Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indari Mastuti, Srikandi Ibu-ibu Doyan Nulis dan Sekolah Perempuan

24 Oktober 2017   20:11 Diperbarui: 24 Oktober 2017   20:11 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel debutan pertamanya, Izinkan Aku Mencintai, terjual bak pisang goreng (www.ibu-ibudoyannulis.com).

Begitulah ibu Indari, beranjak Desember 2010 ia sudah mulai melahirkan satu persatu penulis.  Dan dalam sekejap IIDN melambung tinggi. Mereka yang berhasil otomatis dengan senang hati mempromoikan IIDN. Saat ini IIDN sudah  mencapai 13 ribu orang lebih yang tersebar di 20 tititk di Indonesia dan 10 titik di luar negeri.

Ibu-ibu Doyan Nulis, Wadah Kreativitas Kaum Hawa (www.ayogitabisa.com).
Ibu-ibu Doyan Nulis, Wadah Kreativitas Kaum Hawa (www.ayogitabisa.com).
Menurut Indari, melalui IIDN para anggota yang merupakan ibu rumah tangga dapat meningkatkan kualitas diri. Meskipun mereka berada di rumah, bukan berarrti tidak memiliki peluang untuk berkembang. Dengan  bermodalkan fasilitas internet yang kian canggih, ibu rumah tangga yang bergabung dapat bergerak melihat dunia tanpa perlu keluar rumah.

Mimpi 1 Juta Penulis dan Mendirikan Sekolah Perempuan

 Setelah berhasil melahirkan dan mengangkat penuli-penulis IIDN, Indari pun mulai berfikir untuk mendirikan sekolah perempuan. Jika di IIDN Indari menularkan ilmu menulis lewat online,  maka sebaliknya sekolah perempuan bersifat tatap muka.

Tepat tanggal 17 Agustus 2013 ia mendirikan Sekolah Perempuan. Pola pendidikan bukan pelatihan, tapi couching klinik.

Foto; indari.blogspot.co.id
Foto; indari.blogspot.co.id
"Di sekolah perempuan ini saya sudah menyiapkan materi-materi, mulai dari membuat ide,  melakukan riset wawancara, melakukan praktik, outline, hingga bagaimana menghitung royalty. Dalam 12 kali pertemuan, alhamdulillah efektif meluluskan calon penulis berkualitas untuk beradu dipasaran," jelas wanita berkaca mata ini.

Belum sampai berumur setahun, lanjut Indari, Sekolah Perempuan telah meluluskan sebanyak 2 angkatan. Angkatan ketiga masih berjalan. Rata-rata mereka cukup produktif menulis buku atau copy writer.

Sama halnya dengan IIDN, Sekolah Perempuan juga dibanjiri peminat. Mereka tidak saja berasal dari kota kembang Bandung, namun juga dari berbagai daerah dan Negara. Alhasil untuk mengobati rasa kecewa bagi mereka yang tidak dapat bertatap muka, Indari pun membuka kelas online.

"Kalau dari Jakarta banyak yang ke Bandung, selebihnya bisa belajar secara online. Untuk kelas online, dibuka mulai jam 2-5 sore. Dan untuk kelas offline atau tatap muka dimulai dari jam 8-11 siang. Peminatnya dari hari ke hari semakin banyak saja, mau tak mau saya harus membatasi karena mentornya hanya ada 5 orang," ungkap  Indari.

Bicara soal visi, ternyata  ia punya mimpi ingin melahirkan 1 juta penulis wanita Indonesia.

"Insya Allah semakin banyak orang mengenal IIDN dan Sekolah Perempuan, maka kelahiran para penulis baru juga semakin meningkat, bisa sampai 1 juta penulis" harap  wanita yang pernah terpilih sebagai Super Woman Indonesia dari Tagway Singapura awal tahun 2014 lalu.

Foto; www.sekolahperempuan.com
Foto; www.sekolahperempuan.com
Bicara royalty, beliau berpendapat bahwa menulis buku itu ada prosesnya, tidak bisa instan. Harus banyak belajar, membaca, berlatih dan mengasah kemampuan. Menulis  1 buku dalam waktu 6 buan hanya memperoleh Rp 1 juta. Mungkin tidak imbang, tapi kalau produktif bisa dihargai lebih dari itu. Ketika ingin membantu penghasilan suami, rata-rata seorang penulis yang ibu rumah tangga bisa punya penghasilan Rp 1,5 juta per bulan. Apalagi  jika sudah sangat produktif dan bagus, kadang ada yang dihargai sampai 10 juta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun