Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Berlalu dengan Indah Ketika Macet

12 November 2017   18:40 Diperbarui: 12 November 2017   19:29 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.experienceonstar.com

***

Di usia kota Jakarta yang sudah ke- 490, sudah seharusnya Jakarta terus berbenah, terkhusus dalam tata ruang kotanya. Apa yang dilakukan di Jepang sudah sepatutnya diterapkan di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Karena kemacetan berpengaruh pada produktivitas dan kualitas aktivitas masyarakat. Jadi tidak boleh dianggap sepele. Dibutuhkan perhatian serius dan konsistensi terutama dari pemerintah kota dalam menciptakan kota yang rapi, tertata dan bebas macet. Tidak bisa hanya sekedar himbauan dan kebijakan, tapi butuh pelaksanaan yang terawasi.

Sambil menungu Jakarta belajar dari Jepang serta terus berbenah mengatasi kemacetan, apa yang bisa kita lakukan sekarang saat menghadapi macet? Apakah hanya duduk diam menunggu kemacetan selesai? Duh menyedihkan banget deh rasanya. Belajar dari pengalaman saat kami tercebak macet di jalanan ibu kota.

Waktu itu Sabtu (23/09/17) sore, sekitar pukul 17.00 WIB, namun cuaca kota Jakarta masih cukup panas. Menumpangi mobil sedan Camry, saya tak sendiri, ditemani 2 orang teman, satu laki-laki bernama Andi dan satunya lagi perempuan bernama Tuti. Arus lalu lintas di sekitar Jalan HR. Rasuna Said dan Casablanca saat itu sangat padat dan sulit untuk menemukan situasi arus lalu lintas yang lancar. Suara klakson terdengar cukup bising. Keadaan ini membuat saya frustasi, apalagi tentunya juga menyita waktu.

Di tengah kemacetan  yang menggila, tiba-tiba kami melihat ada beberapa mobil pada rebutan jalur dengan mobil lain. Duh, ingin teriak dan marah-marah deh rasanya. Temanku Andi yang bertugas mengemudi mobil sedari tadi tampak tenang-tenang saja. Dia tidak tampak frustasi sepertiku. Tahu aku frustasi, dia berusaha menenangkanku, menyuruhku tarik napas dan menghembuskan secara perlahan untuk beberapa kali. Emosiku yang ingin meluap perlahan menjadi sirna.

Temanku yang wanita sedang asik-asik-nya mendengar musik sambil membuka album foto, sepertinya dia tidak peduli dengan kekesalanku. Tapi tiba-tiba dia membuat humor untuk mengalihkan kekesalanku.

"Pikirkan sesuatu yang lucu saat pengemudi lain mengklakson keras-keras atau terlihat marah-marah," katanya.

Kemudian akupun melotot pada pengemudi yang mengklakson keras-keras ke arah kami.

Tak perlu balas melotot kepada pengemudi tersebut, anggap saja mereka ikan mas koki dalam akuarium yang memang selalu membuka tutup mulutnya tanpa suara, " timpal Andi.

"Ha,ha,ha! Kamu bisa saja," balasku sambil tertawa.

Andi menyuruhku menyetel tv dengan siaran yang menghibur. Akhirnya saya menonton tv, pengendara lain yang saling serobot terabaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun