f. Ketersediaan bahan pangan
2. Kebutuhan yang meningkat
  a. Penyakit jantung bawaan
  b. Alergi susu sapi
  c. Berat badan  bayi saat lahir rendah
  d. Kelainan metabolisme bawaan
  e. Infeksi kronik
      Secara global menurut WHO pada tahun 2022 terdapat 148 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting. Sedangkan di Indonesia menurut (SSGI) Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, sebanyak 21,6% anak di Indonesia mengalami stunting. 1000 hari pertama kehidupan dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun merupakan fase ini adalah fase penting untuk perkembagan tubuh, otak, metabolisme dan sistem kekebalan tubuh. Kemampuan seorang anak untuk bertumbuh, belajar, dan  berkembang dipengaruhi oleh seberapa baik gizi dan kesehatan anak selama periode ini.  Hal ini di karenakan perkembangan otak sangat signifikan selama periode ini otak anak- anak  dapat menciptakan 1000 sambungan saraf baru setiap detik selama fase ini. Koneksi ini akan menjadi landasan masa depan anak, karna otak mereka 2 kali lebih sibuk di bandingkan otak orang dewasa.
      Stunting yang disebabkan oleh infeksi dan atau kurangnya nutrisi menyebabkan perkembangan yang tidak maksimal sehingga membuat kemampuan kognitif, belajar, sampai mengingat menjadi tidak maksimal. Hal ini nantinya berdampak pada peforma yang lebih rendah, ketika dewasa efek stunting akan terbawa hingga dewasa dan berakhir dengan memilki penghasilan rendah. anak stunting ketika dewasa akan memiliki tinggi badan yang lebih rendah bawaan dari stunting dengan tinggi badan di bawah 145 cm.
      Pada wanita hal ini dapat menyebabkan komplikasi saat melahirkan dan bayi yang dilahirkan meninggal karna kekurangan oksigen. Anak stunting gampang sakit karna kekurangan sistem imun, dan beresiko terkena penyakit kronis ketika dewasa seperti diabeter, hipertensi dan obesitas.
Lalu bagaimana cara mencegahnya?