Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangkit Dari Kegagalan, Energi Baik Untuk Kehidupanku

15 Agustus 2018   20:16 Diperbarui: 15 Agustus 2018   21:35 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: jakarta.tribunnews.com

Sedangkan Kroasia mampu menembus Final Piala Dunia 2018 setelah berhasil mengalahkan salah satu tim kuat di piala dunia 2018, Inggris. Bahkan di babak sebelumnya timnas Kroasia ini telah mengalahkan timnas tuan rumah Rusia melalui adu penalti.

Yang jadi perhatian saya dalam kiprah timnas Jepang dan Kroasia adalah semangat dan energi mereka yang besar. Sepanjang pertandingan, mereka seperti tidak pernah kehabisan energi. Ternyata faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah tempaan oleh sang pelatih. Seperti sang pelatih timnas Jepang. Pada awal masa melatih, sang pelatih tahu bahwa negara Asia kalah dengan orang Eropa, Afrika, dan Amerika Latin, baik dari segi postur tubuh maupun ketahanan di lapangan. Karena itu sang pelatih amat menekannkan faktor fisik yang prima, disiplin yang kuat, agresitivaitas, mentalitas, semangat dan energi juang yang besar serta konsisten kepada anak asuhannya. Menurutnya, hanya itulah satu-satunya cara untuk menyejajarkan diri dengan pemain-pemain Eropa, Afrika dan Amerika Latin.

Dukungan penuh dari para suporter mungkin menjadi nilai plus/bonus bagi kedua timnas. Namun cara-cara tempaan sang pelatih yang dilakukan pada pemain, menjadi kekuatan pembeda sehingga Jepang dan Kroasia lebih baik dari tim lain, hingga berhasil masuk Final seperti Kroasia. Meski secara teknik main bola masih kalah, tapi energi dan konsistensi mereka yang tak pernah habis menjadi pembeda.

Peristiwa di atas membuat saya lebih yakin, jika di atas baik itu masih ada yang lebih baik. Maka terus dan pacu untuk berikan yang terbaik dalam hidup. Jadikan segala sesuatu lebih dan lebih baik lagi. Dan jika kita memang sudah merasa memberikan yang terbaik dari apa yang kita bisa, nggak perlu harus khawatir dan takut gagal, Insya Allah hasil yang terbaik dan jalan menuju sukses pun pasti akan terbuka dan kita dapatkan.

  • Intinya: "Kegagalan harus mampu untuk mendorong/memotivasi kita agar dapat berbuat lebih dan lebih baik lagi"

Walau Gagal Tetap Bergembira

Ketika saya menghadapi masalah ataupun gagal,  maka yang akan saya lakukan adalah  melupakannya sejenak, lalu bergembira, baru kemudian memikirkan untuk mecari solusinya.

Bergembira, bersenang-senang  dan melakukan sesuatu dengan senang hati adalah sebuah energi yang menyegarkan dan penyeimbang dalam hidup, sekaligus membuat hidup menjadi lebih berwarna. Dan tentunya ini bukan tanpa arah tujuan seperti halnya para pencadu alkohol dan narkoba yang mencari kesenangan tiada batas. Tapi bersenang-senang itu menjadi penyeimbang hidup dan mencari hidup lebih baik lagi.

Buat saya hidup yang nyaman itu adalah hidup yang seimbang, penuh energi dan intropeksi. Dan ketika saya menua kelak, saya akan tetap melakukan hal-hal yang positif seperti yang selama ini saya lakukan.

Lupakan Kegagalan, Kejar Kebahagiaan

Banyak orang ingin bahagia, tapi tidak tahu bagaimana cara mengejarnya dengan tepat.

Untuk mengejar kebahagiaan, saya pikir harus dilakukan dengan perjuangan membahagiakan orang lain terlebih dahulu. Dimulai dengan upaya sekuat tenaga membuat diriku berguna bagi orang lain.

Saya yakin mencari kebahagian dengan memberikan dahulu kebahagiaan kepada orang lain akan selalu mendapatkan tempat teratas.

Sebagai seorang karyawan yang bekerja di perkantoran, menemukan kebahagian itu tidak sulit, yaitu dengan melayani dan memberikan kontribusi positif kepada pihak lain terlebih dahulu. Jadi itu dia kuncinya.

2 Kiat Melupakan Kegagalan dan Pendukung Kebahagiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun