Mohon tunggu...
Ikhsan Muhammad
Ikhsan Muhammad Mohon Tunggu... Jurnalis -

Cuma orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pu Tek Chi Bersolek Jelang Imlek

19 Februari 2015   01:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14242576401382211074

[caption id="attachment_397846" align="aligncenter" width="700" caption="Tiau Seng Tong (54), pengurus klenteng Pu Tek Chi di Penagi mengatur letak posisi lampion untuk perayaan imlek. Nampak di belakangnya mesjid Al Mukarromah, gambaran kerukunan umat di Natuna. "][/caption]

Suasana pelantar beton di Kampung tua Penagi, Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri mulai semarak dengan hiasan lampion-lampion merah yang terpasang pada tiang-tiang bambu, Minggu (15/2/2015).

Perayaan imlek yang akan jatuh pada 19 Februari mendatang disambut gembira oleh mayoritas warga etnis tionghoa di Penagi. Klenteng Pu Tek Chi pun kian cantik dihiasi pernak-pernik untuk menyambut tahun baru 2566 (penanggalan Tiongkok) ini.

Jika diperhatikan, sebenarnya bukan karena meriahnya aksesoris yang terpasang di satu-satunya klenteng untuk sembahyang warga di Ranai ini, namun ada satu hal yang menjadikan klenteng ini terasa istimewa. Klenteng yang direnovasi sejak 1982 ini berada persis di samping Mesjid Al Mukkaromah, Penagi.

Jarang memang, atau bahkan bisa dikatakan tidak ada, sebuah rumah ibadah posisinya bersebelahan dengan rumah ibadah agama lainnya. Bahkan pemerintah pun saat ini punya aturan tersendiri tentang jarak antar rumah ibadah. Alasannya, untuk menjaga ketentraman ibadah dan menghindari gesekan antar umat beragama.

Namun Penagi berbeda, jauh sebelum aturan pemerintah itu muncul, masyarakat di sini sudah menjunjung tinggi keberagaman yang ada. Terlihat jelas dari dua rumah ibadah yang saling bertetangga itu.

Mereka pun hidup berdampingan satu sama lainnya, sama sekali tidak ada tembok pembatas sosial warga yang tinggal di lokasi yang merupakan embrio Kota Ranai ini.

Kendati bersebelahan, tidak pernah terdengar umat Kong Hu Chu yang terganggu dengan suara azan, ataupun muslim di sebelahnya yang terganggu dengan hiruk pikuk klenteng. Sebuah toleransi umat beragama yang patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Tiau Seng Tong (54), pria Tionghoa yang memiliki cucu 11 ini mengakui, Penagi dari dulu memang luar biasa. Dijumpai di sela-sela aktivitasnya menjemur cengkeh siang itu, Seng Tong yang sudah lama menjadi pengurus klenteng di Penagi mengaku jika perayaan imlek di Penagi selalu meriah.

Klenteng ini begitu istimewa baginya. Diakui Seng Tong, jika klenteng kayu ini sudah ada sejak ia kecil dan menjadi tempat peribadatan satu-satunya umat Kong Hu Chu di Ranai. Klenteng ini direnovasi dari bantuan pihak swasta pada 1982 yang menjadikannya lebih luas dan representatif untuk beribadah.

"Ya cuma ini saja lokasi klenteng di Ranai, biasanya pada ngumpul di sini untuk sembahyang jelang imlek. Tanggal 18 Februari, sehari sebelum imlek dipastikan klenteng ramai didatangi orang yang akan sembahyang dari sore hingga tengah malam," ujar Seng Tong.

"Kita hidup berdampingan, sebelahnya juga ada mesjid. Kalau ada azan, kami menghargainya, yang jelas kami di sini saling menjaga ketentraman dalam beribadah," tambahnya.

Dikatakannya, panitia perayaan tahun baru imlek juga akan menggelar hiburan dengan mendatangkan artis lokal dan daerah, baik yang dari Ranai ataupun dari Tanjungpinang dan Batam, tidak lupa atraksi Barongsai yang jarang-jarang tampil Natuna.

Di luar rencana perayaan itu, Seng Tong mengatakan, ada hal yang menjadi perhatiannya saat ini, yakni sulitnya mencari jeruk mandarin. Jeruk mandarin merupakan icon perayaan imlek di dunia, seperti hal nya ketupat saat lebaran bagi umat muslim. Namun, cuaca buruk selama ini memang membuat distribusi barang termasuk buah-buahan dari luar daerah ke Natuna terkendala selama beberapa bulan terakhir.

"Ya jeruk lah susah, Kabar yang saya terima kapal perintis Kawaranae 1 akan tiba besok membawa barang, termasuk lah jeruk mandarin. Mudah-mudahan saja lancar dan sampai. Kalau pedagang bawa pakai pesawat udah berapa pula ongkos per kilonya," kata pria dengan lima anak ini sambil tersenyum.

Begitupun pernak-pernik imlek, ia juga menyebut kendala cuaca dan tersendatnya kapal barang menjadikan harga barang-barang tersebut menjadi mahal di Ranai. Suplainya sedikit di pasaran. Kalau pun ada pedagang yang menjual aksesoris seperti pita-pita merah, hiasan, kartu dan lampion bisa dihitung dengan jari.

Seng Tong mengakui, jika barang-barang jenis ini biasa didatangkan dari Tanjungpinang ataupun Pontianak. Hal ini membuat warga Penagi yang mayoritas suku Hokkian ini tidak terlalu jor-joran dalam memasang pernak-pernik yang harganya tengah mahal di toko, karena barang yang tersedia sedikit. Beberapa rumah di pelantar Penagi pun hanya nampak memasang pernak-pernik sederhana, namun tetap ceria.

Seng Tong berharap semua kebutuhan imlek tahun ini bisa segera sampai ke Natuna. Termasuk dupa-dupa raksasa yang biasa dipajang di klenteng ini untuk persembahyangan umat Kong Hu Chu saat perayaan tahun baru imlek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun