Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berpetualang di Jakarta, Makin Asik dan Dinamis Berkat Geliga Krim

9 Januari 2018   22:12 Diperbarui: 9 Januari 2018   22:48 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hangatnya cepat meresap, nyaman di kaki, travelpun jadi lancar (dok pri).

"Ngapain aja sih kamu ke Jakarta?" begitu kata temanku saat aku pulang travel dari Jakarta.

"Ya traveling dong," balasku.

"Kenapa Jakarta?" Tanya temanku lagi

"Wow lengkap!" Begitu jawaban yang bisa saya sematkan kepada temanku itu, untuk ibu kota seperti Jakarta. Betapa tidak, banyak sekali tempat yang dapat dijadikan lokasi travel saat berada di Jakarta.

Saking banyaknya destinasi wisata di Kota Jakarta, saya sempat bingung bagaimana memaksimalkan perjalanan singkat saya di Jakarta dengan waktu 3 hari penuh saja. Rasanya tidaklah cukup dengan waktu segitu untuk sebuah kota dengan ragam pilihan wisata menarik seperti Jakarta.

Akhirnya saya berinisiatif untuk bertravel di tempat-tempat yang menjadi ciri khas/landmark Jakarta saja. Saya pikir tempat-tempat landmark ini jaraknya cukup berdekatan antara yang satu dengan yang lainnya, jadi tidak banyak waktu terbuang diperjalanan, apalagi saya berjalan kaki sendiri.

Teman saya sempat kaget, saat dia tahu kalau saya bersolo traveling sambil jalan kaki saat tiba di destinasi.

"Apa nggak capek dan pegal kakinya?" Tanya temanku saat itu

"Bersolo traveling sambil jalan kaki lebih asik walaupun capek, kita lebih bebas tanpa terikat dengan siapa pun, cepat, enjoy dan nggak perlu takut pegal juga karena saya punya pelumas yang siap saya bawa selalu saat travel, Geliga Krim namanya." Ungkap saya.

Teman saya seakan tidak percaya apa yang saya katakan, dia pun ingin membuktikan untuk  mencoba memakai Geliga Krim saat ia traveling. Lalu gimana jawabannya? Et's tunggu dulu, ceritaku belum selesai!

Sebelum berpetualang Jakarta, tak lupa oleskan Geliga Krim di bagian kaki dan anggota tubuh lainnya yang membutuhkan (dok pri).
Sebelum berpetualang Jakarta, tak lupa oleskan Geliga Krim di bagian kaki dan anggota tubuh lainnya yang membutuhkan (dok pri).
Hangatnya cepat meresap, nyaman di kaki, travelpun jadi lancar (dok pri).
Hangatnya cepat meresap, nyaman di kaki, travelpun jadi lancar (dok pri).
***

Hari Pertama (28 Juni 2017)

 Monas

Monumen Nasional (Monas) di tengah kota Jakarta mengawali kekaguman saya ketika traveling hari pertama di ibu kota ini. Monumen ini berdiri tepat di tengah-tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Di sekelilingnya ada taman yang mungkin luasnya berpuluh-puluh hektare. Saya sungguh asik berjalan-jalan di taman luas ini, apalagi ada dua buah kolam air mancur dan patung Diponegoro yang mengesankan mata. Oya di taman ini juga ada beberapa lapangan terbuka yang sepertinya cocok banget untuk olahraga.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Tidak cukup puas hanya berada di luar, saya pun masuk ke dalam yang ternyata ada beberapa ruang. Ada ruang kemerdekaan di mana saya dan pengunjung lainnya bisa mendengarkan rekaman suara presiden Soekarno saat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Keren banget kan! Terus ada pula ruangan museum yang memperlihatkan berbagai koleksi replika perjuangan sejarah nasional.

Salah satu koleksi replika perjuangan sejarah nasional Foto dok pri.
Salah satu koleksi replika perjuangan sejarah nasional Foto dok pri.
Kemudian saya naik ke pelataran cawan dan juga puncak dekat dengan  api kemerdekaan. Keren banget! Dari sini saya melihat pemandangan dan situasi kota Jakarta yang luas, cantik dan megah.

Menikmati pemandangan dan situasi kota Jakarta yang luas, cantik dan megah (foto dok pri).
Menikmati pemandangan dan situasi kota Jakarta yang luas, cantik dan megah (foto dok pri).
Kala malam, diketahui jika Monas semakin memesona dengan warna-warni lampu yang menghiasi.

Mesjid Istiqal

Puas di Monas, saya pun pergi ke Mesjid bersejarah Istiqal sambil shalat dzuhur. Wow masjid ini besar dan mengagumkan! Kata orang-orang bisa menampung hingga 200 ribu jamaah. Di masjid ini juga terdapat kantor Majelis Ulama Indonesia.

Mampir di Mesjid Istiqal (Foto dok pri).
Mampir di Mesjid Istiqal (Foto dok pri).
Ademnya bisa shalat dzuhur di Mesjid bersejarah Istiqal (dok pri).
Ademnya bisa shalat dzuhur di Mesjid bersejarah Istiqal (dok pri).
Selesai shalat dzuhur, badan terasa gerah, kaki saya pun terasa pegal karena berkeliling Monas. Saya pun berganti baju, mengoleskan Geliga Krim pada bagian kaki dan punggung dan makan siang di salah satu kantin yang ada di seputaran masjid Istiqal. Soto Tangkar Betawi bersama dengan nasi putih yang ditaburi bawang goreng jadi pilihan santap siangku saat itu.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Setelah puas makan siang, kaki saya yang kembali enak melangkah untuk menegok beberapa gedung penting yang berada di sekeliling Monas seperti Istana Merdeka, Gedung Balai Kota,  dan Gedung DPRD.

Saya cukup lama memandang Istana Merdeka yang terletak di Jalan Medan Merdeka ini, entah kenapa? Mungkin karena disinilah menjadi kediaman resmi seluruh Presiden RI dan menjadi saksi bisu penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh pemerintah Belanda waktu itu.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Dari Istana Merdeka, saya beranjak ke Gedung Balai Kota yang terletak di Jalan Medan Merdeka bagian selatan. Saya pingin lihat seperti apa sih gedung yang menjadi pusat pemerintahan DKI Jakarta dengan segala pelayanan dan organisasi kemasyarakatan-nya ini!

Setelah itu saya juga tidak melewatkan untuk melihat gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta yang memang tak jauh dari gedung balai kota, tepatnya di Jalan Kebon Sirih.

"Di gedung inilah para wakil rakyat Jakarta bersidang, merumuskan peraturan dan kebijakan pemerintah daerah DKI Jakarta." Ujarku dalam hati saat itu.

Taman Impian Jaya Ancol (TIJA)

Dari Jakarta Pusat dengan menggunakan Bajai, saya menuju pesisir utara Jakarta. Tujuan saya tak lain adalah TIJA. 

Sungguh seru bisa bertraveling di TIJA. Di dalamnya banyak area wisata, seperti tempat rekreasi pantai, taman-taman, wahana hiburan, hotel, resor dan lain-lain. Yang menjadi favorit saya ataupun mungkin pengunjung lainnya adalah Dunia Fantasi atau Dufan. Di sini saya bisa menikmati wahana permainan berteknologi tinggi yang keren abis, seperti Kincir Bianglala, Ayunan Kora-Kora dan banyak lagi.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Saya juga tak ingin melewatkan untuk datang ke Atlantis Water Adventure (AWA), sebuah wahana air yang luas banget, Gelanggang Samudera melihat aneka satwa yang menggemaskan dan Sea Word.

Pasar Tanah Abang (Wisata Belanja)

Selesai dari TIJA, waktu sudah menunjukkan pukul 16.10 WIB.  Belum puas rasanya jika belum berbelanja oleh-oleh untuk di bawa pulang. Di TIJA ada sih tempat belanja, cuma kurang menarik dan lengkap saja.

Saya tahu program "Enjoy Jakarta" sedang digalakkan untuk menjadikan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja. Pusat perbelanjaan di Jakarta sangat banyak, namun saya memilih untuk ke Pasar Tanah Abang  setelah puas berkeliling Ancol.

ke Pasar Tanah Abang setelah puas berkeliling Ancol. (dok pri).
ke Pasar Tanah Abang setelah puas berkeliling Ancol. (dok pri).
Saat di Pasar Tanah Abang, saya sungguh merasa senang dan puas sekali, karena barang-barangnya begitu beragam dan menarik yang ditawarkan dengan harga miring pula, terus juga banyak diskon. Saya pikir pantas saja banyak pembeli dari berbagai daerah dan luar negeri datang ke pasar terbesar dan tertua di Jakarta ini.

Hari Kedua (29 Juni 2017)

Hari kedua, pakai Angkot atau Mikrolet saya menuju Jakarta Timur. Di dalam Mikrolet saya mengoleskan Geliga Krim di bagian tumit, kaki dan pinggang, agar nantinya kaki dan badan saya nggak gampak pegal dan nyeri saat bekeliling Taman Mini

Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Sungguh mengasyikan bisa traveling di kawasan TMMI, nggak jauh beda rasanya saat di TIJA. Betapa tidak, di dalamnya juga ada beragam bangunan, mulai sarana rekreasi dan hiburan seperti Teater IMAX Keong Mas dan Istana Anak, bangunan keagamaan seperti Kelenteng Kong Mio. Kemudian ada Museum Purna Bhakti Pertiwi yang eksotis hingga berbagai anjungan daerah yang menarik mata karena menampilkan kebudayaan Indonesia seperti busana daerah, tarian, adat dan kebiasaan daerah masing-masing.

Sudah tiba di depan pintu masuk TMII (foto dok pri).
Sudah tiba di depan pintu masuk TMII (foto dok pri).
presentation7-5a54d478bde5751df85d1452.jpg
presentation7-5a54d478bde5751df85d1452.jpg
Foto dok pri.
Foto dok pri.
Foto dok pri.
Foto dok pri.
Istana Anak Indonesia (foto dok pri).
Istana Anak Indonesia (foto dok pri).
Anjungan rumah daerah Aceh (dok pri).
Anjungan rumah daerah Aceh (dok pri).
Anjungan rumah daerah Sumbar (dok pri).
Anjungan rumah daerah Sumbar (dok pri).
Anjungan rumah daerah Sulsel (dok pri).
Anjungan rumah daerah Sulsel (dok pri).
Makin takjub karena di tengah TMII ada danau yang di dalamnya ada miniatur kepulauan Indonesia. Saya nggak khawatir kaki ku pegal-pegal karena harus berjalan kaki mengelilingi TMIII sampai sore hari, karena sebelumnya  sudah mengoleskan Geliga Krim pada kaki dan punggungku.

Makin takjub karena di tengah TMII ada danau yang di dalamnya ada miniatur kepulauan Indonesia, (dok pri).
Makin takjub karena di tengah TMII ada danau yang di dalamnya ada miniatur kepulauan Indonesia, (dok pri).
Foto dok pri.
Foto dok pri.
Melepas rasa lelah berkeliling di TMII, perut saya pun lapar. Mampir dan bersantai di kafe atau restoran yang ada di TMII adalah solusinya. Berbagai kuliner dari berbagai daerah di Indonesia ada di daftar menu-nya. Meski begitu saya tertarik  untuk mencoba gado-gado Jakarta. Entah kenapa, sayur-sayuran yang dibumbui saus kacang ini mendapat tempat tersendiri di hati dan terasa lain di lidah yang gemar kuliner seperti saya. Rupanya bukan saya saja yang suka gado-gado Jakarta, penduduk asli maupun pendatang banyak yang menyukai kuliner ini.

Hari Ke Tiga (30 Juni 2017)


Kota Tua (wisata sejarah)

Hari ketiga dengan menggunakan Ojek saya menuju Kota Tua yang berada di Barat Jakarta. Saya memilih lokasi ini karena penasaran dengan sebuah kota yang dibangun bangsa Belanda pada Tahun 1621 yang dinamakan Batavia. Saya pun berkeliling Kota Tua setelah tak lupa mengoleskan Geliga Krim pada kaki, tumit dan pundak.

Pakai Ojek ke Kota Tua (Foto dok pri).
Pakai Ojek ke Kota Tua (Foto dok pri).
Saya Pede aja walau memakai baju yang sama saat pergi ke Monas, berhubung saya nggak bawa banyak baju, untuk menghemat ruang koper yang nanti akan diisi oleh barang-barang belanjaan, he,he,he! Saya makin Pede dan asik ketika rasa terkesima langsung membuncah dalam diri ketika saya berada di tengah kota tua, ada sebuah balai kota yang dikelilingi gedung-gedung lain. Katanya dulu balai kota ini adalah pusat pemerintahan VOC dan Hindia Belanda saat menjajah Indonesia. Dan sekarang, gedung balai kota ini ternyata sudah dijadikan sebagai Museum Fatahillah yang begitu Nampak eksotis dan bersejarah.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Saya saat masuk di dalam museum ada banyak ruang, seperti ruang prasejarah Jakarta, ruang Tarumanegara, ruang Fatahillah, ruang Jayakarta, ruang MH Thamrin, ruang Sultan Agung dan ada juga ruang penjara bawah tanah yang bikin deg-deg kan.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Seharian penuh saya berada di Kota Tua. Puas rasanya dapat melihat secara langsung koleksi benda-benda bersejarah Jakarta di ruang-ruang yang saya sebutkan. Jumlahnya sangat banyak, ada furnitur antik, keramik, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, lukisan Gubernur VOC dan Hindia Belanda, meriam dan sebagainya. Wow, nuansa sejarahnya terasa banget saat berada di museum ini.

***

Saya amat beruntung membawa Geliga Krim saat berpetualang di ibu kota Jakarta. Saya merasa makin Asik dan Dinamis untuk melangkah menikmati  destinasi yang menjadi Landmarknya Jakarta. Tak perlu khawatir dan terganggu dengan kaki pegal dan nyeri punggung.

Foto dok pri.
Foto dok pri.
Sekarang saya sudah mendapat jawaban dari teman saya yang juga hobi traveling ini, jawabannya serupa tapi tak sama.

"Gimana solo travelingnya baru-baru ini pakai Geliga Krim," tanyaku 

"Dulu, setiap saya traveling, urat kaki saya terasa sakit, tapi sekarang saya sudah bisa traveling dengan enjoy, nggak khawatir lagi kaki jadi pegal-pegal dan kram," jawab temanku dengan mantap. Lanjutnya, "krim ini begitu mudah meresap dan efeknya cepat terasa dan ukurannya juga pas di bawa ke mana kaki melangkah."

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun