“Dari jualan balon, rata-rata penghasilan kami Rp. 50.000/hari.”
“Anak-anak gimana sekarang bu?”
“Anak saya yang sulung sekarang telah berusia 32 tahun dan alhamdulillah telah mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri. Sedangkan yang bungsu, kini telah berusia 15 tahun dan duduk di bangku SMA,” kata Aisyah tersirat kebanggaan dalam ucapannya.
Ibu Aisyah pun merasa senang dan bersyukur memiliki anak-anak yang rajin sekolah, rajin belajar, sehingga nilai-nilainya pun bagus.
“Mereka sangat bersemangat mengejar cita-cita,” ujar Aisyah lagi sambil tersenyum.
Selain menyekolahkan anak-anaknya, Aisyah juga menyuruh anak-anaknya mengaji. Menurutnya, ilmu dunia juga harus dibarengi dengan ilmu akhirat. Karena lagi pula dirinya juga sempat pernah menimba ilmu di tempat pengajian, sehingga sedikit banyaknya ia mengertu masalah agama.
Aisyah juga mengatakan bahwa di kampungnya masih banyak perempuan yang bernasib sama seperti dirinya. Bahkan sebagian di antara mereka hanya berpangkutangan tanpa melakukan apapun. Soal pendidikan, malah ada juga yang buta aksara karena tidak sampai menamatkan sekolah dasar.
Aisyah berharap agar mereka diberi dorongan dan dapat sekolah setinggi mungkin agar anak-anak yang dititipkan Tuhan kepada kita nantinya, terlindungi masa depan-nya dan kita pun tidak ada penyesalan di kemudian hari.
“Masa depan anak sangatlah berharga, siapkan dari sekarang bagaimanapun kondisi kita. Jangan sampai kita tidak mempersiapkannya dari sekarang, tapi malah merusak kehidupannya kini dan nanti. Dan penyesalan selalu timbul belakangan,” ujar Aisyah seraya mengingatkan dan memberi pesan.
***
Aisyah adalah seorang penjual Koran, namun ia tak menyerah dalam menjalani kehidupan bersama anak-anak-nya. Kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukung, membuat ibu Aisyah harus mengenyam pendidikan hingga sebatas tamat sekolah dasar saja.