Menurut sudut pandang ekonomi yang telah mengalahkan sudut pandang ekologi, pertambangan pasir laut dan timah telah memberikan kontribusi positif terhadap angka kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat, seperti yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, Serang-Banten dan Bangka Belitung.Â
Selain itu seperti yang telah dikatakan yakni memberi masukan yang besar bagi PAD di provinsi-provinsi tersebut. Besarnya keuntungan ekonomis yang didapat dari tambang pasir dan timah memancing minat lebih banyak orang untuk turut menikmati hasil serupa, tidak terkecuali anak-anak usia sekolah maupun kaum pendatang. Oleh karenanya, tak heran jika sebagian tempat kadang terlihat anak-anak usia sekolah yang turut serta menambang pasir dan timah di luar jadwal sekolah. Di samping itu kemakmuran yang diperoleh masyarakatnya juga mengundang kaum urban dari berbagai daerah lain di Indonesia.
Naik turun harga jual pasir laut dan timah sangat jelas dampaknya terhadap kesejahteraan keuangan warga masyarakat khususnya di provinsi-provinsi tersebut. Pada saat pasir laut dan timah sedang mengalami kenaikan harga di pasaran terlihat jelas jika perekonomian dan perputaran mata uang sangat cepat dan tinggi. Sebaliknya, di saat harga pasir laut dan timah turun atau melemah, daya beli masyarakat pun ikut menurun.
Namun demikian, meskipun harga timah sedang turun, tetapi penghasilan yang didapat dari menambang timah tetap mampu mencukupi kebutuhan. Kenyataanya, harga timah sendiri lebih sering tinggi hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tak sedikit. Hal ini tentu menimbulkan dampak yang lebih luas bagi perkembangan gaya hidup masyarakat. Dan pada akhirnya pertambangan timah menjadi mata pencaharian utama serta dianggap sebagai cara yang cepat dan relatif mudah dalam memperoleh uang dan meningkatkan kesejahteraan.
Kemudian besarnya deposit kandungan timah yang masih tersimpan di Bangka Belitung disertai dengan kebijakan pemerintah yang pro-rakyat dengan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk membuka usaha pertambangan maupun pengolahan timah serta biaya operasional yang relatif rendah dengan teknologi sederhana, menyebabkan lonjakan tajam jumlah pertambangan maupun pengolahan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Keadaan ini juga diperparah dengan kenyataan sulitnya mendapat pekerjaan yang layak, dan merosot-nya harga komoditi perkebunan yang sebelumnya menjadi andalan penghasilan bagi sebagian besar masyarakat. Sedangkan pada saat yang sama harga jual timah jauh lebih tinggi dengan kapasitas produksi yang besar pula.
Pertambangan Vs Pelestarian Lingkungan
Tingginya permintaan pasar akan bahan tambang yang didukung pula dengan kemajuan teknologi dan mekanisasi peralatan pertambangan telah mengakibatkan meningkatnya skala pertambangan. Dengan menganut sistem open mining (pertambangan terbuka dengan cara menggali lapisan bumi yang mengandung deposit bahan tambang) mengakibatkan semakin luas dan semakin dalamnya lahan yang digali untuk pertambangan tersebut. Secara langsung hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar dan penting bagi lingkungan. Dan pada akhirnya tentu akan berpengaruh pula terhadap kemampuan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan yang berlangsung sekitarnya.
Tak terkecuali pertambangan pasir laut yang banyak terjadi di wilayah Kepulauan Riau dan Banten. Lalu pertambangan timah yang banyak terdapat di wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Pertambangan pasir laut dan timah sudah dilakukan sejak dulu dan menimbulkan dampak yang telah dirasakan secara langsung oleh masyarakat hingga saat ini. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif tentu seperti yang telah diutarakan yakni pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun dampak negatif pengaruhnya akan lebih terasa terhadap lingkungan. Penggalian bahan tambang akan memberikan dampak negatif berupa kerusakan pada lingkungan.
Badan PBB yang mengurusi lingkungan hidup yakni UNEP (United Nations Environment Programme) menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan yakni masalah perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan, perubahan lanskap, kehilangan penggunaan lahan, stabilisasi site dan rehabilitasi, limbah tambang, kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing, peralatan yang tidak digunakan, permasalahan emisi udara, debu dan konsumsi energi, perubahan iklim, air tanah dan kontaminasi.
Tidak berbeda dengan jenis pertambangan yang lain, bukankah penambangan pasir laut dan timah akan berdampak buruk pada pengelolaan wilayah, baik pesisir, laut dan darat ? Kita harus mengakui hal ini. Karena kegiatan penambangan pasir laut dan timah jika tidak dilakukan di kawasan atau daerah yang tepat dan dengan dengan cara yang tepat akan berdampak pada lingkungan, baik fisik, biologi, maupun sosial.
Penambangan pasir laut open mining yang sebagian besar dilakukan di daerah dekat pantai, akan mengganggu stabilitas pantai yang selama ini sebagai penyebab tenggelamnya sebuah pulau. Lebih dari itu, penggalian pasir laut juga dapat berakibat pada perubahan kedalaman laut, perubahan pola arus dan gelombang laut, baik arus yang diakibatkan oleh pasang surut maupun gelombang. Perubahan ini akan memicu seringnya terjadi erosi pantai.
 Dampak lainnya, lereng pantai akan menjadi lebih terjal sehingga menimbulkan ketidakstabilan lereng pantai. Tentu yang akan terkena dampak adalah masyarakat, terutama penduduk yang bermukim di kawasan pesisir, misal para nelayan. Lalu abrasi besar-besaran yang terjadi pada garis pantai juga tentu memiliki kaitan yang erat dengan maraknya kegiatan pertambangan pasir dan timah yang saat ini banyak terjadi.