Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampung Bajo, Suku Pelaut Ulung Pengarung Lautan Nusantara

4 Maret 2017   21:36 Diperbarui: 9 September 2021   20:34 10830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perahu Soppe yang selalu digunakan suku Bajo Laut saat hidup di laut lepas. (Foto forum.viva.co.id)
Perahu Soppe yang selalu digunakan suku Bajo Laut saat hidup di laut lepas. (Foto forum.viva.co.id)
Lelaki Suku Bajo bersiap mengarungi lautan dengan Soppe-nya. (Foto: bajosulteng.blogspot.co.id)
Lelaki Suku Bajo bersiap mengarungi lautan dengan Soppe-nya. (Foto: bajosulteng.blogspot.co.id)
Seorang wanita tua suku bajo sedang melaut menggunakan Soppe. (paleyphoto.photoshelter.com.)
Seorang wanita tua suku bajo sedang melaut menggunakan Soppe. (paleyphoto.photoshelter.com.)
Cerita lainnya ternyata Suku Bajo Laut dikenal sebagai pelaut ulung atau istilahnya dalam tanda kutip "sang bajak laut". Mereka sudah terbiasa berkelana jauh selama berbulan-bulan, hidup di lautan lepas di perairan pulau-pulau secara bersama dalam kelompok kecil. Saat melaut mereka menggunakan cuaca, angin, arus laut dan posisi matahari serta bintang yang menjadi petunjuk kompas mereka.

Soal bahasa, selain menguasai bahasa daerah setempat, mereka juga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bugis Sulawesi Selatan. Di saat ada dua atau tiga warga Bajo berkumpul, mereka diwajibkan menggunakan bahasa Bajo, kecuali kalau berada di antara atau bersama warga penduduk setempat. Mereka menganggap semua orang sederajat dan tidak mengenal strata sosial dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam kehidupan sehari-hari-pun banyak ritual hidup yang dilakukan di laut oleh suku ini. Sesuai tradisi, setiap bayi Bajo yang lahir, harus dicelupkan ke laut. Tujuannya adalah untuk mengakrabkan mereka dengan laut yang dianggap sebagai saudara.

Kemudian semua penduduk Kampung Bajo Laut Hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa kewarganegaraan. Namun belakangan ini diketahui, jika kebiasaan hidup berpindah-pindah ini kemudian tergantikan dengan budaya bermukim menetap dengan membangun rumah permanen di atas laut dangkal. Mereka-pun mulai rajin mengumpulkan karang untuk membangun tiang rumah mereka sebagai ganti tiang kayu karena bahan bangunan kayu akan mudah lapuk jika terus terkena air asin laut.

***

Suku Bajo yang lahir dan hidup di atas laut, ataupun di atas pulau-pulau karang, membuat suku ini berbeda dengan suku-suku lain di Indonesia. Dari situ Suku Bajo mempuyai ketangguhan luar biasa mengarungi lautan, seperti yang digambarkan dalam lirik lagu nusantara di atas. Masyarakat Bajo kadang pun dianggap sebagai bajak laut yang perusak, padahal sebenarnya mereka memiliki kearifan lokal yang tinggi dalam mengelola ekosistem laut. Meski kini banyak yang tinggal di darat, ketergantungan terhadap laut belum hilang. Dan mereka amat senang menjalani profesi sebagai nelayan.

Rumah Bajo Laut, hidup bersebelahan dengan ombak dan ikan-ikan karang, bersentuhan dengan karang dan penghuni menaruh hidupnya di lautan lepas. (Foto: ANTARA Foto.com)
Rumah Bajo Laut, hidup bersebelahan dengan ombak dan ikan-ikan karang, bersentuhan dengan karang dan penghuni menaruh hidupnya di lautan lepas. (Foto: ANTARA Foto.com)
Somoga artikel saya ini dapat mengingatkan kembali, terutama generasi muda tentang berbagai macam suku bangsa dan adat-adat yang ada di Indonesia, tidak hanya tertarik dengan adat yang berasal dari luar negeri. Suku Bajo dengan segala keunikannya, membuktikan jika di Indonesia memiliki banyak sekali suku dan adat istiadat yang unik dan menarik untuk diketahui dan dipelajari. Bahkan pihak asing-pun tertarik untuk mempelajarinya.

(Salam akhir pekan Ikhwanul Farissa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun