Ternyata, tidak. Ruang guru dan dua kelas hangus dilalap api. Si jago merah beraksi sekitar pukul tiga dini hari. Penjaga sekolah yang tidur di kantor guru berhasil selamat, tapi buku-buku K13 senilai lebih dari 30 juta rupiah musnah tak bersisa. Melihat puing-puing itu, hati saya seperti dihantam badai.
Namun, pagi itu juga, harapan kembali muncul. Para siswa, guru, dan orang tua datang bersama untuk membersihkan sisa-sisa kebakaran.
"Ibu, ini untuk sekolah kita," kata seorang siswa sambil membawa sapu yang hampir lebih besar dari tubuhnya. Saya tak kuasa menahan air mata.
Relawan dari Yayasan Save Children datang memberikan bantuan. Tiga unit kelas berkonstruksi baja ringan dengan dinding kalsiboard dan atap multiroof didirikan. Meski sederhana, bangunan baru ini memberikan kami semangat baru.
Bersambung (Bag. 2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H