Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Cerita Saya tentang Unlimited Dream

25 Mei 2016   17:31 Diperbarui: 25 Mei 2016   18:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cukup sukses dalam membangun dan memperluas bimbingan belajar bukan karena hasil usahaku sendiri, tapi juga berkat bantuan keluarga, adik dan saudara-saudara yang selalu memotivasi di saat  kondisi yang tidak memungkinkan. Saya merasa bukan apa-apa jika mereka tidak ada, dan kedua orang tuaku akhirnya yakin dengan usaha yang sedang aku jalani. Ayah dan ibu awalnya tidak suka kalau saya bergelut di bidang kewirausahaan, karena alasannya saya belum menyelesaikan pendidikanku. Ayah bilang “menjadi wirausaha tidak senyaman menjadi pegawai negeri, jadi selesaikan kuliahmu dulu”. Pembuktian untuk meyakinkan kedua orangtuaku membuat hubungan komunikasi saya dan ayah sempat terputus karena saya tetap ngotot untuk melanjutkan usaha bimbingan belajar yang telah berjalan.

Namun Ayah berubah membaik dan percaya penuh terhadapku setelah saya di wisuda November 2011. Ayah tidak percaya saya dapat selesai tepat waktu. Karena dugaannya, mahasiswa yang sibuk bekerja pasti kuliahnya keteteran. Saya memustuskan untuk dapat membuat kejutan besar, sekaligus membuktikan jika tidak ada yang salah dengan aktif bekerja selama masih kuliah.

Impian Pergi Berhaji

Selesai di wisuda saya pun segera memulai untuk mewujudkan impian-impian ku yang lain yakni pergi berhaji bersama orang-orang yang saya cintai. Ijazah sudah ada ditangan, saya pun begitu bersemagat mencari pekerjaan demi impian-impianku. Hingga pada akhirnya setelah melewati serangkaian tes saya pun diterima bekerja salah satu instansi pemerintahan negeri.

Saya sadar untuk dapat menunaikan ibadah haji bersama tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, meski penghasilannya belum seberapa, saya mulai menabung sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impianku. Walaupun entah sampai berapa lama mimpi saya itu baru dapat terwujud, namun impian itu tetap menyala dalam jiwa saya.

Suatu hari saya bertemu dengan seorang teman lama. Sambil makan siang bersama, kamipun bertukar cerita. Ternyata sang teman kini sudah memiliki karier yang bagus sejak ia bekerja menjadi sales force di  sebuah perusahaan multi level marketing terkemuka. Bahkan penghasilan temannya yang tak terbataspun sungguh membuat saya terpana.

Cerita temanku memotivasi saya dan seolah memberi jalan bagiku untuk mewujudkan impian terpendamku

“Kalau begitu, impianku pergi haji bersama keluarga Insya Allah dapat lebih cepat terlaksana,” tekadku dalam hati.

Layaknya persahabatan yang saling menginspirasi dan saling membantu, sang teman langsung mengajak saya untuk bergabung dengan perusahaan tersebut. Tetapi, tiba-tiba terlindas keraguan dalam diri saya, “Bagaimana caraku membagi waktu dengan pekerjaan di kantor? Mendengar keluhanku, temanku tersenyum dan meyakinkanku, “jangan khawatir, dulu aku juga berpikir begitu, tapi ternyata jam kerjanya sangat fleksibel.”

Cerita sang teman bagai cambuk yang menguatkanku, saya pun segera memutuskan untuk bergabung.

Betul saja, berkat keyakinan dan tekad yang kuat, saya berhasil mendapatkan penghasilan tak terbatas dalam waktu yang cukup singkat. Waktu kerjanya pun sangat fleksibel, sehingga tidak mengganggu jam kantor. Belum lagi saya mendapatkan banyak teman baru, termasuk para sales forcenya yang lebih dulu bergabung yang banyak memberiku inspirasi dan ilmu. Tepenting lagi, pundi-pundi tabungan saya semakin bertambah, artinya impianku untuk menunaikan ibadah haji bersama keluarga dapat segera terwujud.

Saat yang ditunggu tiba, saya pun segera membuka rekening haji dan berhubung jumlah tabungan sudah mencukupi, saya dapat mendaftarkan ke Kementerian Agama untuk mendapatkan Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH) dan nomor porsi untuk keberangkatan haji. Dan sekarang tinggal menunggu kuota antrian  6 tahun lagi. Saya memberitahukan  kejutan ini pada orang tua. Rasa haru, bangga dan bahagia pun melingkupi keluarga saya. Tak henti saya mengucap syukur telah bergabung dengan perusahaan marketing terkemuka tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun