Jakarta, hari ini bahkan seterusnya akan terus didatangi kaum urban atau kaum pendatang selama pembangunan masih diatur pemerintah pusat. Tidak sedikit dari kaum ini memboyong kendaraaan dari kampung. Otomatis volume kendaraan jadi bertambah. Kemudian lagi hilir mudik masyarakat di momen hari-hari tertentu pun semakin membuat Jakarta makin sesak. Kemacetan menjadi dampak nyatanya. Â Umumnya kemacetan parah terjadi di pusat-pusat perbelanjaan, aktivitas kampus dan perkantoran.
Penyebab kemacetan terutama di berbagai kota besar adalah peningkatan volume kendaraan yang tidak dibarengi dengan peningkatan jalan raya. Selain itu, tidak tertibnya masyarakat dalam menggunakan jalan, seperti berdagang di bahu jalan, parkir yang semrawut bahkan sampai ke badan jalan, juga menjadi penyebab utama kemacetan yang ada.
Lalu sulitkah mengatasi kemacetan di Ibu Kota? Â Volume kendaraan yang kian hari terus meningkat, membuat kemacetan semakin sulit saja teratasi. Namun kita bisa belajar dari Jepang. Jepang memiliki 5 strategi jitu dalam mengatasi kemacetan, apa sajakah itu!
1. Pembatasan tingkat emisi setiap kendaraan.
Di Jepang setiap kendaraan ditempeli stiker sertifikasi uji emisi yang dilengkapi dengan masa berlaku dan batas waktunya. Di Indonesia (Jakarta) hal ini sudah diterapkan, namun belum terlihat dampaknya.
2. Biaya parkir dan tol yang mahal.
3. Pengaturan pajak.
4. Sarana transportasi umum yang baik, nyaman, tepat waktu dan juga murah.
5. Konsep dan Layanan Ride Sharing (berbagi kendaraan/tumpangan).
Konsep dan layanan ini rupanya dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan atau budaya oleh masyarakat Jepang, yang akhirnya menjadi suatu regulasi. Menawarkan berbagai pilihan, mau berkendara bersama, pakai transportasi online, atau angkutan massal. Konsep ini ternyata mampu mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang berimbas pada kemacetan yang minim, menghemat waktu menjadi lebih efisien, hemat bahan bakar, dan membebaskan lahan parkir.
Di Indonesia (Jakarta) konsep dan layanan ini perlahan-lahan sudah mulai diterapkan, kita doakan saja semoga berhasil seperti di Jepang.