Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pete Hegseth di Tengah Badai Kontroversi Menuju Menhan AS

25 Januari 2025   10:19 Diperbarui: 25 Januari 2025   10:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pete Hegseth ditunjuk Presiden AS terpilih Donald Trump sebagai Menteri Pertahanan AS (brett carlsen/getty images/afp via kompas.com)

Pete Hegseth, calon Menteri Pertahanan pilihan mantan Presiden Donald Trump, menghadapi salah satu proses uji kepatutan paling kontroversial dalam sejarah politik Amerika Serikat. Dengan hasil suara di Senat yang sementara ini imbang, Wakil Presiden JD Vance kemungkinan besar akan memberikan suara penentu.

Namun, pencalonan Hegseth tidak berjalan mulus, dihantui berbagai tuduhan yang mencakup masalah alkohol hingga dugaan perilaku kasar dan pelanggaran seksual, yang semuanya telah ia bantah sebagai bagian dari "kampanye fitnah."

Proses pengesahan Hegseth saat ini bergantung pada dukungan penuh dari partai Republik. Semua 47 senator Demokrat dan independen diperkirakan akan menolak pencalonannya. Hegseth hanya dapat kehilangan maksimal tiga suara dari anggota partainya untuk mencapai mayoritas sederhana yang diperlukan agar pengesahannya lolos.

Hingga kini, dua senator Republik, Susan Collins dari Maine dan Lisa Murkowski dari Alaska, telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka tidak akan mendukung Hegseth. Jika Hegseth berhasil dikonfirmasi, hal ini akan mencatatkan margin terkecil untuk seorang Menteri Pertahanan dalam sejarah modern.

Tuduhan Kontroversial

Pencalonan Hegseth diselimuti sejumlah tuduhan yang memicu perdebatan sengit. Salah satu tuduhan utama datang dari mantan istrinya, Samantha Hegseth, yang baru-baru ini memberikan pernyataan kepada FBI.

Samantha menyebutkan bahwa Hegseth memiliki kebiasaan minum alkohol yang berlebihan, menyatakan bahwa dia "lebih sering minum daripada tidak." Pernyataan ini telah dimasukkan dalam tinjauan tambahan FBI terkait latar belakang Hegseth. Samantha dan Hegseth sendiri telah bercerai sejak tahun 2017.

Selain itu, mantan ipar Hegseth, Danielle Hegseth, mengajukan affidavit yang menuduhnya bersikap kasar terhadap Samantha. Dalam dokumen tersebut, Danielle menyebut Samantha sering merasa takut terhadap Hegseth dan bahkan memiliki kata sandi khusus jika membutuhkan bantuan untuk melarikan diri dari situasi berbahaya.

Meski demikian, Danielle mengakui bahwa dirinya tidak pernah menyaksikan langsung kekerasan fisik atau seksual, tetapi dia menuduh Hegseth sering mabuk dalam berbagai acara keluarga, termasuk dua insiden di tempat umum pada tahun 2013.

Tim pengacara Hegseth dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari upaya untuk menjatuhkan nama baik Hegseth. Tim Parlatore, pengacara Hegseth, menyatakan bahwa tuduhan Danielle tidak berdasar dan dipicu oleh kebencian pribadi terhadap Hegseth. "Sebagian besar dari apa yang dikatakan Danielle adalah hal-hal yang sebenarnya tidak pernah dia saksikan secara langsung," ujar Parlatore.

Selama sidang it and proper test, Hegseth menghadapi tekanan besar dari para senator Demokrat. Mereka menyoroti tuduhan pelanggaran seksual dan kebiasaan minum alkoholnya, yang dianggap tidak pantas untuk seorang calon Menteri Pertahanan. Dalam kesaksiannya, Hegseth mengakui bahwa dirinya "bukan orang yang sempurna" tetapi bersikeras bahwa tuduhan tersebut adalah bagian dari kampanye kotor untuk merusak reputasinya.

Hegseth juga berjanji bahwa jika disahkan sebagai Menteri Pertahanan, dia akan menghentikan kebiasaan minumnya. Meskipun janji ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran, banyak pihak menilai bahwa masalah yang telah mencuat ini mencerminkan kurangnya pengendalian diri, yang dianggap penting untuk seorang pemimpin militer tertinggi.

Meski diterpa berbagai kontroversi, Hegseth tetap mendapatkan dukungan kuat dari sebagian besar anggota partai Republik. Senator Joni Ernst dari Iowa, yang awalnya ragu, akhirnya menyatakan dukungannya setelah mendengar langsung kesaksian Hegseth.

Bagi para pendukungnya, Hegseth dianggap sebagai figur yang loyal kepada Trump dan memiliki rekam jejak militer yang kuat sebagai veteran perang Irak dan Afghanistan. Mereka juga menganggap bahwa serangan terhadap Hegseth lebih banyak bermotif politik ketimbang berdasarkan fakta.

Senator Roger Wicker, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, menyatakan bahwa laporan-laporan tentang latar belakang Hegseth yang diterima komite adalah "palsu dan tidak akurat." Wicker menuduh bahwa informasi yang bocor ke media hanya bertujuan untuk mendiskreditkan proses pencalonan.

Kritik terhadap Kompetensi

Namun, kritik terhadap Hegseth tidak hanya terbatas pada tuduhan pribadi. Banyak pihak juga mempertanyakan kompetensinya dalam menangani isu-isu kompleks kebijakan luar negeri. Selama sidang, Hegseth dinilai gagal memberikan jawaban memadai terkait geopolitik Asia Timur, perang di Ukraina, dan ancaman keamanan di Timur Tengah.

Bahkan, ia menolak memberikan sikap tegas terkait penggunaan kekuatan militer terhadap pengunjuk rasa atau invasi militer untuk ekspansi wilayah, yang dianggap mencerminkan sikap agresif Trump.

Kritikus menilai bahwa pencalonan Hegseth lebih didasarkan pada loyalitas politik daripada kompetensi. Mereka juga menyebut retorikanya yang sering memecah belah, seperti kritik terhadap program keberagaman di militer, sebagai bukti bahwa ia kurang cocok untuk posisi strategis seperti Menteri Pertahanan.

Dampak dan Prospek Ke Depan

Jika dianggap layak, Hegseth akan menghadapi tugas berat untuk memulihkan kepercayaan publik dan membuktikan bahwa dirinya mampu menjalankan tugas dengan profesional. Namun, jika pencalonannya gagal, hal ini akan menjadi pukulan besar bagi Trump dan pendukungnya, sekaligus mencerminkan perpecahan yang semakin dalam di tubuh partai Republik.

Dalam konteks politik yang semakin terpolarisasi, sidang proper test Hegseth mencerminkan dinamika baru di Washington, di mana loyalitas politik sering kali mengesampingkan diskusi substantif. Dengan suara akhir yang tinggal menghitung hari, masa depan Pete Hegseth sebagai Menteri Pertahanan akan segera ditentukan, bersama dengan implikasinya bagi politik Amerika Serikat secara keseluruhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun