Selama sidang it and proper test, Hegseth menghadapi tekanan besar dari para senator Demokrat. Mereka menyoroti tuduhan pelanggaran seksual dan kebiasaan minum alkoholnya, yang dianggap tidak pantas untuk seorang calon Menteri Pertahanan. Dalam kesaksiannya, Hegseth mengakui bahwa dirinya "bukan orang yang sempurna" tetapi bersikeras bahwa tuduhan tersebut adalah bagian dari kampanye kotor untuk merusak reputasinya.
Hegseth juga berjanji bahwa jika disahkan sebagai Menteri Pertahanan, dia akan menghentikan kebiasaan minumnya. Meskipun janji ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran, banyak pihak menilai bahwa masalah yang telah mencuat ini mencerminkan kurangnya pengendalian diri, yang dianggap penting untuk seorang pemimpin militer tertinggi.
Meski diterpa berbagai kontroversi, Hegseth tetap mendapatkan dukungan kuat dari sebagian besar anggota partai Republik. Senator Joni Ernst dari Iowa, yang awalnya ragu, akhirnya menyatakan dukungannya setelah mendengar langsung kesaksian Hegseth.
Bagi para pendukungnya, Hegseth dianggap sebagai figur yang loyal kepada Trump dan memiliki rekam jejak militer yang kuat sebagai veteran perang Irak dan Afghanistan. Mereka juga menganggap bahwa serangan terhadap Hegseth lebih banyak bermotif politik ketimbang berdasarkan fakta.
Senator Roger Wicker, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, menyatakan bahwa laporan-laporan tentang latar belakang Hegseth yang diterima komite adalah "palsu dan tidak akurat." Wicker menuduh bahwa informasi yang bocor ke media hanya bertujuan untuk mendiskreditkan proses pencalonan.
Kritik terhadap Kompetensi
Namun, kritik terhadap Hegseth tidak hanya terbatas pada tuduhan pribadi. Banyak pihak juga mempertanyakan kompetensinya dalam menangani isu-isu kompleks kebijakan luar negeri. Selama sidang, Hegseth dinilai gagal memberikan jawaban memadai terkait geopolitik Asia Timur, perang di Ukraina, dan ancaman keamanan di Timur Tengah.
Bahkan, ia menolak memberikan sikap tegas terkait penggunaan kekuatan militer terhadap pengunjuk rasa atau invasi militer untuk ekspansi wilayah, yang dianggap mencerminkan sikap agresif Trump.
Kritikus menilai bahwa pencalonan Hegseth lebih didasarkan pada loyalitas politik daripada kompetensi. Mereka juga menyebut retorikanya yang sering memecah belah, seperti kritik terhadap program keberagaman di militer, sebagai bukti bahwa ia kurang cocok untuk posisi strategis seperti Menteri Pertahanan.
Dampak dan Prospek Ke Depan
Jika dianggap layak, Hegseth akan menghadapi tugas berat untuk memulihkan kepercayaan publik dan membuktikan bahwa dirinya mampu menjalankan tugas dengan profesional. Namun, jika pencalonannya gagal, hal ini akan menjadi pukulan besar bagi Trump dan pendukungnya, sekaligus mencerminkan perpecahan yang semakin dalam di tubuh partai Republik.