki rencana keuangan, saatnya milenial mengenal produk keuangan atau instrumen investasi

Seperti membeli kendaraan, tentu perlu mencari tahu dahulu, kendaraan jenis apa yang sesuai kebutuhan dan kemampuan. Begitu pula dengan instrumen investasi yang akan menjadi kendaraan mencapai tujuan keuangan.

Mengenali dan mengetahui setiap jenis produk keuangan/investasi seperti yang Budi lakukan, sangat menentukan keberhasilan milenial dalam berinvestasi. Perhatikanlah masing-masing fungsinya dan pilihlah mana yang terbaik sesuai kebutuhan milenial dan profil risiko investasi.

Pengalaman dalam berinvestasi nantinya akan menentukan profil risiko. Manfaatnya membuat kita mengerti mengenai keuntungan serta risiko yang menyertai tiap jenis produk.

Ada banyak produk atau intrumen investasi yang ditawarkan oleh perbankan maupun Lembaga nonbank, tetapi tidak semua produk cocok bagi milenial. Saat memilih sebuah produk, kita menggunakan acuan perencanaan keuangan yang sudah kita buat. Apa yang menjadi prioritas? Apa tujuan investasi jangka pendek, menengah atau jangka panjang? Lalu apa keuntungan dari masing-masing produk tersebut bagi keuangan milenial?

Pertimbangan kedua adalah memilih lembaga perbankan yang memiliki reputasi bagus. Tidak ada salahnya membandingkan beberapa bank dengan pertimbangan beberapa faktor berikut seperti;

  • Tingkat suku bunga yang ditawarkan.
  • Tingkat keamanan.
  • Kemudahan transaksi, baik di bank maupun ATM.
  • Biaya administrasi yang dikenakan, hingga
  • Reputasi bank secara nasional.

Bank yang sehat adalah yang mampu bertahan dari krisis. Banyak bankir mendirikan bank hanya untuk kepentingan sesaat dan tidak memperhatikan perlindungan dana nasabah. Seperti kasus yang terjadi baru-baru ini, dimana seorang nasabah milenial harus kehilangan uang yang berjumlah sekitar 20 milyar yang ia tabung selama lima tahun terakhir. Uang itu disimpan dalam dua rekening terpisah dengan rincian sekitar 15 milyar dan 5 milyar. Miris-nya lagi ternyata rekening koran yang diberikan selama ini kepada nasabah ternyata palsu. Diduga tersangka merupakan kepala cabang dari bank tempat ia menabung.  

Menyadari menjadi korban kejahatan perbankan, sang nasabah akhirnya melapor ke Bareskrim Mabes Polri. Berdasar penyelidikan polisi terungkap jika sang kepala cabang telah melakukan penggelapan dana nasabah.

Jadi berhati-hatilah milenial terhadap bank swasta yang pamornya kurang meyakinkan. Pertimbangkanlah faktor-faktor yang disebutkan di atas.

Saran buat Generasi Milenial

  1. Sebelum membeli sesuatu, coba pikirkan manfaat dari barang yang dibeli. Lalu, bandingkan dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Cara ini akan membantu milenial untuk terlepas dari jeratan gaya hidup konsumtif yang berdampak negatif bagi kondisi finansial.
  2. Kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan finansial sebaiknya harus dihindari atau dikurangi. Kemudian digantikan dengan aktivitas investasi yang memberikan banyak keuntungan,  baik investasi online maupun offline.
  3. Jika ingin kaya raya, generasi milenial harus memulai investasi sejak usia dini untuk memperoleh hasil maksimal di usia 40-an atau 50-an nanti.
  4. Pahami pentingnya merencanakan investasi sejak dini karena penting untuk menjamin kehidupan di hari tua. Itulah sebabnya kenapa berinvestasi sejak muda perlu dilakukan agar kondisi finansial semakin membaik dan menjamin masa depan yang mapan.
  5. Mengingat risiko saat investasi cukup besar, milenial perlu mempelajari strategi investasi yang baik (keuntungan dan kerugian dari produk investasi yang dipilih) untuk memperoleh dividen yang menguntungkan atau hasil maksimal.
  6. Memilih asuransi juga perlu memperhitungkan kemampuan membayar. Jangan sampai memaksakan diri. Pilih jangka waktu pembayaran dan besar angsuran yang sesuai dengan kemampuan keuangan dan pelajari risikonya jika ingin mengambil asuransi plus investasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun