Setiap tahun terutama dalam menghadapi hari-hari besar seperti menyambut bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Aceh rutin menggelar operasi pasar delapan kebutuhan pokok di Banda Aceh dan Meulaboh, yakni di Kantor Bulog Aceh dan Kantor Bulog Sub Divre Meulaboh Aceh Barat.Â
Kegiatan ini diberi nama Gerakan Stabilitas Pangan yang diresmikan langsung oleh Kepala Perum Bulog Divre  dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh.
Kepala Bulog Sub Divisi Regional Meulaboh juga mengatakan, operasi pasar dilakukan apabila harga beras sudah melebihi dari ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
Sudah dapat dipastikan, dalam gerakan ini, tidak ada campur tangannya mafia, sehingga harga bahan pokok khususnya beras dapat dijual di bawah harga pasar yang berlangsung sepanjang masyarakat membutuhkan sebelum dan selama hari-hari besar.
3. Inovasi dan kemasan yang menarik (Beras Sachet)
Jika melihat potensi pertanian yang cukup luas, Indonesia tidak bakal menimpor beras atau hasil sub sektor pertanian lainnya. Namun dalam realitanya, Indonesia hingga saat ini masih impor beras yang jumlahnya sangat signifikan.
Bila Pemerintah dapat mengelola sektor pertanian dengan sungguh-sungguh dan baik, maka Indonesia tidak bakal mendatangkan beras dari luar negeri.
Sebenarnya bila kita ingin membandingkan hasil pertanian Indonesia dengan negara luar seperti Thailand, kualitasnya hampir sama. Hanya kelebihannya negara luar mengoptimalkan pemasaran dan membuat kemasan menarik, sehingga bisa beredar di setiap pasar.
Hal tersebut, sepertinya belum dimiliki oleh petani di Indonesia, sehingga untuk proses pemasarannya dan membuat kemasan yang menarik menjadi terkendala.
Namun baru-baru ini dalam beberapa surat kabar yang saya baca, diketahui jika  di Tahun 2018 ini Perum Bulog akan menyediakan beras dalam kemasan kecil atau sachet-an, yakni kemasan 200 gram atau 250 gram dengan harga hanya Rp. 2000-Rp. 2.500/sachet.